Oleh Paula Arias dan Robin Koepke
Paula Arias, IMF’s Strategy, Policy, and Review Department (SPR) Front Office. Sebagai economic consultant untuk private sector. Menyandang MSc bidang Economics dari London School of Economics and Political Science (LSE).
Robin Koepke economist untuk IMF’s Strategy, Policy and Review Department, fokus terhadap isu external policy. Menyandang Ph.D. bidang Ekonomi dari University of Wuerzburg in Germany.
September 5, 2024
Arus modal ke negara-negara pasar berkembang dan negara-negara maju mengalami beberapa siklus naik-turun dalam beberapa dekade terakhir, yang sebagian besar didorong oleh perkembangan eksternal seperti keputusan kebijakan moneter di negara-negara maju utama. Selama pengetatan moneter global baru-baru ini, arus masuk ke banyak negara berkembang dan negara-negara maju terbukti relatif tangguh, diuntungkan oleh kerangka kebijakan yang kuat dan cadangan internasional yang sehat. Namun, beberapa negara yang paling rentan secara tidak proporsional dipengaruhi oleh biaya pinjaman eksternal yang lebih tinggi, seperti yang diilustrasikan oleh perlambatan tajam dalam penerbitan Eurobond.
Eurobond adalah international debt instruments yang diterbitkan oleh negara-negara dalam mata uang yang berbeda dari mata uang mereka sendiri, biasanya dolar AS atau euro. Eurobond terutama digunakan oleh negara-negara berkembang dan negara-negara maju yang berisiko tinggi karena mereka menghindari keterbatasan pasar modal domestik mereka yang seringkali kurang berkembang, yang memungkinkan peminjam untuk mengakses modal asing dan mendiversifikasi sumber pendanaan mereka. Namun tidak seperti obligasi mata uang lokal, Eurobond melibatkan risiko nilai tukar bagi peminjam, dan suku bunga mereka sangat sensitif terhadap pengaturan kebijakan moneter untuk mata uang yang terbitkan.
Grafik Minggu Ini menyoroti perlambatan tajam penerbitan bersih Eurobond oleh negara-negara berkembang dan negara-negara maju, yang turun menjadi $40 miliar per tahun pada tahun 2022-23, turun 70 persen dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Selama periode ini, 26 dari 75 negara mengalami arus keluar (outflow) bersih Eurobond, dengan total $58 miliar (termasuk negara-negara seperti Bolivia dan Mongolia). Arus keluar ini disebabkan oleh Eurobond yang jatuh tempo yang melebihi penerbitan baru, bukan penjualan langsung oleh investor global.
Reduksi aliran Eurobond mencerminkan kombinasi dari pengetatan kondisi keuangan eksternal dan kerentanan yang sudah ada sebelumnya di negara-negara yang terkena dampak, seperti tantangan sustainability fiskal dan pengaruh eksternal. Beberapa negara dengan fundamental dan kerangka kebijakan yang lebih kuat mampu mengganti penerbitan mata uang asing dengan utang mata uang lokal, yang sebagian didanai oleh investor domestik. Banyak negara merespons dengan memangkas investasi untuk mengurangi impor, yang membebani pertumbuhan ekonomi. Banyak negara juga memanfaatkan cadangan devisa mereka, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menahan guncangan di masa mendatang.
Penerbitan Net obligasi Euro memiliki hubungan negatif yang kuat dengan suku bunga ekonomi negara maju, yang diperkirakan berdasarkan 10-year US Treasury yield. Ketika imbal hasil obligasi di Amerika Serikat dan ekonomi negara maju lainnya merosot selama pandemi, peminjam di negara berkembang dan negara maju memanfaatkan biaya pinjaman yang murah untuk menerbitkan utang.
Selama pengetatan kebijakan moneter berikutnya oleh Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya, arus masuk Eurobond di banyak pasar negara berkembang dan negaramaju dengan peringkat rendah mengering karena suku bunga pinjaman mencapai tingkat yang sangat tinggi. Penerbitan Eurobond berkurang bahkan ketika perbedaan suku bunga melebar yang menguntungkan pasar negara berkembang dan ekonomi maju, yang menunjukkan pentingnya suku bunga eksternal untuk jenis arus modal ini.
Tahun ini, kondisi suku bunga global mulai membaik bagi peminjam, karena bank sentral di beberapa negara maju utama mulai melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini mendukung pemulihan penerbitan Eurobond menjadi $40 miliar pada kuartal pertama tahun 2024 karena negara-negara seperti Benin dan Pantai Gading kembali ke pasar. Dimulainya siklus pelonggaran Fed dapat mendukung pemulihan tambahan dalam penerbitan Eurobond dan kebangkitan arus modal yang lebih luas ke pasar negara berkembang dan negara maju.
terjemahan bebas oleh gandatmadi46@yahoo.com