Pertumbuhan Lembaga Keuangan Nonbank Mengungkapkan  Risiko Stabilitas Keuangan Baru.

Oleh Tobias Adrian  adalah ekonom dapat gelar Ph.D. di  Institut Teknologi Massachusetts , lulus pada tahun 2003.

IMF 14 Okt 2025

Valuasi aset yang tinggi dan tekanan di pasar obligasi pemerintah inti membuat risiko stabilitas keuangan tetap tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi yang meningkat. Kerentanan ini dapat diperparah oleh pertumbuhan lembaga keuangan nonbank—melalui meningkatnya peran mereka sebagai pembuat pasar, penyedia likuiditas, dan perantara di pasar kredit swasta, real estat, dan kripto.

Seperti yang kami uraikan dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global baru kami, pengujian tekanan memperlihatkan bahwa kerentanan lembaga perantara nonbank ini dapat dengan cepat menular ke sistem perbankan inti, memperbesar guncangan, dan mempersulit manajemen krisis.

Lebih jelasnya, para pembuat kebijakan telah lama memperhatikan lembaga-lembaga nonbank. Lembaga-lembaga ini mencakup perusahaan asuransi, dana pensiun, dan dana investasi; dan meskipun tidak menerima simpanan, mereka memainkan peran yang semakin besar di pasar global. Perlakuan regulasi juga sangat bervariasi, dengan kerangka kerja pengawasan khusus untuk perusahaan asuransi dan pengawasan kehati-hatian yang kurang komprehensif untuk banyak perusahaan lainnya.

Meskipun lembaga nonbank dapat membantu memfasilitasi aktivitas pasar modal dan menyalurkan kredit kepada peminjam, ekspansi mereka juga meningkatkan pengambilan risiko dan keterkaitan dalam sistem keuangan. Secara keseluruhan, lembaga nonbank kini memegang sekitar separuh aset keuangan dunia. Di Amerika Serikat dan kawasan euro, banyak bank kini memiliki eksposur nonbank yang melebihi modal Tier 1 mereka—bantalan krusial yang memungkinkan bank menyerap kerugian dan tetap stabil di masa krisis. Demikian pula, lembaga nonbank kini menyumbang separuh dari omzet harian pasar valuta asing, lebih dari dua kali lipat pangsa mereka 25 tahun sebelumnya, sebagaimana kami tunjukkan dalam bab analitis  Global Financial Stability Report (GFSR)

chart1
Email Image

Pergeseran dalam intermediasi keuangan ini membutuhkan pendekatan penilaian risiko yang lebih komprehensif dan berwawasan ke depan. Tidak seperti bank, lembaga keuangan nonbank, sebagian besar, beroperasi di bawah regulasi kehati-hatian yang lebih longgar. Selain itu, banyak lembaga keuangan nonbank yang memberikan pengungkapan terbatas atas aset, leverage, dan likuiditas mereka—sehingga kerentanan dan interkoneksinya lebih sulit dideteksi.

Beberapa regulator, termasuk di Inggris dan Australia, telah mulai mengintegrasikan uji stres dan analisis skenario di seluruh sistem untuk lebih memahami interaksi antara bank dan nonbank. Upaya ini telah menunjukkan perlunya data yang lebih baik, koordinasi domestik dan lintas batas yang lebih kuat, serta inovasi regulasi untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

Lembaga nonbank dapat menularkan risiko ke sistem keuangan melalui berbagai saluran, termasuk kredit swasta, properti, dan aset kripto, sebagaimana disebutkan di atas—semuanya membutuhkan perhatian para pembuat kebijakan. Salah satu saluran yang kami kaji dalam    Global Financial Stability Report (GFSR) yang baru adalah dampaknya terhadap perbankan. Selama beberapa tahun, IMF telah menerapkan Uji Stres Global, atau Global Stress Test (GST), untuk menilai ketahanan sektor perbankan. Kali ini, uji kami memodelkan guncangan stagflasi—menggabungkan resesi, inflasi yang lebih tinggi, dan kenaikan imbal hasil utang pemerintah. Uji stres ini menemukan bahwa bank yang memegang sekitar 18 persen aset global akan mengalami penurunan rasio Common Equity Tier 1 di bawah 7 persen. Meskipun hasilnya menunjukkan peningkatan dari penilaian sebelumnya, uji ini mengungkapkan adanya sebagian bank yang lebih lemah dalam sistem.

Untuk menangkap keterkaitan yang semakin erat antara bank dan nonbank, kami memperkenalkan lapisan analisis baru pada uji stres kami, yang berfokus pada risiko spillover. Hasilnya sangat mengejutkan: perkembangan yang merugikan di sektor nonbank—seperti penurunan peringkat oleh lembaga pemeringkat kredit atau penurunan nilai agunan—dapat berdampak signifikan terhadap rasio modal dan likuiditas bank.

Dalam skenario stres di mana lembaga nonbank menjadi lebih berisiko dan sepenuhnya menarik kredit mereka dari bank, sekitar 10 persen bank di AS dan 30 persen bank di Eropa (berdasarkan aset) akan mengalami penurunan rasio modal regulasi lebih dari 100 basis poin. Dengan kata lain, kerugian bank dan penurunan modal meningkat tajam seiring dengan stres di kalangan lembaga nonbank, menunjukkan bahwa kerentanan di sektor nonbank saling terkait—keduanya dapat dengan cepat menular ke sistem perbankan inti, memperkuat guncangan, dan mempersulit manajemen krisis.

Email Image

Saluran lain yang dapat digunakan lembaga nonbank untuk memperparah tekanan dalam sistem keuangan adalah melalui pasar obligasi inti—surat berharga pendapatan tetap berkualitas tinggi dan berperingkat investasi yang berfungsi sebagai tolok ukur bagi pasar yang lebih luas. Salah satu cara terjadinya hal ini adalah melalui ketidaksesuaian likuiditas dalam reksa dana investasi terbuka, yang muncul ketika investor dapat menjual saham dengan cepat tetapi aset yang dibutuhkan untuk memenuhi pencairan membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual. Ketika volatilitas pasar melonjak, pencairan oleh investor dan panggilan margin dapat memaksa reksa dana ini untuk menjual aset mereka yang paling likuid.

Analisis GFSR terhadap reksa dana (mutual funds) AS menunjukkan bahwa, dengan asumsi pola arus keluar serupa dengan Maret 2020 dan kenaikan suku bunga sebesar 80 basis poin, penjualan obligasi paksa dapat mencapai hampir $200 miliar—tiga perempatnya berupa obligasi pemerintah AS. Dalam kasus ekstrem, penjualan dapat membebani kapasitas intermediasi dealer, mengganggu fungsi pasar, dan merembet ke pasar pendanaan. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa reksa dana memiliki perangkat manajemen likuiditas yang memadai untuk membantu mengurangi risiko penjualan paksa.

Keterlibatan nonbank yang lebih besar di pasar obligasi negara memang memiliki dampak positif, sebagaimana kami tunjukkan dalam bab analitis lain dari GFSR. Negara-negara berkembang dengan fundamental yang lebih kuat telah meningkatkan pinjaman dalam mata uang lokal mereka dari nonbank domestik, seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi. Meningkatnya porsi obligasi yang dipegang oleh nonbank di negara-negara berkembang bertepatan dengan membaiknya likuiditas ketika pasar obligasi menghadapi guncangan global dan kemungkinan telah mengurangi ketergantungan pemerintah pada pinjaman bank.

Namun, penting juga untuk membedakan antara lembaga nonbank domestik dan asing. Lembaga asing tetap menjadi investor utama dalam aset pasar berkembang. Investasi ini dapat ditarik ketika pasar bergejolak, yang memperketat kondisi keuangan pasar berkembang. Artinya, dampak lintas batas lembaga nonbank perlu dipahami lebih baik.

Prioritas kebijakan

Stabilitas keuangan pada akhirnya bergantung pada kebijakan yang sehat dan lembaga yang tangguh. Kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, pembatasan ketidakseimbangan eksternal—seperti defisit transaksi berjalan dan utang luar negeri, serta bantuan likuiditas darurat dan pinjaman terakhir yang efektif tetap penting. Di saat yang sama, di tengah meningkatnya peran lembaga nonbank, para pembuat kebijakan harus memperkuat ketahanan inti sistem keuangan.

Temuan Global Stress Test (GST) kami—bahwa banyak bank masih rentan—menekankan perlunya penguatan modal dan likuiditas lebih lanjut dengan menerapkan standar-standar yang disepakati secara internasional, terutama Basel III. Melindungi sektor perbankan dari penularan dari bank-bank yang lemah dapat dicapai dengan memajukan kerangka kerja pemulihan dan resolusi serta meningkatkan bantuan likuiditas darurat bank sentral.

Note: Kesepakatan Basel III menaikkan persyaratan modal minimum bank dari 2% dalam Basel II menjadi 4,5% dari ekuitas umum, sebagai persentase dari aset tertimbang risiko bank . Terdapat pula persyaratan modal penyangga tambahan sebesar 2,5% yang menjadikan total persyaratan minimum menjadi 7%.

Meningkatnya peran lembaga nonbank, dan keterkaitannya dengan bank, juga menuntut peningkatan pengawasan. Hal ini berarti pengumpulan data yang lebih komprehensif, peningkatan analisis berwawasan ke depan—seperti pemeriksaan likuiditas di seluruh sistem—dan penguatan koordinasi antar pengawas sektoral.

Kredit swasta tentu saja patut mendapat perhatian lebih. Pemberi pinjaman nonbank, terutama dana kredit swasta, telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir, menambah risiko stabilitas keuangan karena mereka kurang transparan dan kurang teregulasi secara ketat. Terakhir, untuk mengatasi tekanan likuiditas dan penjualan obligasi paksa oleh lembaga nonbank, penting untuk meningkatkan dan memperluas ketersediaan serta kegunaan alat manajemen likuiditas bagi dana investasi terbuka.

terjemahan bebas oleh gandatmadi46@yahoo.com

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *