Pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada serta mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pencarian kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai.
Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh melalui survei terhadap ribuan rumah tangga. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Pengangguran menyebabkan pengeluaran untuk konsumsi berkurang berakibat menurunnya kemakmuran dan kesejahteran. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya produk nasional bruto (PNB, GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pengangguran menurut BPS
Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha baru, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan.
Pengangguran tersembunyi
Pengangguran tersembunyi (terselubung) adalah pengangguran yang terjadi karena penambahan pada tenaga kerja yang dilakukan tidak menghasilkan penambahan yang berarti pada tingkat produksi. atau angkatan kerja yang sudah bekerja, tetapi tidak bekerja secara optimal.
Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pergantian musim (musim tanam dan musim panen) biasanya terjadi pada sektor perikanan dan pertanian.
Penyebab dan dampak pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Selain itu kurangnya informasi dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari informasi tentang perusahaan yang kekurangan tenaga kerja dan kurangnya keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan softskiil pencari kerja menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Tingginya angka pengangguran berdampak buruk bagi perekonomian, seperti rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, rendahnya produktivitas dan pendapatan masyarakat, menurunnya tingkat investasi, memacu tindak kriminalitas akibat naiknya angka kemiskinan, terganggunya stabilitas ekonomi, sosial, politik, dan mengurangi penerimaan negara, serta menurunnya tingkat pajak penghasilan sehingga proses pembangunan ekonomi nasional terhambat. Apabila hal-hal tersebut dibiarkan maka pengangguran dapat menjadi masalah sosial, seperti timbulnya kemiskinan, tingginya angka kejahatan,dan masalah sosial lainnya.

Menyusul Indonesia 5,2%, Filipina berada di posisi kedua dengan 5,1%, disusul Brunei Darussalam (4,9%), Malaysia (3,52%), Vietnam (2,1%), Singapura (1,9%), dan Thailand (1,1%). Thailand turut menjadi negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia, mengalahkan Singapura (1,9%), Jepang (2,5%), bahkan Amerika Serikat (4%).
Tingkat Pengangguran di Indonesia berdasarkan Tingkat Pendidikan 2024
Tidak/Blm Pernah Sekolah/Tamat SD | 2,32 |
SMP | 4,11 |
SMA | 7,05 |
SMK | 9,01 |
Diploma I/II/III | 4,83 |
Universitas | 5,25 |
Kemiskinan
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan di bawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Kemiskinan tidak bisa dipahami dengan menggunakan satu indikator saja. Kemiskinan sangat kompleks, sehingga diperlukan indikator atau ukuran yang multidimensi. Indikator yang banyak digunakan adalah indikator global dengan menggunakan pendekatan moneter seperti garis kemiskinan yang digunakan oleh World Bank dengan batas USD 1.25 Purchasing Power Parity (PPP) atau melalui pendekatan konsumsi dasar (basic need) yang digunakan pula di Indonesia. Sementara itu, pendekatan tersebut hanya melihat indikator pendapatan atau konsumsi yang dilakukan masyarakat dan menurut Sen (2000) dianggap belum menangkap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya
Untuk melihat persoalan kemiskinan secara holistik, dikembangkan IKM (Indeks Kemsikinan Multidimensi). Konsep tersebut pertama kali dikembangkan oleh Oxford Poverty and Human Initiative (OPHI) berkolaborasi dengan United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2010. Tujuan utama dari dikembangkannya konsep tersebut adalah untuk memetakan indikator-indikator kemiskinan secara lebih komprehensif dan jelas.
Hasilnya, ketika diadposi di Indonesia, ada tiga indikator yang digunakan untuk memahami persoalan kemiskinan, yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup. Indikator-indikator tersebut menunjukan bahwa pedekatan moneter dan konsumsi saja tidak cukup untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kemiskinan, diperlukan indikator-indikator lain seperti kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup.
Apa itu Purchasing Power Parity (PPP)
PPP melibatkan teori ekonomi yang membandingkan mata uang berbagai negara melalui pendekatan “keranjang barang”. Artinya, PPP adalah nilai tukar di mana mata uang suatu negara akan dikonversi ke mata uang negara lain untuk membeli sejumlah besar produk dalam jumlah yang sama.
S = P1 / P2
S = Nilai tukar mata uang terhadap mata uang 1 terhadap mata uang 2.
P1 adalah biaya barang X dalam mata uang 1. P2 adalah biaya barang X dalam mata uang 2.
Misalkan biaya untuk membeli kemeja di AS adalah $10, dan biaya untuk membeli kemeja yang sama di Jerman adalah €8,00.
Pertama-tama kita harus mengonversi €8,00 menjadi dolar AS: 8 X 1,12 US$ = 8,96 US$. Kemeja dibeli di Jerman dng harga US$ 8,96 dan jika dibeli di AS dengan harga US$ 10.
PPP menjadi 8,96 / 10 = 0,896
Bank Dunia:
Kemiskinan atau Miskin absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah US$2/hari (Rp30.338) dan Miskin menengah untuk pendapatan dibawah US$3,2 per hari (Rp48.541).
BPS menetapkan pendapatan garis kemiskinan sebesar Rp535.547/orang/bulan atau Rp17.851/hari.
Di posting oleh gandatmadi46@yahoo.com