Prof Rhenald Kasali wawancara Wakil Ketua BPS, Sonny Harmadi (alumni FEB UI) soal data yang dirilis BPS di kwartal 2 tahun 2025.
Ringkasan wawancara
Prof Rhenald Kasali: data BPS pertumbuhan 5,12% itu ada beberapa yang kita persepsikan sebagai janggal. Beberapa ekonom akan bahkan akan melaporkan ke PBB minta dilakukan audit investigasi. Apa komentar Anda?
Sonny Harmadi, beberapa teman saya yang ekonom dia menggunakan 7 sampai 12 indikator. Kami, BPS menggunakan 1058 indikator. Intinya BPS itu memberikan potretnya. Para pengambil kebijakan mengambil kebijakan secara tepat. Kalau potretnya bagus atau jelek isinya itu tentu tergantung dari kinerja pembangunan.
Prof Rhenald Kasali, Laporan BPS yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi 5,12% mengejutkan banyak pihak karena ekspektasi dan juga percakapan kita sebelumnya bahwa pertumbuhan itu akan turun. Apalagi kondisi di masyarakat kayaknya duit susah, perdagangan lesu, kita semua merasakan itu PHK di mana-mana.
Jadi tiba-tiba ketika BPS menunjukkan angkanya naik dan ini angkanya berbeda dengan rata-rata prediksi dari sekitar 4,8% jadinya 5,12%. Angka 0,3% itu adalah suatu angka yang lumayan besar. Apa yang tengah terjadi?
Lalu kemudian kita melihat bahwa banyak sekali hal-hal yang mempertanyakan bahkan mempersoalkan lembaga itu bahkan melaporkannya ke dunia internasional. Tapi mungkinkah itu terjadi karena manipulasi?
Persoalannya adalah kalau data ini benar berarti ada perubahan struktural di dalam masyarakat, ada perubahan struktural dalam ekonomi kita. Apa itu? Saya harus disclaimer kepada Anda semua bahwa kami melakukan ini, wawancara ini bukan karena ingin menyenangkan kita semua, bukan karena kami memperoleh bayaran dari pemerintah, tetapi ini adalah karena kita ingin mendapatkan informasi yang jelas. Informasi ini kita butuhkan untuk mengambil keputusan. Sebab kalau angkanya benar 5,2% artinya para pengusaha harus cepat cepat menyesuaikan diri. Ada banyak yang berubah. Apa yang berubah?
Mari coba kita telisik. Indikator itu ternyata ada sedikit perbedaan dengan data yang disampaikan oleh BPS terutama pada kuartal kedua di tahun 2025. sehingga memerlukan adanya pihak sebenarnya yang dipersepsikan sebagai independen dan juga yang memiliki prinsip-prinsip terkait dengan penyusunan metodologi statistik UN Statistical Commission. Nah, sehingga kita meminta mereka yang acuan standarnya dirujuk oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia ini bisa melakukan checking kembali apakah perubahan-perubahan komponen dan data yang disajikan oleh BPS itu memang sudah sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional yang disebut sebagai principles of statistic sehingga semua standar-standar tadi dapat dipertanggungjawabkan. Karena kalau dilihat dari beberapa komponen data pertumbuhan 5,12% itu ada beberapa yang kita persepsikan sebagai janggal.
Di kuartal kedua lebarannya sudah lewat, pertumbuhan konsumsinya meningkat dan pertumbuhan ekonomi secara totalnya bisa 5,12%. Nah, selain itu juga dari sisi investasi. Investasi ini antara yang dilaporkan oleh BKPM bahwa betul memang kita sedang mendorong investasi di sektor hilirisasi misalnya, tapi fakta bahwa 28 perusahaan smelter yang terkait hilirisasi sekarang ini sedang terganggu produksinya. Tapi kenapa angka investasi atau pembentukan modal tetap bruto itu mengalami kenaikan yang cukup tinggi?
Selain itu juga ekspor. Jadi, harga komoditas trennya sedang kurang begitu bagus. Baik batu bara termasuk juga hasil olahan nikel. Tapi dilihat dari sisi ekspor itu terjadi lonjakan yang cukup tinggi. Dan selain itu juga ketika pemerintah mengimpor mesin untuk pembuatan tank itu maka boleh dicatat sebagai pembentukan modal tetap bruto. Tapi kalau dia hanya sekali pakai atau barang jadi yang diimpor maka dicatatannya adalah diimpor atau dibelanja pemerintah bukan di dalam investasi. beberapa ekonom takan ya dan itu sambut penyabut semuanya mempertanyakan bahkan akan melaporkan ke PBB akan minta dilakukan audit investigasi. Ya, apa komentar Anda?
Sonny Harmadi: yang pertama jelas Badan Pusat Statistik bekerja dengan rules dan standar yang jelas. Kami punya 20.454 pegawai di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Lalu kemudian kami juga mengikuti untuk PDB ini untuk pertumbuhan ekonomi berarti pertumbuhan dari PDB itu mengikuti manual standar manual yang dikeluarkan oleh UN bersama OECD dan beberapa lembaga. Jadi kami bekerja dengan standar yang jelas. Lalu kemudian yang kedua kami ini untuk menerbitkan PDB
Hal itu menggunakan sekitar 1058 indikator atau variabel. PDB itu disusun dengan tiga pendekatan. Pertama menggunakan pengeluaran, kedua dengan lapangan usaha, dan ketiga konsolidasi dari PDRB kabupaten, kota, terus kemudian provinsi sampai diagregasi menjadi PDB nasional, BPEN up. Jadinya dari bawah terus ke atas. Dan itu kan harus konsisten semua. Tidak mudah untuk menyusun PDB karena manualnya saja 722 halaman.
Jadi kalau mau diaudit bisa dilihat itu konsistensinya. Nah, begini. perbedaan antara proyeksi ekonomi beberapa pengamat atau ekonom dengan publikasinya BPS, hal itu sebenarnya seringkiali terjadi sebagai gambaran pada kuartal 2 kita kan sekarang bicara tentang kuartal 2 tahun 2021 para ekonom memperkirakan memprediksikan pertumbuhan ekonomi kita sekitar 5,5%. Faktanya kita merilis itu 7,07%.
Jadi itu bahkan selisihnya jauh lebih besar daripada yang sekarang 0,3%. Tidak terjadi keributan. Karena kami bekerja bukan berdasarkan persepsi, kami bekerja berdasarkan fakta dan dan indikatornya jauh lebih luas. Beberapa teman saya yang ekonom dia menggunakan 7 sampai 12 indikator. Kami menggunakan 1058 indikator. Jadi di situ saja sudah kelihatan bahwa kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan hati-hati.
Ada tim khusus. Jadi ada 7 unit eslon 1. Dari 7 unit eslon itu adalah eslon 1 ee sifatnya teknis. Dan 4 unit eselon 1 itu tugasnya adalah mendukung satu unit yang namanya kedeputian raca. Oke. Kedeputian raca itu yang membuat menyusun PDB. Jadi ada namanya kedeputian bidang statistik produksi.
Jadi dia mencatat mendata seluruh produksi dari mulai pertanian, industri, pertambangan dan seterusnya. Untuk statistik produksi ini dia menjadi sumber data yang akan digunakan untuk menghitung PDB. Saja untuk pertanian ada lima subsektor salah satunya tanaman pangan. Untuk tanaman pangan saja ada yang namanya padi dan jagung. Produksi padi dan jagung. Kita menggunakan kerangka sampel area. Jadi citra satelit itu memetakan sawah baku di Indonesia. Setelah itu disurvei 220.000 titik dengan 6.600 petugas dilakukan setiap bulan di akhir bulan 7 hari terakhir. Nah, di situ saja hanya untuk mendapatkan statistik beras. Jadi untuk menghasilkan produksi masuk ke dalam tanaman pangan nanti muncul di dalam PDB pertanian subsektor tanaman pangan itu effortnya saja yang dilakukan luar biasa.
Beberapa biro survei, perusahaan juga yang melakukan survei seperti Roy Morgan yang sekarang bekerja sama dengan kami juga menggunakan citra satelit ya. Mereka bahkan mengirim datanya ke luar negeri, diolah di luar negeri dilihat begitu ya dan bahkan juga menggunakan data BPS. Berarti ini kan semakin terintegrasi semua data.
Apakah juga yang dilakukan oleh BPS ini di audit internasional? Kami itu sudah memiliki jadwal rilis 1 tahun sebelumnya.. Dan itu masuk dalam kalender IMF, ADB dan seterusnya..
Lalu kemudian ada lembaga-lembaga internasional yang melakukan penilaian terhadap kinerja dari kantor statistik National Statistics Office. WorldBank juga melakukan, IMF juga ikut. Berarti ini ekonom-ekonomi internasional datang dan memantau langsung, pernah mengaudit BPS secara langsung. Jadi dicek bagaimana metodologi kita.
Yang menarik dalam open data inventory BPS adalah NSO atau National Statistics Office. BPS masuk terbaikdi peringkat 37 dari 197 negara di dunia. Dan untuk statistical performance index, Indonesia itu terbaik peringkat 57 dari 187 negara. Artinya kita tidak buruklah.
Orang-orang akan mempermasalahkan konsumsi rumah tangga misalnya masih tinggi. Padahal misalkan ya indeks keyakinan konsumen cenderung stabil. Stabil walaupun ada indeks keyakinannya mengalami penurunan.
Penurunan? Bank Indonesia melakukan survei terhadap 4.600 responden untuk menilai indeks keyakinan konsumen. BPS melalui survei ekonomi rumah tangga triwulanan itu surveinya 76.000 lebih per 3 bulan. Itu untuk melihat bagaimana perkembangan daya beli dari masyarakat. Masyarakat membacanya daya beli memang turun. Kita merasakan semua yang melakukan usaha itu merasakan turun.
Prof Rhenald Kasali, bahkan ada fenomena roh halus. Rombongan hanya mengelus-ngelus rohana. Rombongan hanya nanya-nanya nanya-nanya ya Rojali gitu ya. Rombongan jarang beli. Mall banyak tetapi jarang beli begitu. Apa yang Anda lihat?
Sonny Harmadi: Di masa lalu kan saya juga dulu ekonom gitu ya. Di masa lalu kita melihat salah satu indikator dari daya beli masyarakat adalah pembelian kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor. Betul sekali. Yang menarik misalkan di contoh Triwulan 2 ini ya, pembelian kendaraan bermotor memang anjlok turun. Mau motor, mau mobil semuanya anjl. Tapi di saat yang bersamaan mobilitasnya masyarakat tuh naik drastis. Nah, ini menarik. Mobilitas itu artinya orang bepergian. Iya, orang bepergian. Sebagai contoh di triwulan 1 bulan Maret – karena kita bicara triwulan 2 yaitu April, Mei, Juni. 1 Januari sampai Maret. Di bulan Maret orang yang melakukan pergerakan bepergian itu 8 juta.
Di bulan April yang masuk triwulan 2 itu 128 juta. Padahal di saat bersamaan pembelian kendaraan beli motor anjlok. Iya. Data dari Roy Morgan menyebutkan bahwa ternyata sekarang 95% rumah tangga itu sudah punya sepeda motor. Iya. Jadi sekarang ya kami juga pernah melakukan survei dari pengalaman pandemi Covid-19 itu menyebabkan orang melakukan shifting. Orang menjadi lebih memiliki sens terhadap risiko.
Dulu punya aset properti, mobil, motor itu mungkin pada saat pandemi sulit untuk dijual, tidak liuid. Akhirnya apa? Kalau kita lihat di data selama triulan 2 ini terjadi kenaikan pembelian emas. orang beralih dari fix aset yang tadi rumah dan mobil, motor menjadi emas, logam mulia. Iya, ya. Itu kelihatan sekali.
Jadi, kami bukan pakai perasaan, pakai data gitu ya. Nah, misalkan ttg simpanan masyarakat.Total simpanan masyarakat itu naik terus dari Januari, Januari, Februari, Maret, orang enggak spending. Orang nahanuntuk nabung.
Puncaknya di Maret begitu April sampai Mei, simpanan dihabiskan. Jadi di tabungannya kelihatan turun begitu. Dan lumayan besar itu total kira-kira lebih dari 100. Itu lebaran ya?. Di triulan 2 jumlah hari libur kita dari 3 bulan itu 40 hari. Kunjungan ke sini juga ramai sekali perubahan. Di triwulan 1 itu hanya 32 hari. Jadi kita kan tidak hanya melihat indeks keyakinan konsumen, tapi dengan Seruti (Survei Ekonomi Rumah Tangga) tadi, Bahkan dari seruti itu sebetulnya tumbuh konsumsi masyarakat di triwulan 2 year on year itu 5,4%.
Karena perhitungan daya beli biasanya kita menggunakan namanya leading indicator. Indikator utama yang selama ini digunakan para ekonom adalah penjualan otomotif, penjualan kendaraan. Dan memang angka kendara penjualan kendaraan itu mengalami penurunan. Jadi ketika melihat angka itu pikiran kita langsung melihat bahwa terjadi penurunan daya beli.
Tapi kan bukan cuma itu, juga ada konsumsi rumah tangga itu stagnan hanya tumuh 4,9% pada kuartal kedua begitu ya. Indeks keyakinan konsumen sudah disebutkan itu juga mengalami kontraksi, mengalami penurunan. Menunjukkan optimisme konsumen itu memang ada penurunan.
Mobility-nya naik, angka orang bepergian naik, pembelian kendaraan turun tapi perginya tetap. Pembelian emas naik, spending naik. Jadi kalau sebetulnya disebutkan bahwa keyakinan konsumen turun tidak. Karena dari survei ekonomi rumah tangga terintegrasi yang dilakukan BPS 76.000 representatif itu naik. Jadi berbeda dengan angkanya dari Bank Indonesia. Data Bank Indonesia berjumlah 4.600 responden di 18 kota. kami BPS 76.000 artinya Bank Indonesia tentu punya kelebihan ya tetapi di Seruti ini itu betul-betul representatif Indonesia menggambarkan kondisi yang sebenarnya itu.
Lalu kemudian kami lihat dari indeks spendingnya masyarakat yang naik selama 3 bwulan 2 adalah makanan, minuman, restoran, hotel dan bahan bakar naik dengan sangat tinggi.
Source of growth kita yang tinggi salah satunya adalah investasi. Tadi Prof. Renal bilang tentang properti, rumah dan seterusnya. Sebetulnya masyarakat masih tetap membutuhkan rumah. Iya. Hanya saja mereka beda dengan kita. Mungkin dulu punya rumah kedua, punya rumah ketiga, dan seterusnya. Kalau sekarang mereka cukup dengan satu rumah, lalu kemudian sisanya mereka gunakan untuk experience seperti traveling dan seterusnya. Dan itu yang dipertanyakan oleh banyak ekonomi.
Prof Rhenald Kasali: Karena juga angka purchasing manufacturing index di sektor manufaktur Indonesia justru sekarang berada di bawah 50. Ini menurut para ekonom. Mereka sudah menguliti data di bawah 50. Levelnya menunjukkan kontraksi April Juni 2025 anjol ke 46,9 pada bulan Juni. Apa penjelasan Anda?
Sonny Harmadi: PMI purchasing manager index itu biasanya diambil dari datanya S&P Global yang biasanya banyak digunakan oleh sektor keuangan dan perusahaan-perusahaan publik. S&P ini menggunakan 400 responden perusahaan manufaktur di Indonesia. 400 responden dan 400 perusahaan. 400 perusahaan dan memang tidak representatif. Tapi kalau random oke. Di dalam statistik syarat untuk random adalah punya populasinya, list of population, punya frame-nya, sampling frame, ada weight-nya. Itu hanya BPS yang punya.
Yang punya sampling frame populasi total seluruh pelaku usaha di Indonesia BPS berapa puluh ribu tadi Anda menyebutnya? perusahaan besar dan sedang, industri manufaktur besar dan sedang di Indonesia ada Rp37.000. Lalu kemudian untuk yang ee mikro dan kecil itu ada banyak sekali. Jadi 400 instead of kami di BPS untuk memahami bagaimana perkembangan industri kita melakukan survei bulanan
Jumlah respondennya 3.070 responden representatif. Itu kalau di statistik ada namanya kesalahan pengambilan sampel, margin of errornya itu 22,5%. Dengan 3070 responden industri besar dan sedang, margin of error-nya saja masih 22,5%.
Bayangkan kalau jumlahnya sedikit dan tidak representatif. untuk survei IKM namanya industri kecil dan mikro. Kami setiap 3 bulan melakukan survei terhadap 29.000 pelaku industri kecil dan mikro. Jadi itu menjadi dasar kami di dalam menyusun PDEB industri. Dan yang menarik pada Triwulan 2 ini industri yang menonjol tumbuh dengan sangat cepat adalah industri mesin dan perlengkapan. Mesin dan perlengkapan.
Yang menarik adalah investasi. Jadi PDB ini kan diukurnya ada unsur konsumsi. Tadi kita sudah bicara daya beli, fenomena rohana rohali segala macam. Anda lihat mobility justru naik, spending justru meningkat. Kemudian konsumsi di sini, ada government spending. Pemerintah ini spendingnya turun dengan adanya efisiensi dan lain sebagainya. Per fiskal juga berubah. Kemudian juga kita lihat lagi C G kemudian E investasi. Investasi itu kalau triulan sebelumnya adalah 2% jadi 7%.
Prof Rhenald Kasali: Gimana kita menjelaskannya kenaikannya tiga kali lipat? Dari mana angka itu kita dapat? Saya bicara tentang logika publik termasuk logika saya sendiri. Ini saya bertanya-tanya begitu ya. Ini PHK di mana-mana angkanya lumayan gede loh ini ya. PHK itu meningkat 32% secara tahunan pada semester pertama ini. Lalu kemudian ini harusnya berdampak pada pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Dan ini konsisten dengan data yang ada di BPJS Tenaga Kerja yang mengklaim ee karena mereka kena PHK. Begitu.
Bagaimana kita menjelaskannya bahwa I atau investasi ini meningkat dari 2% menjadi 7%? Tiga kali lipat loh, Mas Soni.
Sonny Harmadi : Yang pertama, PMA kita memang turun sekitar 6% PMA kita, tapi PMDN kita naik 30% modan modal dalam negeri, investor-investor lokal. Betul. Terus kemudian leading indicators yang biasa digunakan oleh para ekonom sebelumnya atau teman-teman ahli ekonomi itu biasanya adalah perdagangan penjualan semen.
Tetapi Mesin dan peralatan itu mesin peralatan produksi industri dalam negeri tumbuh 28 hampir 29%.
Yang menarik juga impor barang modal. Impor barang modal dari luar negeri itu naik 30%, Nah, kalau kita impor barang modal masuk itu berarti ada yang invest di dalam. Jadi kalau di dalam ini agak sedikit teknis di ekonomi makro ada Y = C + I + G + X – M. X (ekspor dikurangi impor) Katakan impor ini pindah ke kiri jadi y + m ya sama c + g persamaan matematika. Nah yang kiri adalah domestic supply dan yang kanan adalah domestic demand penawaran dan
Yang diimpor barang modal naik dengan drastis pasti masuk ke investasi. Berarti investasi dalam PMDN tetapi mereka membeli mesin dari enggak tampak dalam konsumsi. Karena ini multiplayer effectnya tidak banyak sebetulnya. Nah, ini tapi investasi tetap harus masuk investasi kan dia harus sesuai dengan manualnya. Jadi ada namanya manual system of national accounts 2008 tadi yang juga oleh UN. Nah, itu menjadi dasar kami ketika ada pembelian barang.
Dikutip oleh gandatmadi46@yahoo.com