Dalam kunjungan pada tgl 11 November 2015 Presiden Jokowi berjanji bakal menjadikan TPPI Tuban menjadi kompleks industri Petrokimia Indonesia.
Sebagaimana diberitakan artikel sebelumnya, Grup Petro Tuban terdiri atas 1.TPPI, 2. PT Polytama Propindo, dan 3. PT Petro Oxo Nusantara (PON). Pemerintah sedang menyiapkan skema konversi berikut peraturan2nya yg diharapkan rampung akhir tahun 2019 atau awal 2020. PT Pertamina (Persero) ditunjuk oleh pemerintah menjadi pengelola Tuban Petrochemical Industries. Hal ini dilakukan setelah Pemerintah mengonversi utang pokok Tuban Petro menjadi saham.
Pada bulan Juli 1995 PT Polytama Propindo melakukan start produksi (dengan nama produk : Masplene® ), pasokan bahan baku gas propylene dengan kemurnian tinggi diperoleh dari PERTAMINA refinery UP-VI (sekarang RU-VI) Balongan. Satu tahun kemudian pada tahun 1996 kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 180,000 ton per-tahun.
Merespon penambahan kapasitas produksi propylene di PERTAMINA RU-VI yang meningkat, mulai tahun 2004 PT Polytama Propindo menaikan kapasitas produksinya menjadi 200.000 tons per-tahun. Pada awal 2015, Polytama telah membangun fasilitas bongkar-muat gas propylene di pelabuhan Cirebon, serta dibangun pula sistem pengangkutan dengan transportasi darat dari pelabuhan Cirebon ke pabrik Polytama di Balongan – Indramayu, Maka dengan adanya fasilitas ini, selain dipasok dari Pertamina RU-VI, bila diperlukan kebutuhan Polytama akan bahan baku gas propylene dapat pula dipenuhi dari pasokan dalam negeri lainnya atau dari bahan impor.
2.PT Polytama Propindo
PT Polytama Propindo didirikan pada tahun 1993, bergerak sebagai produsen resin Polypropylene (resin PP) yang andal di Indonesia. Polytama sebagai salah satu perusahaan petrokimia terkemuka, mengambil peluang usaha dalam kondisi perekonomian Indonesia yang berkembang pesat, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan resin polypropylene (PP).
Pabrik Polytama berlokasi di Balongan, Kecamatan Juntunyuat, Indramayu – Jawa Barat, menggunakan salah satu teknologi proses terbaik dunia, yaitu Teknologi Spheripol dari Montell (sekarang LyondellBasell), dengan kapasitas awal terpasang 100,000 ton per-tahun.
Pada bulan Juli 1995 PT Polytama Propindo melakukan start produksi (dengan nama produk : Masplene® ), pasokan bahan baku gas propylene dengan kemurnian tinggi diperoleh dari PERTAMINA refinery UP-VI (sekarang RU-VI) Balongan. Satu tahun kemudian pada tahun 1996 kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 180,000 ton per-tahun.
Merespon penambahan kapasitas produksi propylene di PERTAMINA RU-VI yang meningkat, mulai tahun 2004 PT Polytama Propindo menaikan kapasitas produksinya menjadi 200.000 tons per-tahun. Pada awal 2015, Polytama telah membangun fasilitas bongkar-muat gas propylene di pelabuhan Cirebon, serta dibangun pula sistem pengangkutan dengan transportasi darat dari pelabuhan Cirebon ke pabrik Polytama di Balongan – Indramayu, Maka dengan adanya fasilitas ini, selain dipasok dari Pertamina RU-VI, bila diperlukan kebutuhan Polytama akan bahan baku gas propylene dapat pula dipenuhi dari pasokan dalam negeri lainnya atau dari bahan impor.
Saat ini, kebutuhan polipropilena Nasional mencapai 1 juta MT per tahunnya. Sedangkan, kapasitas pasokan lokal maksimal 800 ribu MT per tahun yang dipasok tiga produsen yaitu Chandra Asri, Polytama Propindo dan Pertamina. Artinya, sisa kebutuhan harus diimpor. “Dengan beroperasinya Polytama secara penuh, impor bisa ditekan setara kapasitasnya, dengan perkiraan nilai mencapai US$ 300-400 juta.
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com