Menjelang pertengahan tahun 2024, perkembangan ekonomi global menunjukkan tren yang membaik, namun masih dihadapkan pada tingginya risiko dan ketidakpastian. Tingkat inflasi global telah termoderasi, namun di banyak negara maju masih dalam tren yang tinggi sehingga menyebabkan berlanjutnya situasi high for longer. Aktivitas manufaktur global membaik dengan Purchasing Managers Index (PMI) global berada di zona ekspansi. Di sisi lain, volatilitas harga komoditas masih terjadi yang dipengaruhi berbagai faktor baik sisi permintaan dan penawaran, hingga faktor geopolitik dan perubahan iklim. Perekonomian global diproyeksi masih relatif lemah di 2024 yang masih dipicu oleh berbagai faktor seperti tingkat suku bunga global yang masih tinggi, terbatasnya ruang kebijakan pemerintah, dan peningkatan tensi geopolitik. Selain itu, risiko juga berasal dari faktor struktural lain, seperti peningkatan fragmentasi geoekonomi, perkembangan demografi, serta dampak perubahan iklim.
PDB Indonesia
Di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan, perekonomian Indonesia di triwulan I 2024 kembali tumbuh kuat sebesar 5,1 persen (yoy) ditopang permintaan domestik yang kuat dan dukungan kebijakan fiskal. Triwulan II 2024 perekonomian Indonesia tumbuh 5,05 persen (yoy).
Pertumbuhan PDB menurut pengeluaran yang dibawah pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 yakni konsumsi rumah tangga yang nilainya mencapai 4,93%. Konsumsi rumah tangga menyumbang paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi atau mencapai 54,53%.
Kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 27,89%.
Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini tercatat meningkat menjadi 7,31%.
Net Ekspor Impor plus Transfer 10,99 %
Inflasi
Tingkat inflasi global telah termoderasi, namun di banyak negara maju masih dalam tren yang tinggi sehingga menyebabkan berlanjutnya situasi high for longer.
Inflasi Indonesia pada Juli 2024 2,31 % (yoy).
Inflasi AS mencapai 3% (year on year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy). Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.
Inflasi tahunan kawasan Eropa per April 2024 berada di angka 2,4%. Sedangkan laju inflasi pada Mei 2024 (flash) mengalami kenaikan menjadi 2,6% year on year/yoy dan berada di atas perkiraan pasar yakni 2,5% yoy. Inflasi Jepang di kisaran 2,7%.
Purchasing Managers Index (PMI)
Aktivitas manufaktur global membaik dengan Purchasing Managers Index (PMI) global berada di zona ekspansi. Di sisi lain, volatilitas harga komoditas masih terjadi hingga pertengahan 2024 ini yang tidak hanya dipengaruhi permintaan dan penawaran, melainkan juga faktor geopolitik dan perubahan iklim
Perekonomian global
Pertumbuhan ekonomi global menunjukkan tren beragam seperti perekonomian AS yang melanjutkan resiliensinya, ekonomi Eropa yang menunjukkan tanda pemulihan meskipun masih lemah, dan Tiongkok yang kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat meski dibayangi berbagai tantangan domestik.
Perekonomian global diproyeksi masih melanjutkan tren pertumbuhan yang relatif lemah pada tahun 2024. Dalam laporan World Economic Outlook yang dirilis pada bulan April, IMF memproyeksikan perekonomian global tahun 2024 dan 2025 tumbuh stagnan di tingkat 3,2 persen (naik 0,1 poin persentase dari proyeksi Januari untuk tahun 2024, dan tidak berubah untuk tahun 2025). Dalam laporan yang sama, IMF memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global selama lima tahun mendatang hanya sebesar 3,1 persen, merupakan titik terendah dalam beberapa dekade. Hal tersebut dipicu oleh kombinasi faktor jangka pendek, seperti tingkat suku bunga global yang bertahan tinggi, terbatasnya ruang kebijakan pemerintah, dan peningkatan tensi geopolitik.
Peningkatan tensi geopolitik menjadi sumber ketidakpastian yang dapat ditransmisikan ke perekonomian melalui jalur harga komoditas, pasar keuangan, dan perdagangan. Dari jalur harga komoditas, peningkatan tensi geopolitik dapat meningkatkan kerentanan rantai pasok (supply Chain), yang menghambat proses produksi dan menghambat pengendalian inflasi global. Dari jalur keuangan, peningkatan tensi geopolitik dapat meningkatkan sentimen negatif dan memicu market jitters yang dapat meningkatkan volatilitas sektor keuangan.
Jumlah Pengangguran
Gini Index
Pada Maret 2024, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan Gini Ratio adalah sebesar 0,379. Angka ini menurun 0,009 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2023 yang sebesar 0,388 dan menurun 0,002 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2022 yang sebesar 0,381.
*Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,399; turun dibanding Gini Ratio Maret 2023 yang sebesar 0,409 dan Gini Ratio September 2022 yang sebesar 0,402.
*Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,306; turun dibanding Gini Ratio Maret 2023 dan September 2022 yang sebesar 0,313.
*Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 18,40 persen. Jika dirinci berdasarkan daerah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 17,41 persen. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 21,39 persen.
Cadangan Devisa
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2024 tercatat sebesar 140,2 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2024 sebesar 139,0 miliar dolar AS. Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Utang
Pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga multilateral mencapai Rp 575,63 triliun, commercial banks Rp 92,04 triliun, dan yang berasal dari bilateral Rp 271,14 triliun.
Dengan total nilai utang itu, rasio utang pemerintah terhadap PDB per Januari 2024 sebesar 38,75%. Rasio utang terhadap PDB ini pun naik dari catatan per Desember 2023 sebesar 38,59%
“Rasio utang ini masih di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara,
Nilai Tukar Rupiah
Rupiah 25 Juli 2024 ditutup pada level (bid) Rp16.245 per dolar AS., Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,98%.
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com