Oleh: Michael Spence , Karen Karniol-Tambour untuk Project Syndicate (Januari 2, 2018)
Beberapa tren makroekonomi positif menunjukkan bahwa ekonomi global pada akhirnya dapat berada pada posisi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Tapi apakah yang terjadi akan tergantung pada apakah pemerintah dapat mengumpulkan tanggapan yang lebih kuat terhadap perubahan kondisi ekonomi dan teknologi.
Sebagian besar ekonomi global sekarang tunduk pada tren ekonomi positif: pengangguran turun, kesenjangan output ditutup, pertumbuhan meningkat, dan, karena alasan yang belum jelas, inflasi masih di bawah target bank sentral utama. Di sisi lain, pertumbuhan produktivitas tetap lemah, ketimpangan pendapatan meningkat, dan pekerja kurang berpendidikan berjuang untuk menemukan kesempatan kerja yang menarik.
Setelah delapan tahun melakukan stimulus (ekonomi) secara agresif, kemajuan ekonomi muncul dari fase deleveraging yang diperpanjang yang secara alami menekan pertumbuhan dari sisi permintaan. Seiring tingkat dan komposisi hutang telah bergeser, tekanan deleveraging telah berkurang, memungkinkan ekspansi global yang disinkronkan.
Fase deleveraging ekonomi mengacu pada pengurangan secara simultan tingkat hutang di berbagai sektor, termasuk sektor swasta dan sektor pemerintah. Hal ini biasanya diukur sebagai penurunan utang terhadap GDP ratio, langkah ini biasanya paska krisis ekonomi. Konsekwensinya diasosiasikan dengan resesi.
Namun, pada saat itu, penentu utama pertumbuhan GDP/PDB – dan inklusivitas pola pertumbuhan – akan menghasilkan produktivitas. Namun, ada banyak alasan untuk meragukan bahwa produktivitas akan meningkat dengan sendirinya. Ada beberapa item penting yang hilang dari campuran kebijakan (policy mix) yang membayangi realisasi pertumbuhan produktivitas skala penuh dan pergeseran ke pola pertumbuhan yang lebih inklusif.
Pertama, potensi pertumbuhan tidak bisa direalisasikan tanpa modal manusia yang memadai. Pelajaran ini tampak jelas dalam pengalaman negara-negara berkembang, namun juga berlaku untuk negara maju. Sayangnya, di sebagian besar ekonomi, keterampilan dan kemampuan tampaknya tidak sejalan dengan pergeseran struktural yang cepat di pasar tenaga kerja. Pemerintah telah terbukti tidak mau atau tidak dapat bertindak agresif dalam hal pendidikan dan pelatihan/re-training keterampilan atau dalam mendistribusikan ulang (redistributing) pendapatan. Dan di negara-negara seperti Amerika Serikat, distribusi pendapatan dan kekayaan sangat miring sehingga rumah tangga berpendapatan rendah tidak dapat berinvestasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kerja yang berubah dengan cepat.
.Kedua, sebagian besar pasar kerja memiliki gap informasi yang besar yang perlu ditutup. Pekerja tahu bahwa perubahan akan datang, tapi mereka tidak tahu bagaimana persyaratan keterampilan berkembang, dan karenanya tidak dapat mendasarkan pilihan mereka pada data konkret. Pemerintah, institusi pendidikan, dan bisnis belum datang untuk mendekati bimbingan yang memadai.
Ketiga, perusahaan dan individu cenderung pergi ke tempat2 yang berpeluang untuk berkembang, memiliki biaya untuk melakukan bisnis rendah, prospek perekrutan pekerja bagus, dan kualitas hidup tinggi. Faktor lingkungan dan infrastruktur sangat penting untuk menciptakan kondisi dinamis dan kompetitif. Infrastruktur, misalnya, menurunkan biaya dan meningkatkan kualitas konektivitas. Sebagian besar argumen yang mendukung fokus investasi infrastruktur pada hal negatif: seperti jembatan yang ambruk, jalan raya yang padat, perjalanan udara kelas dua, dan sebagainya. But policymakers should look beyond the need to catch up on deferred maintenance.Aspirasi harus berinvestasi di bidang infrastruktur yang akan menciptakan peluang baru bagi investasi dan inovasi sektor swasta.
Keempat, penelitian yang didanai publik dalam sains, teknologi, dan biomedis sangat penting untuk mendorong inovasi dalam jangka panjang. Dengan berkontribusi terhadap pengetahuan publik, penelitian dasar membuka area baru untuk inovasi sektor privat. Dan dimanapun penelitian dilakukan, menghasilkan efek spillover dalam ekonomi lokal sekitarnya.
Hampir tidak satu pun dari keempat pertimbangan tersebut merupakan feature penting dalam kerangka kebijakan yang saat ini berlaku di sebagian besar negara maju. Di AS, misalnya, Kongres telah mengeluarkan paket reformasi pajak yang dapat menghasilkan kenaikan tambahan dalam investasi swasta, namun tidak banyak mengurangi ketidaksetaraan, memulihkan dan mengalihkan sumber daya manusia, memperbaiki infrastruktur, atau memperluas pengetahuan ilmiah dan teknologi. Dengan kata lain, paket tersebut mengabaikan unsur-unsur yang diperlukan untuk meletakkan dasar bagi pola pertumbuhan masa depan yang seimbang dan berkelanjutan, yang ditandai dengan lintasan produktivitas ekonomi dan sosial yang tinggi didukung oleh sisi penawaran dan sisi permintaan (termasuk investasi).
Ray Dalio menggambarkan sebuah jalur yang menampilkan investasi pada modal manusia, infrastruktur, dan basis ilmiah ekonomi sebagai jalur A. Alternatifnya adalah jalur B, yang ditandai dengan kurangnya investasi di daerah-daerah yang secara langsung akan meningkatkan produktivitas, seperti infrastruktur dan pendidikan. Meskipun ekonomi saat ini mendukung jalur B, ini adalah jalur A yang akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi, lebih inklusif, dan lebih berkelanjutan, sementara juga memperbaiki hutang yng menggantung yang masih ada terkait dengan hutang negara yang besar dan kewajiban non-hutang di berbagai bidang seperti pensiun, jaminan sosial, dan perawatan kesehatan untuk publik.
Raymond Dalio (born August 1, 1949) is an American investor, hedge fund manager, and philanthropist. Dalio is the founder of investment firm Bridgewater Associates, one of the world’s largest hedge funds. He is one of the world’s 100 wealthiest people, according to Bloomberg
Ini mungkin angan-angan, tapi harapan kami untuk tahun baru ini adalah bahwa pemerintah akan melakukan upaya yang lebih terpadu untuk memetakan kursus baru dari jalur Dalio B ke jalur A.
Andrew Michael Spence ialah seorang ekonom kelahiran Amerika Serikat yang besar di Kanada, dan penerima Hadiah Nobel Ekonomi tahun 2001 bersama dengan George Akerlof dan Joseph Stiglitz untuk karya the Dynamics of Information Flows and Market Development. Lahir: 7 November 1943 (74 tahun) di Amerika Serikat.Penulis buku The Next Convergence – The Future of Economic Growth in a Multispeed World.
diterjemahkan oleh Gandatmadi