PLTB
Jakarta (ANTARA News) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Belanda akan mulai mengembangkan potensi energi listrik arus laut atau tidal wave Selat Gonsalu di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dengan tahap awal sebesar 30 MW, sedangkan potensinya 300 MW.
Luhut menuturkan, pemanfaatan energi arus laut menjadi salah satu langkah pemerintah untuk mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia. Dalam keterangan sebelumnya di ITB, Wamen ESD Arcandra Tahar target Energi Baru dan Terbarukan pada 2025 sebesar 23%.
Menurut Menko Maritim harganya awalnya masih sedikit mahal, dalam perjalanan waktu, biayanya sekitar 6 sen dolar AS per kWh. Kalau bisa 6-7 sen dolar AS per kWh saya kira sudah cukup baik, sekarang masih sekitar 9-10 sen dolar AS per kWh,” jelasnya.
Kita akan tes dulu 30 MW ini. Teknologinya dari Belanda dan Jerman dengan kerja sama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Sebelumnya, konsorsium Belanda telah menyatakan minat berinvestasi di bidang pengembangan potensi energi listrik arus laut Selat Gonsalu di Kabupaten Flores Timur, NTT, sejak akhir 2015 lalu. Dari 12 titik arus laut yang ada di Indonesia, Selat Gonsalu yang memisahkan Flores Timur daratan dengan Pulau Adonara dianggap sebagai lokasi terbaik untuk menghimpun potensi energi listrik yang besar. Berdasarkan hasil survei awal diketahui arus Selat Gonsalu memiliki kekuatan 2,5 meter perdetik pada bulan gelap dan 3,5 meter pada detik pada bulan terang (purnama). Pengaruh gravitasi bulan menarik permukaan laut di bumi.
Pembangkit Listrik tenaga arus laut
Paris (ANTARA News) – Inovasi pengembangan pembangkit energi terbarukan ke dalam jaringan sistem kelistrikan terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi kotor.
Salah satunya dengan memanfaatkan tenaga arus laut lewat turbin arus pasang surut. Turbin arus pasang surut memanfaatkan energi arus pasang surut laut yang disebabkan oleh interaksi gaya gravitasi bulan dan matahari.
“Keunggulannya merupakan sumber energi bersih yang tak terbatas dan tetap. Selain itu, energi arus pasang surut laut mudah diprediksi, memungkinkan estimasi produksi listrik yang tepat dan sumber energinya tersebar di seluruh dunia,” kata CEO Sabella Jean Francois Daviau.
Perusahaan Sabella menjadi perintis tenaga arus laut di Prancis. Perusahaan yang didirikan tahun 2008 itu telah sukses melakukan percobaan dengan prototipe D03 pada tahun 2008 (diameter 3 meter, menghasilkan listrik 350-500 Kilo Watt).
ANTARA News berkesempatan melihat langsung turbin arus pasang surut D10 di Pelabuhan Brest, bagian dari Provinsi Brittany, ujung barat Prancis, Jumat (19/5) waktu setempat, yang telah setahun diuji coba di dalam laut (diangkat dari dalam laut pada Juli 2016 untuk pengujian lapangan dan pemantauan lingkungan).
Dengan jumlah ahli teknik sebanyak 20 orang, Sabella semakin unggul dengan penyelesaian proyek unjuk kerja di Ushant (Prancis), Sabella D10, yang menjadi turbin pertama yang beroperasi dan terhubung dengan jaringan listrik nasional Prancis dengan memproduksi listrik 70 MWh dari November 2015 sampai Maret 2016.
Salah satu ahli teknik dari Sabella, Manunggal Sukendro, menjadi ahli mesin dan satu-satunya pekerja dari Indonesia. “Turbin Sabella D10 dapat menghasilkan daya maksimal sebesar 1 MW setiap 4m/s, dengan berat 450 ton dan tinggi 17 meter. Putaran turbin sekitar 5-20 putaran per menit, pelan agar tidak membunuh ikan di sekitarnya,” jelas Manunggal.
CEO Sabella Jean Francois Daviau dan ahli mesin Sabella Manunggal Sukendro. (ANTARA News/Monalisa)
Manunggal mengatakan Sabella berupaya untuk mempromosikan model baru penyediaan energi khusus untuk daerah terpencil atau terisolasi di kepulauan atau komunitas di pantai. Sehingga sangat relevan untuk dikembangkan di Indonesia yang yang punya banyak pulau yang belum mendapat aliran listrik dan memiliki potensi energi arus pasang surut, kata Manunggal. Fenomena alam pergerakan arus dari Samudera Pasifik ke Hindia, disinyalir ada potensi tinggi untuk membangkitkan listrik, tambahnya.
Sejumlah wilayah lain yang potensial antara lain, Selat Lombok, Selat Alas, Selat, Larantuka, Selat Flores, dan Selat Sape. Di Indonesia, Sabella membentuk sebuah konsorsium MPS Renewable Maritime Energy dengan beberapa perusahaan nasional yakni PT Meindo Elang Indah dan PT Prima Langkah Pratama untuk bersama-sama mengembangkan proyek energi arus laut, menargetkan bisa menghasilkan potensi daya sebesar 1.500 MW.
Turbin yang dapat menghasilkan daya lebih besar juga terus dikembangkan yakni D12 dan D15. Targetnya pada tahun 2020 bisa menghasilkan daya lebh dari 100 MW untuk kebutuhan listrik industri. Fitri Supratiwi
dari Antara News
gandatmadi46@yahoo.com