Kebutuhan bahan baku sebesar 5,6 juta ton per tahun, yang bisa terpenuhi dari dalam negeri hanya 2,45 juta ton. Peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp40 triliun-Rp50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM
Presiden Jokowi memberi pengarahan kepada Komisari dan Direksi Pertamina serta PLN pada tanggal 21 Nov 2021. Dalam acara tersebut disinggung Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (GRR Tuban) serta PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro).
Kilang GRR Tuban
Kilang GRR Tuban nantinya dikembangkan dan dikelola oleh Pertamina Rosneft, sebagai perusahaan joint venture antara perusahaan minyak dan gas bumi Indonesia PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi perusahaan migas Rosneft asal Rusia. Proyek kilang ini ditargetkan rampung pada 2026 dan dapat menjadi jawaban atas isu pemenuhan energi nasional. Apabila tidak ada pembangunan kilang baru, impor BBM Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 0,53 juta barel per hari (bph) menjadi 1 juta bph atau setara dengan 68 persen kebutuhan energi nasional.
GRR Tuban juga akan memproduksi polypropylene sebanyak 1.205 ktpa, paraxylene 1.317 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.
PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro)
Agustus 30, 2019 – PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) didirikan untuk menyelesaikan utang akibat Krismon tahun 1997/98. Petro Tuban dibentuk atas saran PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) atau ex BPPN melunasi utang Tirtamas Maju Tama dan Grup senilai Rp 3,2 Trilyun. Dengan demikian Petro Tuban menjadi perusahaan holding.
Tuban Petro didirikan untuk menyelesaikan utang tersebut hingga 2021, dengan menerbitkan Obligasi Berseri (MYB). Oleh karena Petro Tuban gagal bayar maka sahamnya diambil alih oleh Pemerintah. Dengan konversi utang, nanti kepemilikan saham milik pemerintah di Tuban Petro menjadi 95,9 persen dari posisi 70 persen.
Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, konversi ini dengan mempertimbangkan bahwa industri petrokimia dibutuhkan untuk mendukung perekonomian. “Jadi kita punya minyak, tapi kita tidak punya petrochemical. Kita industri hilirnya banyak banget, tapi di tengah kosong,” ujarnya. PT Pertamina (Persero) ditunjuk oleh pemerintah menjadi pengelola Tuban Petrochemical Industries
Grup Petro Tuban terdiri atas 1.TPPI, 2. PT Polytama Propindo, dan 3. PT Petro Oxo Nusantara (PON).
1.PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI)
Kapasitas kilang TPPI bisa mencapai 100 ribu barel per hari atau sepertujuh kapasitas kilang nasional saat ini. BBM yang dihasilkan secara khusus untuk jenis produk yang impornya masih tinggi. Produk BBM yang dihasilkan adalah light naphtha,kerosenes, gas oil, fuel oil, mogas, dan liquefied petroleum gas (LPG). Sementara untuk produk aromatik diantaranya paraxylene, orthoxylene, benzene, toluene, dan mixedxylene. Produk aromatik ini sebagai bahan baku industri kimia dasar, industri tekstil, industri kemasan, dan lain-lain.
Pengembangan TPPI akan membangun Naphtha Cracker dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan produk-produk hilir dari Olefin. Selain itu kilang TPPI akan menghasilkan ethylene yang merupakan bahan dasar membuat produk turunan petrokimia seperti plastik pipa, sehingga bisa menghemat impor 30%. Pembangunan kompleks Naphtha Cracker dan produk-produk turunannya membutuhkan biaya modal sekitar US$ 4-5 juta. “Sehingga TPPI akan menjadi Pusat Bisnis Petrokimia yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
2.PT Polytama Propindo
PT Polytama Propindo didirikan pada tahun 1993, bergerak sebagai produsen resin Polypropylene (resin PP) yang andal di Indonesia. Polytama sebagai salah satu perusahaan petrokimia terkemuka, mengambil peluang usaha dalam kondisi perekonomian Indonesia yang berkembang pesat, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan resin polypropylene (PP).
Pabrik Polytama berlokasi di Balongan, Kecamatan Juntunyuat, Indramayu – Jawa Barat, menggunakan salah satu teknologi proses terbaik dunia, yaitu Teknologi Spheripol dari Montell (sekarang LyondellBasell), dengan kapasitas awal terpasang 100,000 ton per-tahun.
Pada bulan Juli 1995 PT Polytama Propindo melakukan start produksi (dengan nama produk : Masplene® ), pasokan bahan baku gas propylene dengan kemurnian tinggi diperoleh dari PERTAMINA refinery UP-VI (sekarang RU-VI) Balongan. Satu tahun kemudian pada tahun 1996 kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 180,000 ton per-tahun.
3.PETRO OXO NUSANTARA (PT PON)
PT. PON berdiri pada tahun 1995 sebagai satu-satunya perusahaan yang memproduksi 2-Ethyl Hexanol (2-EH), Normal-butanol (NBA) dan Iso-butanol (IBA) di Indonesia dan di Asia Tenggara. Total investasi untuk membangaun pabrik ini secara keselurruhan adalah US$ 187,000,000 yang berasal dari gabungan 4 perusahaan yaltu PT. TIRTAMAS MAJUTAMA, PT. ETERINDO ANUGERAH PRAKARSA, SOUTHERN PACIFIC PETROCHEMICA dan GLOBECHEM HONGKONG dengan rasio modal 40%, 40%, 10%, 10%.
di posting oleh gandatmadi46@yahoo.com