Upaya peningkatan produktivitas kerja

Upaya peningkatan produktivitas kerja

INDUSTRI KECIL & MENENGAH TEGAL

Ekonom Utama Bank Dunia, Vivi Alatas menyebut, sektor ketenagakerjaan Indonesia masih menyimpan banyak masalah.

Salah satu masalahnya adalah terkait peningkatan produktivitas di sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), dan Vivi mengatakan Indonesia bisa belajar dari Malaysia. Setelah terpukul akibat krisis ekonomi Asia, UKM Malaysia pun ikut terpukul namun bisa kembali bangkit.

Pemerintah Malaysia menaikkan PDB 32 persen dari UKM menjadi 40 persen. Diterbitkan juga 200 kebijakan inovasi UKM. Produktivitas naik 16 persen, penyerapan tenaga kerja naik 13 persen, dan intensitas modal naik 43 persen.”Korea Selatan pernah melakukan reformasi ketenagakerjaan karena sempat ada kekakuan pasar tenaga kerja. Pemerintah melakukan reformasi aturan tenaga kerja, menyediakan dana untuk peningkatan keterampilan, program pencarian kerja, dan asuransi untuk pengangguran. Akhirnya, tingkat pengangguran turun dari 7 persen ke 3 persen dalam 3 tahun.

Negara lain yang berhasil memitigasi masalah ketenagakerjaan adalah Kolombia yang menerbitkan program Jovenes. Pemerintah memberikan voucher subsidi untuk anak-anak muda yang tidak mampu agar dapat mengikuti pelatihan di lembaga terakreditasi.”Chile juga melakukan program Califica. Perusahaan Chile dapat mengajukan permohonan pembiayaan  naik 20 persen dan penyerapan tenaga kerja naik.

Penelitian World Bank seputar tahun 2006 berjudul Knowledge  Diffusion in The Tegal Metalworking Industri  menemukan sejumlah informasi yg mengejutkan……….

Though well-intentioned, government training has produced minimal measurable results to date and many firms complain that it does not target their needs. The local government’s training has had a limited positive impact in the sense that it provides assistance to firms that would otherwise not receive any help at all and that it covers areas not addressed by private sector enterprises such as management. Efforts to lower information costs and promote marketing linkages have achieved limited tangible results to date, though some metal workshops have received subcontracting orders due to government assistance. Government efforts to develop supporting institutions, including a laboratory and a polytechnic, have had some promising results though it is too early to draw conclusions regarding the success of this approach.

Karena PEDULI  atau entah apa namanya, sepulang diundang sahabat lama  ex Union Carbide Indonesia ( UCINDO ) sdr Abdulah yang memiliki workshop membuat hospital furniture di Tegal mengajak teman2 ex UCINDO ke Tegal dengan satu objective yaitu apa yang bisa kita lakukan? Setelah lebih dari 5 kali ke Tegal baru memperoleh gambaran kasar mengenai apa yang anggota IKM Tegal butuhkan. Salah satunya adalah bagaimana meningkatkan produktivitas atau output IKM seperti yang diperihatinkan World Bank tercantum diawal tulisan ini. Kebutuhan lainnya akan ditulis diakhir tulisan ini.

Untuk mendapat sedikit gambaran tentang IKM Tegal berikut cuplikan dari Laporan WB tsb :

Industri Utama di Tegal termasuk  Industri makanan dan minuman olahan ( Tah dan Tahu ), Textile dan Sulaman, Furniture dari kayu dan rotan. Sektor Industri menyumbang 22,09 % terhadap Pendapatan Daerah per tahun, perdagangan 24,24 %, pertanian 24,62 % dan sisanya 29,05 % untuk beberapa sektor diantaranya service 10 %, Jasa Keuangan 7 %, konstruksi 4 %, transportasi 4 %, tambang 2 %, listrik dan air 1 %.

Jumlah Tenaga Kerja di sektor Metalworking Industry 30 029 orang atau 25 % dari jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Tegal, 118 820 orang.  Menurut Pemda jumlah perusahaan Industri metal 2 811 orang. ( sudah diusulkan untuk di update ). Rata2 per perusahaan memperkerjakan 20 orang, kebanyakan pria. Upah buruh di Kab Tegal rp 420 ribu per bulan atau lebih tinggi dari upah buruh Propinsi Jateng rp 390 ribu. Regional GDP Tegal untuk tahun 2001 sebesar rp 1 044

Trilyun atau USD 104 juta dimana rp 230 Milyar atau USD 23 juta dari sektor Metalworking.

IKM Kab Tegal

Pemerintah dan Pemda menetapkan Tegal sebagai Sentra Industri Kapal. Klasifikasi IKM terdiri atas :

  1. Inti jumlahnya sekitar 25 Perusahaan, memiliki workshop dengan peralatan canggih memperkerjakan karyawan 20 – 100 orang. Mendapat oder sebagai subcon dari Perusahaan berskala besar baik Nasional maupun Asing, meskipun berkeinginan untuk melayani berbagai berbagai pihak secara langsung  namun sering mensubcon kepada workshop yang lebih kecil ( Plasma ).

  1. Plasma umumnya memiliki workshop didekat kediaman mereka dan dengan karyawan tergolong unskilled workers, Pemiliknya yang berperan melatih basic skill sehingga kapasitas workshop tergantung dari kapasitas teknik sang Pemilik.Plasma selain memproduksi barang2 jadi sederhana sering memperoleh order dari Inti berupa barang2 komponen. Dengan demikian relasi antara Inti dan Plasma berjalan baik.

Perusahaan berskala besar selama ini berlokasi diluar Kab Tegal. Mereka yang memberi order kepada IKM Tegal a.l PT Komatsu sebagai sub divisi dari Astra Group  PT Sanwa, PT Katshusiro, PT Hanken. PT Natra Raya, PT Sowa, PT Kubota, PT Polytron, PT Fiar Motor, PT Nefa Global Industri. Daihatsu juga subcontract di Tegal. Agar terpenuhi standar mutu yang diinginkan Perusahaan berskala besar ini juga memberikan training kepada para subcon.

Sarana Penunjang

LAB TAKARU

Sarana penunjang IKM berupa LAB Takaru yang berlokasi di LIK Tegal. LAB Ini memiliki sejumlah peralatan canggih; laboratorium dan mesin-mesin penunjang produksi. Beberapa peralatan/mesin yang sudah tersedia diantaranya mesin CNC, dapur heat treatment, hardness tester, universal testing machine, charpy impact tester, spectrometer dan coordinate measurement machine (CMM).

LAB memberikan sejumlah pelayanan:

  1. Design Centre.

Kegiatan berupa pembuatan desain produk, perencanaan produksi,gambar teknik sertamodifikasi desain. Pelayanan ini menggunakanteknologi CAD/CAM yang cukup madern pada skala teknologi saat ini.

  1. Production Centre.

Melakukan pelayanan produksi baik melalui proses plate working,machining, welding, maupun forging. Proses ini meskipun konvensional,tetapi kondisi peralatan dalam kondisi baik dan terrawat

  1. Laboratorim Uji Material

Laboratorim uji material komposisi dan mekanik spesifik untuk  beberapa sifat dan perlakuan material, kemampuan uji untuk pendampingmasuk pasar hasil produk usaha kecil dan menengah sekarang baru padatahap persiapan akreditasi, sehingga untuk sementara keluaran hasilsertifikasi uji, bekerja sama dengan dengan laboratorium uji konstruksiBPPT Serpong.

Apa yang sebenarnya dibutuhkan anggota IKM Tegal

Training

Terprogram, melalui penelitian lengkap dilapangan (Training analysis atau TA ) disusun program meliputi sasaran, cara, waktu, peserta, trainer dan biaya serta dukungan dari stakeholders terutama Pemda dengan jajarannya. Secara umum dibedakan antara kebutuhan training kpd Inti dan kepada Plasma meskipun sasaran utama adalah produktivitas.

Inti, meskipun sudah memiliki sertifikat ISO 9000 secara rutin disyaratkan mempertahankan kinerja sehingga kegiatan advokasi harus berlanjut.

Traing Lean Concept / 5 S dilakukan oleh JICA kepada 4 Perusahaan dan Kelompok X ( 3 ex Union Carbide Indonesia dan 1 ex Pengajar LPPM ) kepada 10 Perusahaan. Training teori telah dilakukan tetapi advokasi terkendala oleh dana yg didapat Kelompok X. Komitmen dari para Pemilik ( Owner ) secara spontan diberikan namun yang menjadi masalah serius ketika dibutuhkan penyesuaian terhadap lingkungan/sarana workshop agar sesuai dengan Lean Concept / 5 S. Dananya relatif kecil tetapi memberatkan bagi Perusahaan peserta.

Inti telah memperoleh training teknik dari pemberi kontrak agar mereka dapat memenuhi mutu yang diminta.

Plasma, perlu dilakukan penelitian atau TA sehingga memperoleh materi training yang betul2 dibutuhkan. Seperti laporan WB umumnya training yang diperoleh IKM Plasma tidak sesuai dengan realita dilapangan.

Lean / 5 S Concept

Oleh Edi Rusman.

SURVIVE & KEEP GROWING

Process berfikir  yang  memfokuskan dalam

  • Menciptakan nilai  untuk customer
  • Menghilangkan Waste
  • Improvement yang berkesinambungan

Dengan cara :

  1. Memproduksi yang dibutuhkan ( Pulling )
  2. Kapan dibutuhkan
  3. Cost yang rendah.

Pendekatan sistematik :

  1. Menghilangkan WASTE ( non value added activities )
  2. Improvement yg berkesinambungan
  3. Berdasarkan pull customer tercipta aliran product

Kebutuhan Bahan Baku

Selama ini umumnya kebutuhan baku diperoleh dari scrapt, oleh para Pemulung yang kemudian dikumpulkan secara rapi. Scrapt tersebut dilakukan daur ulang sehingga memperoleh bahan seperti gambar berikut

aluminium 2

                                                              Pengecoran aluminium

Proses Produksi

Beberapa macam cara memproduksi suatu Produk yang teknologinya IKM Tegal tidak ketinggalan :

Proses Tempa – forging a candle stick

Proses Pengecoran – metal casting at home

Proses Bubut ( Machining ) – CNC making a pistol.

Kebutuhan Steel Coil ( baru ) tetap dibutuhkan dan jumlahnya sekitar 850 Ton per bulan dengan  ukuran panjang  bervariasi sementara produk dari Krakatau Steel ( KS )  terlalu panjang sehingga memberatkan para IKM Tegal. Karena harus menanggung biaya stock akibatnya mereka membeli dari pihak ke tiga  yg tentunya  lebih mahal.

AAN dan teman2 IKM mengajukan proposal untuk membeli dari KS dengan ukuran panjang yg lebih pendek…respon dari KS …bla..bla . Sebab yg saya tahu proses potong ( shearing ) di Hot Strip Mill ( HSM )  KS  sulit diubah untuk memenuhi permintaan IKM Tegal.

AAN memperoleh info bahwa RRC punya mesin HSM  dengan harga rp 1 milyar  berkapasitas 1000 Ton perbulan oleh karena itu terpikir untuk membeli slab ( bahan baku untuk HSM ) langsung dari KS. Dengan memiliki HSM sendiri maka potongan sheet bisa disesuaikan menurut kebutuhan.

 

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published.