Sekilas Perkembangan Energi Dunia
Prediksi kebutuhan portofolio energi dunia di masa depan, baik dari sumber energi fossils fuel, baik yang konvensionil, yang non konvensionil serta energi baru menjadi topik yang menarik. Ekonomi dunia yang terus berkembang membutuhkan energi untuk mendukungnya. Pertumbuhan ekonomi dunia semakin banyak orang terangkat dari kemiskinan, umur yang lebih tua dan tingkat kematian balita yang menurun. Hal ini membuat populasi dunia tumbuh.
Seiring dengan meningkatnya kemiskinan kepedulian terhadap lingkungan semakin bertambah sehingga energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi pilihan dan harga sudah bukan menjadi persoalan bagi mereka. Kemajuan teknologi pada energi alternatif membuatnya semakin murah. Pembahasan mengenai sumber energi dibagi menjadi tiga bagian:
Energi Fossil Fuel Konvensional
Pembahasannya terfokus kepada minyak bumi, gas bumi dan batu bara :
Minyak bumi masih menjadi tulang punggung perekonomian dunia. Dari sisi suplai masih terdapat kapasitas prosuksi yang belum terpakai dan juga proved reserves itu sendiri yang terus meningkat.
Note: Wamen ESDM Arcandra Tahar M.Sc, Ph.D, agar manusia bisa tetap memanfaatkan minyak di bumi ini maka harus diciptakan sebuah teknologi yang bisa mendukung untuk melakukan hal tersebut. Sampai suatu saat nanti, anak cucu kita, bisa mengambil minyak 100 persen karena dengan teknologi kita yang ada sekarang, kita hanya baru mampu mengambil minyak 40-50 persen – kumpulanstudi-aspirasi.com.
Perusahaan Migas Internasional (IOC) sekarang hanya menguasai kurang dari 10% proved reserves, selebihnya dikuasai Perusahaan Migas Nasional (NOC) sehingga dari 20 perusahaan migas terbesar di dunia 17 merupakan NOC.
Permintaan akan minyak bumi cenderung meningkat tipis setiap tahun dan stabil. Sepertinya kebutuhan energi tambahan memberikan waktu bagi gas bumi untuk melakukan converge harga. Halangan utama bagi gas bumi adalah masalah logistik, dibutuhkan fasilitas seperti pipa, tanker,fasilitas lequifaksi dan regasifikasi.
Batubara merupakan sumber listrik kedua setelah minyak bumi. Permintaan untuk batubara cenderung stagnan untuk negara2 Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) akan tetapi cenderung meningkat untuk negara2 berkembang khususnya Tiongkok dan India. OECD beranggotakan 34 negara bertujuan memajukan ekonomi dan perdagangan.
Harga batubara sebagai sumber energi murah tetapi apabila untuk memenuhi persyaratan gas polutan seperti NOx, SOx dan PM harganya menjadi tidak murah lagi. Batubara digunakan sebagai sumber energi bagi negara2 berkembang. Akan tetapi penggunaan batubara semakin berkurang seiring dengan berkembangnya pendapatan negara tersebut. Negara2 maju akan memilih sumber energi yang tidak menyebabkan polusi dan ramah lingkungan, sehingga terdapat kaitannya antara GDP dengan tingkat polusi. Polusi menjadi salah satu sumber penyakit akibatnya biaya pengobatan meningkat – mengurangi pemenuhan kebutuhan lainnya seperti pendidikan.
Note : PM, also known as particle pollution, is a complex mixture of air-borne particles and liquid droplets composed of acids (such as nitrates and sulfates), ammonium, water, black (or “elemental”) carbon, organic chemicals, metals, and soil (crustal) material.
Energi Fossil Fuel Non Konvensional
Sumber energi non konvensional yang di kenal adalah Shale Oil, Shale Gas, Tight Gas, Coalbed Mehane danGas Hydrates. Hukum di AS menyatakan bahwa kepemilikan kandungan gas dan minyak tanah disuatu lahan adalah milik dari pemilik lahan tersebut, berbeda dengan negara2 lain dimana minyak dan gas dimiliki negara. Oleh sebab itu pengerjaan shale gas di AS dilakukan oleh perusahaan2 relatif kecil, sehingga secara operasional lincah bergerak.
Energi yang sangat potensial untuk masa depan karena terdapat cadangan yang sangat besar adalah methane hydrates. Methane Hydrates banyak terdapat di Siberia, Alaska dan Jepang. Apabila sudah ditemukan teknologi yang cukup murah untuk ekstraksi Methane Hydrates akan menjadi alernatif sumber energi
Hal lain yang berkembang adalah Heavy Oil. Berbagai cara dilakukan untuk mengangkat minyak dari perut bumi a.l. penyuntikan air (water), polymer, vaporized solvent (VAPEX), steam (Duri Steam Fluid milik Chevron di Sumatra), In situ Combustion (THAILAND), CO2 (di Indonesia masih dalam proses laboratorium oleh PetroChina).
Energi Baru dan Terbarukan
Energi Baru dan Terbarukan yang dibahas adalah Bio Energi, Solar Energi, Angin, Ombak, Arus, Air (water), Geothermal dan Nuklir. Pada Bio Energi permasalahannya terletak pada dilema pengembangannya dan efek yang ditimbulkannya. Jika pengembangannya dilakukan pada lahan baru akan mengurangi jumlah hutan dan air, jika dilakukan di lahan pertanian akan terjadi kekurangan pangan dunia dalam jangka pendek dan menengah, sebelum produksi pangan kembali seperti semula.
Pada energi solar, angin, ombak dan arus permasalahannya karena sifatnya yang tidak kontinyu, sehingga masih dibutuhkan energi konvensional untuk menyokong kelangsungan energi. Selain itu juga dibutuhkan tempat penyimpanan (storage) yang besar apabila energi tidak dapat diserap langsung oleh jaringan listrik yang ada (power grid). Pada Geothermal hambatannya pada tingkat keberhasilannya yang relatif kecil untuk suatu proyek padat modal.
Pada energi nuklir meskipun murah akan tetapi kondisi psikologis masyarakat yang trauma pada beberapa musibah yang terjadi di pembangkit tenaga nuklir. Kita belum tahu apakah kebutuhan untuk mendapatkan energi dari PLTN dapat mengalahkan kondisi psikologis masyarakat.
Perbandingan harga listrik dari berbagai sumber energi yang berbeda (sumber: Future Energy Training, Singapore 2014.
Informasi yang menarik adalah penjelasan dari salah satu peserta (training) mengenai keberhasilan Bio Energi Brazil. Program Bio Energi Brazil dilakukan sejak 1970an untk memenuhi kebutuhan energi masyarakat miskin. Walaupun terjadi lonjakan harga di awal 1970an kemudian diikuti harga minyak yang rendah masyarakat Brazil belum mempunyai daya beli dari sumber energi minyak. Hal ini mendorong terciptanya program Bio Energi dari tanaman Tebu. Lahan dipilih agar tidak mengganggu hutan amazone dan memiliki curah hujan yang cukup sehingga tidak memerlukan pembangunan irigasi. Program Bio Energi ini menghasilkan gula, listrik dan bio diesel yang mereka nikmati saat ini. Program dirasakan keberhasilannya setelah pemerintah secara konsisten menyokong pogram ini selama 30 tahun.
Perkembangan Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia kembali merosot di tahun 2015 ini, menjadi USD 50 per barrel atau lebih dari setengahnya. Salah satu faktor pemicu anjloknya harga minyak adalah dengan terusnya meningkatnya jumlah produksi. Pasokan harga dari negara2 anggota OPEC yang menolak memangkas produksi dengan alasan akan menurunkan income mereka, menjadi penyebab anjloknya harga minyak dunia.
Selain itu penemuan energi terbarukan seperti shale gas dan shale oil di AS yang menambah jumlah produksi energi dunia menjadi penyebab lain goncangnya harga. AS yang semula menjadi negara import minyak menjadi negara ekspor. Amerika Utara terdapat sekitar 1 000 trilyun kaki kubik dari shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk AS selama 50 tahun atau lebih.
Peak Oil
Melambungnya harga minyak dunia mencapai USD 140an mengingatkan kembali pada diskusi Peak Oil. Peak Oil adalah teori berdasarkan penelitian ahli geologi M King Hubbert yang menerangkan suatu titik dimana produksi minyak dunia mencapai titik maksimum selanjutnya produksi minyak akan turun terus menerus. Hal ini juga terbukti seperti dialami Indonesia.
Kesulitan melakukan eksplorasi cadangan minyak dengan cara konvensional dan penggunaan energi lain untuk mendapatkan minyak menjadi pertanda akan adanya masalah Peak Oil. Kebanyakan cadangan minyak yang baru ditemukan tidak berada di daratan tetapi berada di laut lepas dan laut dalam sehingga teknik pengeborannya yang dilakukan semakin sulit. Demikian halnya untuk mendapatkan minyak dari oil sands, dibutuhkan input energi yang cukup besar. Input energi didapat dari sumber yang lebih murah dari harga minyak diantaranya dari batubara dan nuklir. Negara bagian Alberta di Kanada sedang merencanakan reaktor nuklir sebagai input energi untuk eksploitasi minyak.
Masalah Peak Oil juga sering disebut sebagai pemicu krisis keuangan ahun 2008. Kenaikkan harga minyak mencapai puncak tertinggi di bulan Juni 2008, menyebabkan meningkatnya ongkos produksi barang dan jasa. Hal itu memaksa perusahaan2 melakukan efisiensi yang salah satu bentuknya merampingkan jumlah karyawan. Kenaikan ongkos produksi menyebabkan kenaikan harga jual barang membuat konsumen mengurangi belanja (spending). Pengangguran dan kenaikkan biaya hidup menyebabkan rumah tangga terlebih dahulu memenuhi kebutuhan pagan dan sandang sehingga cician kredit perumahan tidak dapat dipenuhi . Akumulasi dari kegagalan membayar cicilan rumah memicu krisis ekonomi terbesar setelah the great deppresion i tahun 1930an.
Tidak sedikit penentang teori Peak Oil, mereka menganggap pihak pengusung tidak mampu menunjukkan posisi duniasaat ini pada bell curve. Laporan beberapa perusahaan minyak seperti Exxon – Mobil pada pertengahan bulan februari 2010 menunjukkan peningkatan cadangan minyak (proven oil reserves). Ditemukan lapangan minyak baru lepas pantai Brazil, juga kemajuan teknologi dapat meningkatkan efesiensi ladang minyak tua. Dengan kemajuan teknologi akan diperoleh kenaikkan cadangan melalui cara eksplorasi konvensional di lokasi yang lebih sulit, maupun secara non konvesional seperti oil sands maupun oilshales yang lebih murah. Oil shales dan gas shales saat ini harga gas di AS menjadi lebih murah dibandingkan di pasar Asia dan Eropa.
Peak Oil dapat dibagi menjadi Peak Oil Demand dan Peak Oil Supply. Peak Oil Demand atau konsumsi minyak telah mencapai puncaknya dan mengalami proses penurunan konsumsi. Penurunan tersebut disebabkan kemajuan teknologi seperti peningkatan penjualan Toyota Prius, adopsi teknologi hybrid. Di Jerman, Jepang dan Kanada dimulainya penggunaan sumber2 energi alternatif yang terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin (wind farm) dan mulai memberikan subsidi kepada pemilik rumah dan industri yang menggunakan sumber energi alternatif tersebut. Perlambatan ekonomi juga menjadi penyebab berkurangnya konsumsi minyak.
Kenaikkan perekonomian RRC disebabkan dijalankan sistem ekonomi terbuka (juga India) menyebabkan kenaikkan konsumsi energi tetapi pada saat perekonomian China melemah, juga negara2 Eropa turut memperlemah konsumsi energi sementara perekonomian AS belum sepenuhnya recover. Pelemahan demand menyebabkan perusahaan minyak menurunkan proyeksi produksinya bahkan mengurangi produksinya (kegiatan eksploirasi dan exploitasi di Indonesia juga terimbas).
Bagi negara2 Timur Tengah yang mempunyai biaya produksi rendah dengan munculnya produksi dengan teknologi baru yang dijalankan AS, untuk menjaga pangsa pasar disaat harga minyak rendah tetap meningkatkan produksinya. Sheik Yamani, bekas menteri minyak Saudi berkata bahwa jaman batu tidak berakhir karena kurangnya supply batu, demikian pula kejayaan minyak tidak akan berakhir dengan tidak adanya minyak.
Diringkas dari buku berjudul Merger, Akuisisi dan Inovasi karya Rezki Anindhito Phd dan diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com