Kebutuhan bahan baku sebesar 5,6 juta ton per tahun, yang bisa terpenuhi dari dalam negeri hanya 2,45 juta ton. Peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp40 triliun-Rp50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM
Tiga bahan dasar yang digunakan dalam industri petro-kimia, yaitu olefin, aromatika, dan gas sintetis (syn-gas).
Bahan Baku
Basis bahan baku dari industri petrokimia adalah kandungan senyawa hidrokarbon yang didapat dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi, maupun pencairan batu bara, dengan kandungan utama unsurkimia atom C dan H beserta turunannya, termasuk senyawa hidro-karbon dengan ikatan gugus fungsional senyawa tersebut
Proyek Baru
Saat ini ada proyek baru petrokimia sbb:
Ke 1, proyek milik PT. Pupuk Indonesia, Ferrostaal, Sojitz, dan LG di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Industri metanol menjadi olefin di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan investasi sekitar US$ 2,5 miliar. Rencana awal proyek ini diperkirakan dilelang pada Oktober 2018 ini dan beroperasi pada tahin 2021 atau 2022.
Ke 2, Teradapat dua proyek industri naphtha cracker oleh PT. Chandra Asri Petrochemicals di Cilegon, Banten yang pertama peningkatan kapasitas dengan nilai investasinya US$ 5,44 miliar. Sedang yang kedua, proyek pembangunan twin cracker baru senilai US$ 5 miliar
Ke 3, proyek industri naphtha cracker PT. Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Banten. Investasi proyek ini ditaksir sebesar U$ 3,5 miliar dan akan selesai 2023.
Ke4, Proyek relokasi industri naphtha cracker CPC Taiwan oleh PT. Pertamina di Tuban, Jawa Timur. Nilai investasi sekitar USD8,62 miliar, diharapkan selesai tahun 2024 – 2025.
Ke 5, Proyek industri Vynil Chloride Monomer oleh PT. Asahimas Chemical di Cilegon, Banten. PT Asahimas Chemical (Asahimas) di Cilegon senilai US$885 juta atau setara Rp12,3 triliun. Ekspansi yang dilakukan di antaranya perluasan pabrik ke-9 senilai US$425 juta serta pembangunan PLTU 300 MW (2×150 MW) dengan nilai investasi US$ 460 juta.
Ke 6. proyek pabrik gasifikasi batubara oleh PT. Bukit Asam, PT Pertamina, PT Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemicals di Muara Enim, Sumatera Selatan.
Ke 7.Proyek Petro Tuban
Dirut Pertamina, Nicke Widyawati bahwa Pertamina akan meningkatkan produksi aromatik kilang TPPI dari saat ini 46 ribu ton menjadi 55 ribu ton. Hal itu dilakukan setelah Pemerintah menguasai saham Petro Tuban sebesar 95,9% (PP no 66 thn 20190)
Ke depan, TPPI akan diintegrasikan dengan kilang Gross Root Refinery (GRR) Tuban yang sekarang masih dalam tahap persiapan pembangunan. GRR Tuban dibangun bersama dengan Rosneft perusahaan asal Rusia. Nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.205 ktpa, paraxylene 1.317 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.
dari sejumlah sumber informasi
gandatmadi46@yahoo.com