Berdasarkan data Kementerian BUMN, laba konsolidasi perusahaan pelat merah tahun 2024 tercatat sebesar Rp304 triliun, lebih rendah dari capaian 2023 yang mencapai Rp327 triliun. Perlu dicatat bahwa angka tersebut masih bersifat sementara, karena belum diaudit secara resmi.
Meskipun terjadi penurunan laba, pendapatan konsolidasi BUMN justru mengalami pertumbuhan positif. Sepanjang tahun 2024, pendapatan mencapai Rp3.128 triliun, meningkat 6,6% yoy dari Rp2.933 triliun pada akhir 2023.
Kementerian BUMN mencatat total aset konsolidasi BUMN pada 2024 mencapai Rp10.950 triliun, meningkat 5,3% yoy dari Rp10.402 triliun pada periode yang sama di tahun 2023. Secara keseluruhan, dalam periode 2020-2024, total aset BUMN mengalami pertumbuhan sebesar 7,1%.
Dari segi ekuitas, BUMN mencatatkan kenaikan 1,91% yoy menjadi Rp3.510 triliun, tumbuh dari Rp3.444 triliun per Desember 2023. Jika ditarik dalam rentang lima tahun terakhir (2020-2024), total ekuitas mengalami kenaikan signifikan sebesar 9,1%.
OECD Report BUMN 2024
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disejumlah negara memegang peranan penting dalam berbagai perekonomian, menyediakan barang dan jasa publik di berbagai sektor strategis seperti energi, pertambangan, infrastruktur, dan keuangan. Pengelolaan BUMN secara bertanggung jawab melalui tata kelola perusahaan yang baik sangat penting untuk memastikan kontribusi BUMN terhadap daya saing, ketahanan ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan.
Sejak tahun 2000, jumlah BUMN dalam 500 perusahaan global teratas berdasarkan pendapatan telah meningkat empat kali lipat. Sektor publik juga merupakan pemegang saham besar di pasar ekuitas publik global. Laporan OECD terbaru Kepemilikan dan Tata Kelola Perusahaan Milik Negara 2024, yang diluncurkan baru-baru ini, menganalisis tren kepemilikan BUMN dan konsekuensinya terhadap persaingan di pasar
Peran yang semakin besar ini menjadikan tata kelola BUMN menjadi sangat penting. Untuk mendukung pemerintah mengelola perusahaan yang mereka miliki dengan lebih baik, Pedoman OECD tentang Tata Kelola Perusahaan Badan Usaha Milik Negara telah direvisi dan mencerminkan perkembangan terkini di pasar dan sektor korporat.
Kinerja sejumlah Perusahaan BUMN 2024.
Pertamina pada 2024 membukukan pendapatan sebesar USD75,33 miliar atau setara Rp1.194 triliun, kontribusi Pertamina terhadap Negara mencapai Rp401,73 triliun, baik dari pajak, PNBP maupun dividen.
Pertamina membukukan laba bersih konsolidasi sebesar USD3,13 miliar atau sekitar Rp49,54 triliun. Sementara Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) tercatat sebesar USD10,79 miliar atau setara Rp171,04 triliun.
PT PLN (Persero) mencatatkan laba tahun 2024 sebesar Rp 17,76 triliun dengan pendapatan sepanjang tahun lalu mencapai Rp 545,4 triliun. Sedangkan, pendapatan perusahaan terpantau meningkat dibandingkan dengan tahun 2023 mencapai 11,9% yang mana pada tahun tersebut tercatat mencapai Rp 487,38 triliun.
Kendati demikian, laba tahun 2024 tersebut terhitung lebih rendah bila dibandingkan dengan laba tahun 2023 yang mencapai Rp 22,07 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun, naik tipis atau 0,36% (yoy), pencapaian tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp142,05 triliun, naik 3,38% yoy dari setahun sebelumnya Rp137,40 triliun.
Kemudian, penyaluran kredit BRI dan pinjaman syariah yang tercatat sebesar Rp1.348,21 triliun, tumbuh 7,98% yoy pada tahun 2024, dari setahun sebelumnya Rp1.248,51 triliun. Total kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.110,37 triliun.
Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,94% dan NPL net sebesar 0,75% per Desember 2024. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 215,01%.Pada penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.365,45 triliun. Dengan porsi dana murah atau current account savings account (CASA) sebesar 67,30%.
Dengan begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) konsolidasi BRI sebesar 89,39% sepanjang tahun lalu. Aset BRI pun tercatat tumbuh 1,42% yoy menjadi Rp1.992,92 triliun pada akhir tahun 2024.
PT Bank Mandiri: Pendapatan dan Laba 2024 meraup laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp55,78 triliun pada 2024, tumbuh 1,31% secara tahunan (year on year/YoY) Rp55,06 triliun pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Mandiri membukukan pendapatan bunga dan syariah bersih senilai Rp101,75 triliun, naik 6,12% YoY dari Rp95,89 triliun pada tahun sebelumnya. Pendapatan berbasis komisi alias fee-based income bank pelat merah ini juga tumbuh 15,32% YoY, dari Rp20,50 triliun pada 2023 menjadi Rp23,64 triliun pada 2024.
PT Mineral Industri Indonesia (Mind ID), Pendapatan dan Laba 2024 berhasil mencatatkan laba tahun berjalan 2024 sebesar Rp 40,2 triliun, melonjak 46% dari capaian laba pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2024 yang telah diaudit, MIND ID membukukan pendapatan sebesar Rp 145,2 triliun, tumbuh 34,56% dari tahun sebelumnya. Aset perusahaan meningkat menjadi Rp 292,1 triliun dari Rp 259,2 triliun pada 2023. Sementara itu, beban pokok pendapatan naik dari Rp 90 triliun menjadi Rp 124,6 triliun, mengikuti ekspansi produksi dan hilirisasi di seluruh entitas anak.
PT Pupuk Indonesia: Pendapatan dan Laba 2024 mencatat laba bersih sebesar Rp8,89 triliun sepanjang tahun 2024, PIHC melaporkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp81,61 triliun, sedikit meningkat 3,04% dibanding Rp79,20 triliun pada 2023.
Pendapatan tersebut berasal dari berbagai sumber, yakni penjualan produk yang mencapai Rp44,20 triliun, penggantian biaya subsidi dari pemerintah sebesar Rp33,32 triliun, dan pendapatan jasa sebesar Rp4,08 triliun.
PT Garuda Indonesia Pendapatan dan Laba 2024 mencatat, pendapatan usaha Garuda Indonesia secara konsolidasi di sepanjang tahun 2024 yang tumbuh 16,34% dari sebelumnya US$ 2,94 miliar atau setara Rp 48,40 triliun (asumsi kurs Rp 16.600/US$) menjadi US$ 3,42 miliar (Rp 56,77 triliun).
Pendapatan penerbangan berjadwal mencatakan peningkatan sebesar 15,32% menjadi US$ 2,74 miliar dari tahun sebelumnya sebesar US$ 2,38 miliar. Peningkatan pendapatan angkutan penumpang sebesar US$2,57 miliar atau naik 13,95%, serta angkutan kargo dan dokumen senilai US$164,70 juta atau naik 3,07%.
Sementara itu, pendapatan penerbangan tidak berjadwal mencapai US$333,75 juta atau naik 15,87% dari tahun 2023. Pertumbuhan tersebut salah satunya dikontribusikan oleh angkutan charter yang mencatatkan lonjakan hingga 101,06% menjadi US$106,27 juta, dari tahun sebelumnya sebesar US$52,86 juta.
Adapun aspek pendapatan lainnya turut tumbuh signifikan sebesar 25,79% menjadi US$ 340,37 juta dibandingkan pada tahun sebelumnya yang ditunjang oleh kinerja anak usaha Garuda Indonesia, di antaranya GMF AeroAsia yang menyumbang pendapatan pemeliharaan dan perbaikan pesawat sebesar US$ 102,71 juta, dengan peningkatan 18,54% YoY, serta Aerowisata yang berhasil mencatatkan pendapatan biro perjalanan sebesar US$ 40,96 juta, atau meningkat signifikan sebesar 37,12%.
Di sepanjang tahun 2024, Garuda Indonesia secara grup berhasil mengangkut 23,67 juta penumpang atau naik 18,54% dibandingkan sepanjang tahun 2023 yang mengangkut 19,97 juta penumpang. Jumlah ini terdiri dari 11,39 juta penumpang Garuda Indonesia (mainbrand) serta 12,28 juta penumpang Citilink.
Kenaikan jumlah penumpang Garuda Indonesia Group selaras dengan peningkatan frekuensi penerbangan sebesar 12,21% (YoY) dari tahun sebelumnya yang sebanyak 145,500 penerbangan menjadi 163,271 penerbangan.
PT Kereta Api Indonesia: mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,1 triliun pada tahun 2024, dengan laba bersih mencapai Rp 89,6 miliar. Total aset perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 10% menjadi Rp 949 miliar. Capaian ini salah satunya didorong oleh strategi inovasi yang diterapkan KAI Logistik sepanjang tahun 2024.
PT Kereta Api Logistik (KAI Logistik) dibentuk dengan tujuan melayani distribusi logistik berbasis kereta api, dengan kemasan bisnis door to door service untuk memberikan pelayanan yang paripurna bagi Pelanggan kereta api yang didukung dengan layanan pra dan purna.
PT Wijaya Karya: Kerugian PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun di tahun 2024. Rugi bersih WIKA turun walau pendapatan neto juga turun di tahun lalu yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk alias rugi bersih menjadi Rp 2,26 triliun di tahun 2024, membaik 68,19% YoY dari rugi bersih Rp 7,12 triliun di tahun 2023.
Pendapatan neto WIKA tercatat Rp 19,24 triliun di tahun 2024. Angka itu turun 14,59% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 22,53 triliun di tahun 2023.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan Wijaya Karya merugi karena beban penurunan nilai pada level induk atas proyek-proyek masa lalu dan WIKA Realty. Sedangkan kerugian Waskita Karya disebabkan penurunan jumlah kontrak yang tidak dapat menanggung biaya operasional dan beban keuangan yang tinggi.
Waskita Karya mencatat rugi bersih sebesar Rp3 triliun sepanjang 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp4 triliun.
Waskita Karya mengantongi pendapatan sebesar Rp10,6 triliun pada 2024 atau turun dari tahun sebelumnya yang meraih Rp11 triliun.
PT Krakatau Steel: Walaupun sepanjang 2024 pabrik HSM 1 tidak beroperasi karena berupa korsleting, namun Krakatau Steel di 2024 terus berupaya menjaga kinerja bisnisnya yang ditunjukkan dengan pencapaian pendapatan tersebut serta laba bruto sebesar USD106,94 juta atau setara Rp1,73 triliun, dan mencatatkan EBITDA positif senilai USD6,63 juta atau setara dengan Rp107,17 miliar.
Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization yang artinya pendapatan sebelum bunga, pajak dan amortisas
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com