Jerman  Di Akhir  Cerita

Oleh Christoph B Rosenberg PhD – University of Regensburg , Germany , 1992

Di terbitkan oleh IMF F&D Magazine pada Maret 2025.

Rumah tangga yang memilih  menabung daripada mengkonsumsi atau memberi insentif kepada perusahaan untuk mengekspor daripada menjual di dalam negeri. Pemerintah terobsesi untuk menjaga defisit anggaran tetap rendah daripada melakukan investasi yang diperlukan.

Wolfgang Münchau meraih gelar Dipl-Betriebswirt (Reutlingen), Dipl-Mathematiker (Hagen), dan MA bidang  International Journalism (City University, London).

Christoph B Rosenberg PhD memberi komentar dan kritikan kepada Wolfgang Münchau atas bukunya berjudul “KAPUT – The End of the German Miracle” yang terbit tahun 2024.

Jerman sedang dalam keadaan sulit. Pertumbuhan yang stagnan dan biaya hidup yang tinggi telah menyebabkan banyak orang khawatir tentang apa yang salah dan bagaimana cara untuk maju, termasuk selama kampanye pemilihan umum baru-baru ini. Untuk pertama kalinya, sikap kritis meluas hingga pertanyaan tentang kelayakan model ekonomi pascaperang Jerman itu sendiri.

Oleh karena itu, Kaput: The End of the German Miracle karya Wolfgang Münchau sangat tepat dan waktu yang tepat pula. Sebagai komentator kawakan ekonomi Eropa di Financial Times, ia memberikan penjelasan pedas tentang banyaknya kesalahan dan belokan yang dilakukan negara asalnya selama 30 tahun terakhir.

Oleh karena itu, Kaput: The End of the German Miracle karya Wolfgang Münchau sangat tepat dan terbit di waktu yang tepat pula. Sebagai komentator kawakan ekonomi Eropa di Financial Times, ia memberikan penjelasan pedas tentang banyaknya kesalahan dan wrong turns yang dilakukan negara asalnya selama 30 tahun terakhir.

Kelemahan ekonomi struktural Jerman sudah diketahui: fokus yang terlalu besar pada manufaktur (terutama mobil berbahan bakar fosil), ketergantungan pada impor energi dari Rusia dan ekspor ke Tiongkok (yang baru-baru ini digantikan oleh Amerika Serikat), kelangkaan tenaga kerja terampil, birokrasi yang berlebihan, lambatnya digitalisasi, sistem keuangan yang sempit, dan pengabaian investasi infrastruktur yang parah karena aturan fiskal yang kaku.

Yang membuat buku Münchau menonjol adalah analisisnya yang cermat—yang didukung oleh banyak anekdot—tentang interaksi antara politisi, CEO perusahaan, pemimpin buruh, bankir, dan media. Secara kolektif, mereka menghasilkan obsesi nasional dengan model ekonomi neo-merkantilis yang berpusat pada ekspor barang-barang berkualitas tinggi—kendaraan bermotor, bahan kimia, dan semua jenis perangkat keras mekanis.

Perspektif Münchau adalah ekonomi mikro. Namun dengan mengembangkan narasinya seputar pelaku individu, daya saing perdagangan, dan nasib industri tertentu, ia kehilangan cerita ekonomi makro yang penting: tingkat tabungan nasional Jerman yang tinggi secara historis dan surplus kapital tekait atau related capital account surpluses.

Rumah tangga yang memilih  menabung daripada mengonsumsi atau membelanjakan memberi insentif kepada perusahaan untuk mengekspor daripada menjual di dalam negeri. Pemerintah terobsesi untuk menjaga defisit anggaran tetap rendah daripada melakukan investasi yang diperlukan. Bank menyalurkan semua tabungan rumah tangga tersebut ke dalam investasi asing yang berisiko, seperti yang terjadi menjelang krisis euro pada tahun 2010-an. Keengganan yang mengakar kuat di negara itu untuk menanggung utang adalah sisi lain dari obsesinya terhadap ekspor.

Ini adalah gejala dari pola pikir yang lebih luas yang hanya disinggung oleh Münchau: keinginan untuk tidak mempertaruhkan apa yang telah dicapai— Besitzstandswahrung, seperti yang mereka katakan dalam bahasa Jerman. Kurangnya budaya perusahaan rintisan, lambannya penerapan teknologi baru seperti jaringan serat optik atau kendaraan listrik, konservatisme fiskal yang ekstrem—semuanya terdokumentasi dengan baik dalam buku ini—dapat ditelusuri ke pola pikir pasca-Perang Dunia II ini. Jika diuraikan lebih lanjut, analisisnya akan menjadi lebih kaya.

Setelah mengetahui bagaimana Jerman menyimpang dari jalurnya, Münchau enggan mengusulkan cara untuk memperbaiki keadaan. Satu-satunya usulan konkretnya, yang ditambahkan sebagai renungan di epilog dan langsung ditolak karena tidak realistis, adalah memajukan European capital market union.

Sementara itu, analisisnya akan menawarkan banyak peluang untuk menjabarkan agenda reformasi yang realistis—misalnya, modifying the suffocating fiscal debt brake to increase public investment, supporting start-ups, or finally advancing digitalization in earnest.

Buku ini berakhir dengan nada pesimis, hampir mengalah. Namun, ada secercah harapan, dimulai dengan perdebatan tentang apakah neo-merkantilisme dapat berhasil di era pasca globalisasi—yang dikontribusikan dengan sangat baik oleh Münchau sendiri. Ada perusahaan Jerman nonmanufaktur, bahkan perusahaan besar seperti pengembang perangkat lunak SAP, yang terus berjalan dengan baik. Dan jika kondisinya tepat, beberapa pengusaha dan peneliti Jerman ekspatriat tersebut mungkin memutuskan untuk kembali. Semua mungkin tidak hilang bagi Jerman, seperti yang disarankan Münchau.

Christoph B Rosenberg PhD – University of Regensburg , Germany , 1992

Ex Diputi Direktur IMF,  Departemen Komunikasi. Experienced economist and communication specialist with a proven record working on a variety of emerging economies, primarily in Eastern Europe, the Middle East and Central Asia. Former journalist and academic, with 30+ years experience at the IMF.

Terjemahan bebas oleh gandatmadi46@yahoo.com

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *