Earthquakes (Gempa Bumi)
Gempa bumi adalah guncangan (shaking,tremor) permukaan Bumi, yang dihasilkan dari pelepasan energi secara tiba-tiba di litosfer Bumi yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi dapat beragam dari yang sangat lemah sehingga tidak dapat dirasakan sampai yang dapat menghancurkan seluruh kota. Seismicity, atau aktivitas seismik, dari suatu daerah adalah frekuensi, jenis dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu tertentu. Kata tremor juga digunakan untuk goncangan seismik non-gempa.
Di permukaan Bumi, gempa bumi menampakkan diri dengan menggoyang dan menggusur atau menghancurkan tanah. Ketika episentrum gempa bumi besar terletak di lepas pantai, dasar laut kemungkinan menyebabkan tsunami. Gempa bumi juga dapat memicu tanah longsor, dan kadang-kadang meningkatkan aktivitas gunung berapi.
Asal Usul
Di masa hidup filsuf Yunani Anaxagoras di abad ke-5 SM hingga abad ke-14, gempa bumi biasanya dikaitkan dengan “udara (uap) di rongga-rongga Bumi. Thales of Miletus, yang hidup dari 625-547 (SM) adalah satu-satunya orang yang didokumentasikan yang percaya bahwa gempa bumi disebabkan oleh ketegangan antara bumi dan air. Teori-teori lain, termasuk filsuf Yunani, Anaxamines ‘(585–526 SM) berkeyakinan bahwa perubahan cepat dari kekeringan dan basah menyebabkan aktivitas seismik. Filsuf Yunani Democritus (460–371 SM) menyalahkan air penyebab gempa bumi. Pliny the Elder menyebut gempa bumi sebagai “badai petir bawah tanah.
Dari penelitian terbaru, ahli geologi mengklaim bahwa pemanasan global adalah salah satu penyebab peningkatan aktivitas seismik. Menurut studi ini mencairnya gletser dan naiknya permukaan laut mengganggu keseimbangan tekanan pada lempeng tektonik Bumi sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas gempa bumi.
Pergerakan Lempeng (Tektonik) Bumi dan Gempa
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang dinamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya.
Permukaan bumi terdiri dari banyak lempeng tektonik, yang bergerak sekitar 34 meter setiap seribu tahun. Jika dua lempengan saring bergesekan, terbentuk tegangan ibaratnya jika kita merentangkan karet. Energi yang kemudian dilepaskan menciptakan gempa bumi. Diperkirakan 12.000 hingga 14.000 gempa terjadi setiap tahun, atau 35 setiap harinya. Tapi kebanyakan gempa kekuatannya lemah sehingga tidak menyebabkan kerusakan apapun.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya.
Permukaan bumi terdiri dari banyak lempeng tektonik, yang bergerak sekitar 34 meter setiap seribu tahun. Jika dua lempengan saring bergesekan, terbentuk tegangan ibaratnya jika kita merentangkan karet. Energi yang kemudian dilepaskan menciptakan gempa bumi. Diperkirakan 12.000 hingga 14.000 gempa terjadi setiap tahun, atau 35 setiap harinya. Tapi kebanyakan gempa kekuatannya lemah sehingga tidak menyebabkan kerusakan apapun.
Prediksi dan forecasting
Prediksi gempa adalah cabang ilmu seismologi yang berkaitan dengan spesifikasi waktu, lokasi, dan besarnya gempa bumi di masa depan dalam batas tertentu (magnitude of future earthquakes within stated limits). Banyak metode telah dikembangkan untuk memprediksi waktu dan tempat di mana gempa bumi akan terjadi. Meskipun ada banyak upaya penelitian oleh seismolog, prediksi yang dapat direproduksi secara ilmiah belum dapat menentukan kapan suatu gempa terjadi, pada hari atau bulan tertentu.
Sementara forecasting (peramalan) biasanya dianggap sebagai jenis prediksi, earthquake forecasting sering dibedakan dari prediksi gempa. Peramalan gempa berkaitan dengan penilaian probabilistik (probabilistic assessment) bahaya gempa bumi secara umum, termasuk frekuensi dan besarnya gempa bumi yang merusak di wilayah tertentu selama bertahun-tahun atau dekade. Dengan probabilitas, segmen (tanah) dapat pecah (rupture) untuk beberapa dekade berikutnya dapat diperkirakan (For well-understood faults the probability that a segment may rupture during the next few decades can be estimated).
Gempa bumi bisa terjadi kapan saja. Tapi peristiwa yang menyebabkan gempa bumi kadang sudah terjadi jutaan tahun yang lalu. Sebagai contohnya: gempa bumi berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang terjadi tahun 1906 di San Francisco, AS. Awal mula gempa bumi tersebut adalah pergerakan dua lempeng tektonik yang terjadi dua juta tahun lalu. Kedua lempeng itu membentuk Patahan San Andreas di sepanjang pantai barat AS.
Indonesia daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.
Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan gempa dan tsunami, juga membawa berkah dengan terbentuknya banyak cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini mengakomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan reservoir hydrocarbon. Kadungan minyak dan gas alam inilah yang kini banyak kita tambang dan menjadi tulang punggung perekonomian kita.
Tsunami
Tsunami (dari bahasa Jepang: 津 波, “gelombang pelabuhan” juga dikenal sebagai gelombang laut seismik, adalah serangkaian gelombang dalam badan air yang disebabkan oleh perpindahan volume besar air, umumnya di lautan atau danau besar. Gempa bumi, letusan gunung berapi, dan ledakan bawah air lainnya (termasuk peledakan perangkat nuklir bawah laut), tanah longsor, gletser, dampak meteorit, dan gangguan lain di atas atau di bawah air, semuanya berpotensi menimbulkan tsunami.
dikumpulkan dari sejumlah nara sumber oleh gandatmadi46@yahoo.com