Rasionalitas adalah kualitas atau keadaan rasional – artinya, didasarkan pada atau sesuai akal. Rasionalitas menyiratkan kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk percaya, dan dengan alasan itu untuk bertindak. Rasionalitas memiliki makna khusus yang berbeda dalam filsafat, ekonomi, sosiologi, psikologi, biologi evolusioner, teori permainan (game theory) dan ilmu politik.
Untuk menentukan perilaku apa yang paling rasional, seseorang perlu membuat beberapa asumsi kunci (key assumptions), dan juga membutuhkan perumusan masalah yang terukur. Ketika tujuan atau masalah melibatkan pengambilan keputusan, faktor rasionalitas dalam semua informasi harus tersedia (misalnya pengetahuan lengkap atau tidak lengkap). Secara kolektif, asumsi formulasi dan latar belakang adalah model di mana rasionalitas berlaku.
Rasionalitas adalah relatif: jika seseorang menerima model yang menguntungkan dirinya sendiri secara optimal, maka rasionalitas disamakan dengan perilaku yang mementingkan diri sendiri hingga menjadi egois; sedangkan jika seseorang menerima model yang menguntungkan kelompoknya optimal, maka perilaku egois murni dianggap tidak rasional. Dengan demikian tidak ada artinya untuk menyatakan rasionalitas tanpa menetapkan asumsi model latar belakang yang menggambarkan bagaimana masalah dibingkai dan diformulasikan.
Theoretical and practical
Kant telah membedakan teoretis dari alasan praktis. Pakar teori Rasionalitas, Jesús Mosterín, membuat perbedaan paralel antara rasionalitas teoritis dan praktis, meskipun, menurutnya, nalar dan rasionalitas tidak sama: nalar adalah kemampuan psikologis, sedangkan rasionalitas adalah strategi optimalisasi. Manusia tidak rasional menurut definisi, tetapi mereka dapat berpikir dan bertindak secara rasional atau tidak, tergantung pada apakah mereka aplikasikan, secara eksplisit atau implisit, strategi rasional teoritis dan praktis terhadap pemikiran yang mereka terima dan tindakan yang mereka lakukan.
Perbedaannya juga digambarkan antara rasionalitas epistemik, upaya untuk membentuk keyakinan dengan cara yang tidak bias, dan rasionalitas instrumental.
Rasionalitas epistemik adalah bagian dari rasionalitas yang melibatkan pencapaian keyakinan secara akurat tentang dunia. Ini melibatkan untuk memperbarui jika menerima bukti baru, mengurangi bias kognitif, dan menguji mengapa Anda percaya apa yang Anda yakini. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk rasionalitas instrumental di mana pengetahuan dan kebenaran adalah tujuan dalam diri mereka sendiri, sedangkan dalam bentuk lain rasionalitas instrumental, pengetahuan dan kebenaran hanyalah alat bantu potensial untuk mencapai tujuan.
Seseorang yang mempraktekkan rasionalitas instrumental mungkin akan menemukan kebohongan yang berguna. (More specifically, instrumental rationality is the art of choosing and implementing actions that steer the future toward outcomes ranked higher in one’s preferences. Said preferences are not limited to ‘selfish’ preferences or unshared values; they include anything one cares about).
Rasionalitas teoritis memiliki komponen formal yang mengurangi konsistensi logis dan komponen material yang mengurangi dukungan empiris, tergantung pada mekanisme deteksi dan interpretasi sinyal bawaan kita. Mosterín membedakan antara keyakinan yang disengaja dan implisit, di satu sisi, dan penerimaan sukarela dan eksplisit, di sisi lain. Rasionalitas teoritis dapat dikatakan lebih tepat untuk mengatur penerimaan kita daripada keyakinan kita. Rasionalitas praktis adalah strategi untuk menjalani kehidupan terbaik seseorang, mencapai tujuan paling penting dan preferensi kita sendiri sejauh mungkin.
Logic
Sebagai studi argumen yang benar dalam bentuk kebajikan (virtue), logika sangat penting dalam studi rasionalitas. Studi tentang rasionalitas dalam logika lebih berkaitan dengan rasionalitas epistemik, yaitu, mencapai keyakinan dengan cara yang rasional, daripada instrumental rationality.
Economics
Rasionalitas memainkan peran kunci dan terdapat beberapa untaian untuk ini. Pertama, ada konsep instrumentality — pada dasarnya gagasan bahwa orang dan organisasi adalah instrumentally rational— yaitu, mengadopsi tindakan terbaik untuk mencapai tujuan mereka. Kedua, konsep aksiomatik bahwa rasionalitas adalah masalah secara logis konsisten dalam preferensi dan keyakinan. Ketiga, orang berfokus pada keakuratan keyakinan dan penggunaan penuh informasi — dalam pandangan ini seseorang yang tidak rasional memiliki keyakinan yang tidak sepenuhnya menggunakan informasi yang mereka miliki.
Perdebatan dalam sosiologi ekonomi juga muncul, apakah orang atau organisasi itu “benar-benar” rasional, serta apakah masuk akal untuk memodelkannya sedemikian rupa seperti dalam model formal. Beberapa berpendapat bahwa semacam rasionalitas terbatas (bounded rationality) lebih masuk akal untuk model-model seperti itu.
Yang lain berpikir bahwa segala jenis rasionalitas sepanjang garis teori pilihan rasional (rational choice theory) adalah konsep yang tidak berguna untuk memahami perilaku manusia; istilah homo economicus (manusia ekonomi: manusia imajiner yang diasumsikan dalam model ekonomi yang secara logis konsisten tetapi amoral) diciptakan terutama untuk menghormati pandangan ini. Perilaku ekonomi bertujuan untuk memperhitungkan aktor ekonomi seperti yang sebenarnya, memungkinkan untuk bias psikologis, daripada asumsi rasionalitas instrumental yang ideal.
dikumpulkan oleh Gandatmadi