By Karlis Salna and Tassia Sipahutar
November 29, 2018,
Bank Indonesia menaikkan suku bunga enam kali tahun ini, namun suku bunga pinjaman yang diterima konsumen dari Perbankan tidak berubah. Antara bulan Mei dan September, ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin, tingkat rata-rata untuk pinjaman konsumen justru turun 44 basis poin menjadi 11,9 persen, menurut data terbaru OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Tarif untuk pinjaman investasi naik hanya 25 basis poin.
Bank Indonesia menaikkan tingkat kebijakannya sebesar 25 basis poin lagi sejak saat itu, dan Gubernur Perry Warjiyo telah mengisyaratkan dia siap untuk melakukan lebih banyak kenaikkan tahun depan untuk membendung aksi jual dalam mata uang jika pasar negara berkembang tetap di bawah tekanan. Perbankan tidak meneruskan kenaikan suku bunga itu, karena khawatir konsumen masih lemah dan kenaikan bunga pinjaman menambah beban plus masalah bad debt yg masih menggantung.
garis putih: Average Consumer loan Rate. garis biru BI Policy Rate
“Kami tidak merasa perlu menaikkan tarif lagi hingga akhir tahun,” kata Jahja Setiaatmadja, presiden direktur Bank Central Asia, Bank pemberi pinjaman terbesar berdasarkan nilai pasar. Margin bunga bersih perusahaan – perbedaan antara deposito dan suku bunga pinjaman – masih “cukup,” katanya. Data resmi menunjukkan rata-rata suku bunga deposito satu bulan untuk nasabah naik 69 basis poin menjadi 6,28 persen antara Mei dan September.
Bank Indonesia mengikuti The FED dengan menaikkan suku bunga untuk menjaga aset Indonesia tetap menarik bagi investor asing. Pada saat yang sama, penurunan suku bunga pinjaman memberikan pukulan sesaat terhadap ekonomi, yang telah berkembang sekitar 5 persen untuk sebagian besar tahun ini.
Pertumbuhan kredit naik 13 persen pada September dari tahun sebelumnya, naik dari 7,6 persen pada awal tahun, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan.“Ke depan, permintaan kredit memiliki potensi untuk meningkat seiring dengan peningkatan ekonomi,” kata Dody Budi Waluyo, asisten gubernur Bank Indonesia.
Mekanisme berjalan dengan baik” dan memberikan sinyal kuat komitmen pembuat kebijakan untuk menurunkan defisit current account saat ini dan meningkatkan daya tarik pasar keuangan, katanya.
Pemulihan permintaan kredit di backup oleh inflasi yang rendah dan peningkatan belanja konsumen, penjualan peralatan rumah tangga, termasuk barang-barang seperti elektronik dan furnitur,yang membaik dalam beberapa bulan terakhir. Pengeluaran oleh konsumen dan bisnis menghasilkan lebih dari setengah produk domestik bruto.
Permintaan untuk pinjaman konsumen “baru mulai meningkat,” kata Dian Ayu Yustina, seorang ekonom di PT Bank Danamon di Jakarta. “Bank juga cenderung lebih berhati-hati dalam menyampaikan kenaikan suku bunga kepada konsumen.” Pasar pinjaman telah menjadi lebih kompetitif, sebagian karena munculnya teknologi keuangan, katanya.
Pemberi pinjaman mengatakan mereka berhati-hati untuk menghindari tekanan pada peminjam yang dapat mengakibatkan lonjakan non-performing loans (kredit macet). PT Bank Negara Indonesia telah menaikkan suku bunga “selektif” dalam menanggapi penyesuaian kebijakan bank sentral, menurut Presiden Direktur Achmad Baiquni.
“Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga pinjaman harus dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan kemampuan debitur untuk mencegah dampak negatif terhadap kualitas pinjaman,” katanya.
Dengan rupiah yang naik hampir 6 persen terhadap dolar bulan ini dan Fed menekan nada yang lebih lembut pada pengetatan kebijakan, Bank Indonesia mungkin memiliki alasan untuk mempertahankan suku bunga setelah kenaikan mendadak awal bulan ini. Bank sentral dijadwalkan mengumumkan keputusan berikutnya pada 20 Desember.
Josua Pardede, seorang ekonom di PT Bank Permata di Jakarta, mengatakan bahwa risiko kredit “relatif rendah” dan bahwa bank-bank untuk saat ini lebih cenderung untuk menyesuaikan deposito dan suku bunga pinjaman pada kecepatan yang lebih lambat. The transmission on deposit and lending rates will be seen in the next year which could lead to slower credit growth and a slowing GDP growth,” he said.
terjemahan bebas oleh gandatmadi46@yahoo.com