PT Freeport Indonesia (PT FI)
Pada tgl 21 Desember 2018 PT Inalum meningkatkan kepemilikannya di PTFI dari 9.36% menjadi 51% dengan membayar US$ 3.85 miliar atau Rp 55 triliun. Perpanjangan operasi sampai dengan 2041. Paska 2041 ketika kontrak berakhir diprakirakan kandungan mineralnya masih besar.
Berdasarkan hasil survei Kandungan Tembaga 38 milyar pon dan emas 38 juta ons. Operasionil dipegang PTFPI, sudah investasi USD 8 milyar di tambang bawah tanah dan diperlukan sekitar USD 15 milyar.
Sesuai perjanjian diwajibkan PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter selesai dalam 5 tahun sesudah ditanda tangani devestasi PT Inalum, tepatnya bulan Desember 2023. Lahan smelter itu dipilih berada di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Pendapatan Negara: PPH 35% sesuai kontrak karya (perusahaan lain 25%), Pajak2 lainnya dan Royalty. Secara keseluruhan pada saat itu (tgl 24 Juli 2018) Pendapatan Negara 60% dan Freeport McMoran 40%. Jika sudah akuisisi oleh Inalum maka Pendapatan Negara 75%.
Pertamina
Kemandirian BBM & Gas diukur seberapa besar kita menguasai langsung maupun tidak langsung dalam mengelola bisnis BBM & Gas. Ekspansi bisnis perusahaan besar seperti Chevron, Mobil Oil, Shell, Petro China, Petronas ke luar negeri sasarannya adalah memperoleh produk Crude Oil semaksimal mungkin. Indonesia yg kini menjadi negara importir besar crude oil dan BBM butuh memiliki perusahaan seperti Pertamina agar bisa mencukupi kebutuhan konsumsi.
Produksi crude oil Chevron Pacific, dari blok Rokan produksi 251 000/day atau 40,4% , Pertamina, total produksi 210 barrel/day atau 38,5%, Mobil Cepu Ltd 163,9 000/day atau 20,2%. Konsumsi BBM di Indonesia akan terus meningkat hingga 2,6 juta bpd pada 2030. Dengan ditunjuknya Pertamina menguasai blok Rokan dari Chevron Pacific maka di tahun 2021 Pertamina akan menguasai 79% dari produksi crude oil nasional.
PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro)
Pemerintah sedang menyiapkan skema konversi berikut peraturan2nya yg diharapkan rampung akhir tahun 2019 atau awal 2020. PT Pertamina (Persero) ditunjuk oleh pemerintah menjadi pengelola Tuban Petrochemical Industries. Hal ini dilakukan setelah Pemerintah mengonversi utang pokok Tuban Petro menjadi saham. Grup Petro Tuban terdiri atas 1.TPPI, 2. PT Polytama Propindo, dan 3. PT Petro Oxo Nusantara (PON).
1.PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI)
Kapasitas kilang TPPI bisa mencapai 100 ribu barel per hari atau sepertujuh kapasitas kilang nasional saat ini. BBM yang dihasilkan secara khusus untuk jenis produk yang impornya masih tinggi. Produk BBM yang dihasilkan adalah light naphtha,kerosenes, gas oil, fuel oil, mogas, dan liquefied petroleum gas (LPG). Sementara untuk produk aromatik diantaranya paraxylene, orthoxylene, benzene, toluene, dan mixedxylene. Produk aromatik ini sebagai bahan baku industri kimia dasar, industri tekstil, industri kemasan, dan lain-lain.
Pengembangan TPPI akan membangun Naphtha Cracker dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan produk-produk hilir dari Olefin. Selain itu kilang TPPI akan menghasilkan ethylene yang merupakan bahan dasar membuat produk turunan petrokimia seperti plastik pipa, sehingga bisa menghemat impor 30%. Pembangunan kompleks Naphtha Cracker dan produk-produk turunannya membutuhkan biaya modal sekitar US$ 4-5 juta. “Sehingga TPPI akan menjadi Pusat Bisnis Petrokimia yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
2.Pabrik Polytama berlokasi di Balongan, Kecamatan Juntunyuat, Indramayu – Jawa Barat, menggunakan salah satu teknologi proses terbaik dunia, yaitu Teknologi Spheripol dari Montell (sekarang LyondellBasell), dengan kapasitas terkini 200,000 ton per-tahun.
Saat ini, kebutuhan polipropilena Nasional mencapai 1 juta MT per tahunnya. Sedangkan, kapasitas pasokan lokal maksimal 800 ribu MT per tahun yang dipasok tiga produsen yaitu Chandra Asri, Polytama Propindo dan Pertamina. Artinya, sisa kebutuhan harus diimpor. “Dengan beroperasinya Polytama secara penuh, impor bisa ditekan setara kapasitasnya, dengan perkiraan nilai mencapai US$ 300-400 juta.
3.Petro Oxo Nusantara (PT PON) lokasi Gresik. Produk: (1) 2-Ethyl hexanol (2-EH) menghasilkan plasticizer, (2) Iso-Butanol (IBA) berguna dalam sintesa organik sebagai bahan kimia intermediet dan sebagai larutan dalam lapisan aplikasi Kebanyakan dirubah menjadi Iso Butil asetat yang digunakan dalam produksi pernis dan sebagai pelarut cat. (3) N-Butanol (NBA) merupakan zat yang mudah terbakar. Mempunyai warna jernih, berbau seperti pisang. Digunakan sebagai senyawa kosmetik dan pelarut.
Sebagian besar dari produk yang dihasilkan oleh PT. PON diekspor (75%) keluar negeri dan sebagian kecil lainnya (25%) memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Lapangan Gas Abadi blok Masela
Cadangan gas Blok Masela diperkirakan sebesar 18,54 TCF, dengan rencana produksi sebesar 1.750 MMSCFD per tahun. Jumlah investasi disepakati sebesar US$20 miliar, dengan tingkat pengembalian investasi yang diukur dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 15 persen, setara dengan IRR Lapangan Gas Jangkrik di Selat Makassar.
Pemerintah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil dari Blok Masela sebesar 59 persen, sedangkan Inpex sebesar 41 persen. Dalam POD itu juga diberikan kepastian perpanjangan pengelolaan Blok Masela hingga 20 tahun.
Dengan ditandatanganinya PoD Masela, Inpex sudah bisa melakukan bidding untuk proyek Blok Masela. Pada 2020, sudah bisa memasuki tahapan proses konstruksi fasilitas produksi, sedangkan mulai produksi (on stream) ditargetkan pada 2027.
Dimulainya pengelolaan Blok Masela akan memberikan berbagai manfaat (benefit) dan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional dan daerah Maluku.
Blok Mahakam
Per 1 Januari 2018 pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur resmi di serahkan ke PT Pertamina (Persero), di mana sebelumnya dikelola oleh Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.
Alih kelola ini menjadi sejarah industri migas nasional karena Blok Mahakam selama 50 tahun dikuasai asing. Terlebih, blok ini merupakan produsen migas terbesar di Indonesia. Melampaui hasil produksi kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) Chevron Pasific Indonesia dan ExxonMobil Oil Indonesia. Dari Blok Mahakam, Pertamina diperkirakan akan memberi kontribusi sebanyak 34% produksi migas secara nasional. Blok ini akan dikelola Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI).
Kilang Tuban
PT Pertamina mengungkapkan, investasi pembangunan kilang paling besar ada di proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban di Jawa Timur. Setidaknya, investasi yang harus dikeluarkan untuk membangun kilang itu mencapai US$16 miliar atau setara dengan Rp224 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS).
Direktur Megaproyek dan Pengolahan Pertamina, Ignatius Tallulembang menegaskan, dari seluruh pembangunan kilang yang menyerap investasi paling besar adalah kilang Tuban. Kilang ini juga menyediakan fasilitas paling lengkap hingga produk turunan Petrokimia.
“(Investasi) kira-kira sekitar US$16 billion. Sampai 2026 kira-kira jalan, sudah beroperasi (penuh),” kata Tallulembang di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin 4 Maret 2019. Investasi ini, lanjut dia, tidak hanya bersumber dari kas Pertamina sendiri melainkan kerja sama dengan perusahan migas asal Rusia, Rosneft Oil Company dalam bentuk Joint Venture atau perusahaan patungan. “Join dengan Rosneft. Ya di dalam JV itu kita 55 (persen) mereka 45.”
Konstruksi kilang ini sendiri dikatakan paling cepat dimulai pada tahun depan. Konstruksi setidaknya satu tahun setelah tahap General Engineering Design dimulai pada bulan April 2019.
Disimpan di blogweb kumpulanstudi-aspirasi.com
gandatmadi46@yahoo.com