Background
Saya kutip tulisan yg di rilis Brooking Institution pada tahun 2016:
After decades apart, economics and politics have become inseparable once again. Growing numbers of voters are rejecting the long-held establishment consensus among economists that prosperity flows from broad free markets and free trade arrangements. Failing to secure political support for pro-growth policies will have deeply damaging consequences for economic prospects. For decades, politics has been something of a sideshow in terms of economics. No longer. Weak politics will lead to weak economies.
Brexit memberikan contoh yang jelas. Mereka, kelas menengah keatas dan perusahaan2 yang telah mapan di UK mendukung tetap di Uni Eropa. Mereka benar: argumen ekonomi sangat menarik. Bank of England (Bank Sentral) secara dramatis telah menurunkan perkiraan pertumbuhan 2017 dari 2,3% menjadi 0,8% akibat UK akhir memutuskan keluar dari Uni Eropa.
Masalahnya mayoritas kelas menengah bawah tidak merasakan manfaat dari suatu economics policy. Revisi ABPN membuat mereka harus berselimut tebal kedinginan untuk menghemat listrik, Model ekonomi memaparkan kebaikan dari free trade, imigrasi dan kompetisi tetapi yang dialami buruh dengan ketrampilan rendah imigran dari Eropa Timur dan Timur Tengah serta Afrika adalah ancaman. Mereka ini tidak membutuhkan benefit dari kebijakan ekonomi secara keseluruhan yang berorientasi kedepan, they want more money for them self NOW.
Ada juga unsur budaya yang sangat kuat terhadap anti-establishment (kemapanan) yang tidak sesuai dengan paradigma rasionalis para teknokrat. Imigrasi adalah satu unsur. Jumlah orang kelahiran asing yang tinggal di Inggris dari 2,3 juta di tahun 1993, dan ketika Inggris bergabung dengan Uni Eropa menjadi 8,2 juta pada tahun 2014. Banyak dari kita suka hidup mobile, dilingkungan beraneka ragam etnis, hidup secara dinamis. Tapi banyak lainnya kurang yakin (dengan paradigma ini). Suara Brexit adalah tentang arti menjadi orang Inggris. Bagi para penghuni kosmopolitan (pro tetap menjadi bagian Uni Eropa) jelas bahwa ini berarti Eropa. Sebaliknya bagi mereka yang memilih keluar atau Brexit.
Mazab Ekonomi
Kurikulum sekolah ekonomi atau studi pembangunan dari internet tidak lagi banyak mengupas aliran atau mazab ekonomi kemungkinan dari pengalaman dalam aplikasi menjadi tidak relevan. Tulisan dan diskripsi para ekonom sarat dengan perhitungan matematis. Liberalisasi diartikan sebagai mengurangi monopoli, subsidi atau stimulus bisa diartikan sebagai proteksi terhadap impor, dilakukan sesuai kebutuhan.
Sementara itu pemisahan antara ekonomi perusahaan dengan ekonomi makro menjadi tipis. Krisis Asia 1997/1998 dipicu oleh banyaknya perusahaan besar melakukan konversi utangnya dari mata uang rupiah ke dollar untuk memperoleh suku bunga pinjaman yang murah. Demikian pula dengan krisis 2007/2008 yang dipicu oleh subprime mortgage di AS kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Di AS sudah terjadi pergeseran kebijakan ekonomi sehingga perbedaan antara pemerintahan dari partai Republic dengan Democrat menjadi tipis apa yang kita lihat sebatas pencitraan. Ekonom dari kedua kubu sepakat untuk menaikkan suku bunga, menaikkan inflasi mendekati 2%, menaikkan dana jaminan sosial, transparansi kebijakan moneter dan fiskal.
Indonesia
Bagaimana reaksi media TV terhadap berita diatas? Bagaima TV One mentayangkannya, bagamana Metro TV, bagaimana CNN Indonesia, Kompas TV? Bagaimana dengan Medsos seperti email, milis, wa? Bagaimana respon teman2 kita? Dengan mencermati kita bisa menilai.
Berikut adalah tulisan dalam wa menyambut ditetapkan Sri Mulyani sebagai Menkeu terbaik dunia:
Bagi banyak orang yang tidak ngerti ekonomi, isu-isu seperti utang bertambah, investasi asing, kenaikan tarif listrik, kenaikan rasio pajak terhadap PDB, dsb itu bisa digoreng menjadi contoh kegagalan seorang menteri dan bahkan sasaran kritik yang keras.
Padahal dari sudut pandang ekonomi, hal itu biasa saja dan bahkan harus dilakukan agar ekonomi negara menjadi semakin sehat, apalagi jika landasan dasar lainnya adalah menggenjot infrastruktur.
Tentu beberapa target tidak terpenuhi karena Jokowi sering memberi target yang terlalu muluk-muluk, tapi memang begitulah cara Jokowi memecut anak buahnya berprestasi. Tentu Jokowi bukan dewa, banyak yang perlu diperbaiki, tapi secara keuangan dan ekonomi, landasan gerak Jokowi dan Sri Mulyani sudah benar.
Komentar2 dan tidak memberikan komentar akan banyak lagi tergantung masing2 dan makin banyak cara mengirim berita seperti contoh dibawah ini
Berikut adalah salah satu acara di Government Summit 2018
dikumpulkan oleh Gandatmadi