Peraih Nober Prize in economic tahun 2004, Analisis dari Kydland dan Presscot dari hasil resitnya menemukan sejumlah kegagalan tepatnya program suatu kebijakan ekonomi tidak mencapai sasaran yg dimaksud. Kedua Laureate tsb menawarkan konsep baru untuk mendesign suatu economic policy , the time consistency problem.
Kesalahan yg sering ditemui pembuat kebijakan moneter tentang asumsi inflasi misalnya akibat dari turunnya nilai tukar. Lantas Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan ditambah dengan kebijakan mengurangi jumlah uang beredar. Apa yg terjadi ? Perekonomian menuju resesi.
Semuai peraih hadiah Nobel bidang ekonomi selalu menempatkan ekspektasi masyarakat terhadap pereokonomian ke depan, menjadi faktor kunci dalam membuat kebijakan ekonomi. Oleh sebab itu optimisme masyarakat harus dijaga dari analisa2 yg berseliweran yg umumnya oleh orang asing.
Salam
Finn Kydland and Edward Prescott have made fundamental contributions to the research area known as macroeconomics. In a highly innovative way, the Laureates have analyzed the design of economic policy and the driving forces behind business cycles. Their work has not only transformed economic research, but has also profoundly influenced the practice of economic policy in general, and monetary policy in particular.
Business Cycles and Time-consistent Economic Policy
Finn Kydland and Edward Prescott
Sampai tahun 1970an legacy Keynes dan Great Depression mendominasi kegiatan resit dan kebijakan stabilisasi. Para ekonom menganggap fluktuasi makro ekonomi disebabkan terutama oleh sejumlah variasi demand, sebagai contoh investasi perusahaan dan konsumsi rumah tangga. Analisis kebijakan ekonomi fokus untuk menjelaskan bagaimana seharusnya kebijakan moneter dan fiskal dilaksanakan untuk offset demand shocks. Namun mengalami kesultitan untuk menjelaskan dalam praktek.
Selama tahun 1970an kekurangan analisis awal tidak bisa lagi diabaikan, Menjadi jelas bawa kebijakan stabilisasi berbasis kepada teori yg ada gagal untuk mencapai objektifnya. Karakteristik perekonomian di dunia Barat mengalami stagflation – pengangguran dan inflasi muncul bareng – namun teori umum gagal menjelaskan. Pada saat yg sama, menjadi jelas bahwa fluktuasi ekonomi makro dikendalikan tidak hanya oleh berbagai variasi demand. Shocks ditinjau dari sisi supply dalam bentuk kenaikan harga2 dan menurunnya pertumbuhan produktivitas, juga muncul sesuatu krusial terhadap cycle ( siklus ). Kerja sama 2 penulisan, dipublikasikan tahun 1977 dan 1982, Kydland dan Prescott menawarkan pendekatan baru dalam menganalisa pembangunan ekonomi makro.
Time-consistent Policy
Akhir 1950an dan awal 1960an, conventional wisdom meringkas Phillips curve, yg mengatakan kebijakan ekonomi mampu secara permanen mengurangi pengangguran dengan mengijinkan berlangsungnya high inflation. Pada akhir 1960an dan awal 1970an, sejumlah peneliti mulai mempertanyakan pendapat tersebut. Milton Friedman ( peraih Nobel Prize 1976 ) dan Edmund Phelps memperlihatkan terjadi equilibrium jangka panjang dari level pengangguran independen terhadap inflasi (independently of the rate of inflation ). Pengangguran dapat dikurangi dibawah level equilibrium melalui inflasi tinggi tetapi hanya untuk jangka waktu pendek. Dalam jangka panjang ekspektasi inflationary dan upah naik untuk menyesuaikan yg akan membawa pengangguran kembali pada level equilibrium.
Dalam artikel 1977, Kydland dan Prescott memperluas teori kebijakan ekonomi. Mereka memperlihatkan para pembuat kebijakan ekonomi yg tidak bisa berkomitmen terhadap aturan dimuka kadang2 mengeluarkan kebijakan menaikkan inflasi ketingkat yg tinggi, meskipun tujuannya untuk low inflation. Peraih hadiah Nobel ini mempresentasikan hal ini sebagai salah satu contoh dari problem dalam kebijakan ekonomi.: the time consistency problem. Sejak itu konsepnya menjadi resit terdepan mengenai kebijakan ekonomi.
Desirable Policies Often
Esensi dari the time consistency problem sbb: pembuat kebijakan ekonomi beranggapan opsi yg dipilih sebelumnya sebagai yg terbaik, jika dapat mempengaruhi ekspektasi dari rumah tangga dan korporasi mengenai kebijakan tersebut, yg sering tidak dilaksanakan dikemudian hari, ketika harapan2 ini telah terbentuk dan membetuk perilaku privat. Oleh sebab itu pembuat kebijakan ekonomi merevisi keputusan mereka, sehingga pada akhirnya kebijakan baru tersebut lebih buruk dibandingkan jika mereka memutuskan sebelum di revisi meskipun memiliki kurang diskrisi . Hasilnya tidak tergantung kepada pembuat kebijakan itu diarahan oleh sasaran yg berbeda dari harapan masyarakat dalam arti luas, karena perbedaan itu muncul didalam kendala problem kebijakan ekonomi pada waktu yg berbeda.
Contoh dari cacatan berharga problem time consistency dapat ditemui dalam kebijakan moneter. Dengan asumsi sasaran dari pembuat kebijakan adalah low inflation dan mereka mengumumkan kebijakan berbasis itu. Asumsi berikutnya hasil dari low inflationary expectation adalah kenaikan upah yg kecil.. Sebagai retrospeksi, mungkin tergoda menganggap dibutuhkan kebijakan inflasi lebih tinggi ( dengan interest rate yg rendah ), yang akan mengurangi pengangguran dalam jangka pendek. Kydland dan Prescott mendemontrasikan bahwa keraguan seperti itu menyebabkan ekonomi terjebak dalam inflasi tinggi tanpa ada pengaruhnya terhadap pengangguran. Jika pemberi kerja dan pekerja memahami motif dari pembuat kebijakan, pengumuman tentang inflasi rendah menghilangkan kredibilitas dari pembuat kebijakan.: Ekspektasi tentang high dan selffulfilling mendorong kenaikan upah yang tinggi tetapi pengangguran tidak berkurang.
Analisis dari Kydland dan Presscot menjelaskan kegagalan memerangi inflasi yg terjadi di tahun 1970an. Sejumlah analogi mengenai time consistency problem berkembang di wilayah lain dari kebijakan ekonomi. Sebagai contoh, dalam artikel mereka, analisa para peraih hadiah Nobel ini mengenai kebijakan perpajakkan Pemerintah berjanji memotong tax terhadap aktivitas tertentu ( seperti investasi ) – namun setelah diumumkan, tetap ( bisa ) dibatalkan pajak pemotongan itu untuk menaikkan pendapatan. Time consistency problem menjadi standar untuk melakukan penelitian berikutnya.
Impact on the Institutions of Monetary Policy
Para peraih hadiah Nobel menyimpulkan mengenai time inconsistency diantara sejumlah keputusan dalam kurun waktu berbeda sangat merugikan masyarakat. Dalam 1977 artikel, the Laureates menyimpulkan kemungkinan keputusan fiskal dan kebijakan moneter berbasis hukum jangka panjang, sehingga sulit di rubah. Pembatalan terhadap aturan ini dapat membatasi fleksibilitas dalam membuat kebijakan ekonomi ketika muncul kejadian yg tidak diduga ( business cycle shocks ). Dikemudian hari khususnya mengenai resit kebijakan moneter, berkonsentrasi pada reformasi yg merubah institusi pembuat kebijakan daripada mereformasi yg memperkenalkan aturan yg mengikat. Pekerjaan ini memberi impact kepada reformasi yg dijalankan di banyak tempat seperti New Zealand, Swedia, UK dan di wilayah Eropa, dimaksudkan kepada para delegasi pembuat kebijakan moneter sampai kepada Sentral bank yg berbeda beda mengenai pre specified sasaran menuju price stability.
Secara umum, hasil resit Kydland dan Prescott berkontribusi menggeser penekanan kepada design dari kebijakan ekonomi, dalam teori dan praktek,
Economic Growth and Business Cycles
Sampai awal 1980an, para ekonom telah mempelajari fluktuasi ekonomi makro berbasis pertumbuhan jangka panjang dan jangka pendek – variasi seputar pertumbuhan jangka panjang – sebagai fenomena terpisah, dengan metode terpisah. Pertumbuhan jangka panjang dianggap dipengaruhi oleh aggregate supply, dengan kemajuan teknologi sebagai motor penggerak. Namun fluktuasi business cycle dianggap di kendalikan oleh beberapa variasi aggregate demand seputar tren pertumbuhan jangka panjang. Tidak ada koneksi diantara kedua perspektif tersebut.
Analisis awal dari business cycle berbasis generalisasi agak luas mengenai hubungan antara kwantitas kunci seperti privat konsumsi, investasi, GDP dan inflasi. Hubungan ini berbasis data historis, dan muncul lebih kurang kuat didalam kondisi makro ekonomi stabil pada tahun 1950an dan 1960an. Hubungan statistik ternyata lebih lemah dalam kondisi turbulensi makro ekonomi yang terjadi sejak awal 1970an. Alasan mendasar karena hubungan tersebut tidak tergantung kepada fundamental parameter yg mengatur perilaku individu rumah tangga dan perusahaan. Hal ini menyebabkan mustahil untuk prediksi efek dari perubahan yg mendasari kondisi ekonomi ( perbedaan harga energi, perubahan sasaran dari kebijakan ekonomi, derigulasi dst ) , dan juga untuk membuat forecast yg reliable. Khususnya Robert Lucas ( peraih hadiah Nobel 1996 ) menyampaikan kritikan, namun tidak dilakukan sampai dipublikasikan artikel yg berpengaruh dari Kydland dan Prescott pada tahun 1982, fondasi ekonomi mikro dipergunakan sebagai analisa business cycle ekonomi makro.
Didalam artikel mereka, Kydland dan Prescott mengintegrasikan analisis business cycle dan pertumbuhan dengan mempelajari transmisi variasi jangka pendek dalam pertumbuhan produktivitas terhadap berbagai bidang ekonomi. Para Laureates modelnya berbasis kepada asumsi yg ditemukan pada model mikro (utility-maximizing consumers and profit-maximizing firms ) dan fokus kepada implikasi ekspektasi kedepan ( forward-looking expectations ). Mereka memperlihatkan bahwa investasi dan pergerakan harga relatif mengantarkan dampak dari kemajuan teknologi terhadap ekonomi, dengan demikian menaikkan fluktuasi jangka pendek di seputar jalanya pertumbuhan jangka panjang. Karena model mereka menciptakan fluktuasi sebesar pertumbuhan konsumsi aktual, investasi dan GDP, Keyland dan Prescott mendemonstrasikan bahwa pergerakan cyclical juga berasal dari berfluktuasinya sisi supply.
Further Development in the Laureates Footsteps
Meskipun model pertama dari Kydland dan Prescott highly stylized, telah meletakkan dasar untuk mencapai program penelitian. Mekanisme model analisa berikutnya menjadi lebih realistik. Kini, pendapat yg dominan sepanjang shocks di sisi demand, berbeda dengan shock di sisi supply ( ( juga mencakup beberapa variasi Labor supply dan kebiasaan penentuan upah ) penting untuk menentukan fluktuasi business cycle )
Analisis dari New Keynesian business cycle muncul beberapa tahun terakhir khususnya relevan bersintesa dengan pendekatan Kyland dan Prescott terhadap business cycle . Model ini menggabungkan asumsi mengenai sticky prices ( upah ) dan imperfect competition di pasar yg berbeda kedalam sebuah framework , jika tidak memiliki banyak kesamaan aspek dengan setting yg orisinil dar n peningkatan instability dalam hubungan observasi historis diantara variable2 kunci ekonomi makro.
Bank Sentral, organisasi internasional dan lainnya yang memakai advanced business cycle forecast harus mulai menganalisa fenomena cyclical dengan memakai variant dari model2 yg dimulai Kydland dan Prescott. Model2 tsb juga untuk evaluasi efek perubahan kebijakan2 rezim ekonomi, yg menyebabkan naiknya instability dalam observasi historis terhadap hubungan diantara variable kunci makro ekonomi.
Sebagai kesimpulan Kydland dan Prescott menyumbangkan fondasi terhadap teori yg ditingkatkan untuk design kebijakan makro ekonomi dan fluktuasi business cycle. Dengan melakukan itu mereka meningkatkan secara significant pengertian kita tentang ekonomi makro. Analisis para The Laureate dengan time consistency untuk kebijakan ekonomi mengawali suatu program research yang mempengaruhi secara mendalam terhadap design kebijakan dalam praktek.
Finn E Kydland, Norwegian, born 1943. Phd, Prof at Melon University and University of California.
Edward C Prescott, American, born 1940. Phd, Prof at Arizona State University and researcher at Federal Reserve Bank of Minneapolis, USA Ph.D. from Carnegie Mellon University in 1967. Professor at Arizona State University and researcher at Federal Reserve Bank of Minneapolis, USA