Ruchir Sharma: Tanpa Perbaikan Infrastruktur, Emerging Markets Terancam

NUSA DUA, Bali 9 Okt 2013 – Pertumbuhan negara-negara berkembang atau emerging markets bakal terpelanting dalam dua dekade jika tak segera memperbaiki infrastruktur di dalam negeri. Penulis buku Breakout Nations Ruchir Sharma mengatakan kelompok emerging markets hanya akan tumbuh pesat dalam 1-2 dekade, lalu kembali melambat ketika pemimpinnya berpuas diri.

Baginya kebangkitan kelompok negara berkembang hanyalah mitos yang muncul pada era 2000-an. Sebagian besar emerging markets selama ini tetap menjadi emerging markets dan hanya sedikit dari mereka yang naik status atau disebutnya sebagai breakout nation menjadi negara maju, seperti Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura.

Baginya, breakout nation adalah mereka yang mampu mempertahankan pertumbuhan yang cepat di antara sesama negara berpendapatan per kapita yang sama, dalam 5-10 tahun, dengan infrastruktur menjadi kunci penting.

Sharma memberi ilustrasi, ketika di suatu negara terjadi fenomena para pejabat atau orang kaya menggunakan helikopter pribadinya untuk menjangkau tempat-tempat yang jauh, sedangkan pada saat yang sama masyarakat kesulitan mengaksesnya dengan transportasi umum, maka negara tersebut terjebak dalam apa yang disebut middle income trap. “Ini yang saya sebut dengan ‘ekonomi helikopter’,”

PERLAMBATAN CHINA

Sharma menunjukkan kelompok emerging markets Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC) yang saat ini mulai menunjukkan penurunan, terutama karena pelemahan harga komoditas. Kendati tetap tumbuh, China menunjukkan perlambatan dengan prediksi 7,5% tahun ini setelah sempat tumbuh dua digit pada 2010. Per tumbuhan China sedikit tertolong karena adanya pembangunan infrastruktur.

Saat pertumbuhan China melambat, permintaan terhadap komoditas otomatis melambat. Padahal, pemasok komoditas bagi China adalah Brasil, Rusia dan India sehingga perlambatan di Negeri Tirai Bambu itu pun merembet ke ‘rekan sejawatnya’ itu. “Ada peningkatan modal di sektor energi 600%, tetapi sektor lain hanya 200%. Ini yang menyebabkan permintaan China terhadap komoditas semakin menurun,” ujarnya.

Sementara itu, ekonomi Brasil hanya tumbuh di kisaran 2% karena investasi infrastruktur di Negeri Samba itu buruk. Pemerintah setempat lebih banyak mengalokasikan belanja kesejahteraan sosial. Kisaran yang sama juga diperoleh Rusia karena sebagian besar anggarannya digunakan untuk belanja kesejahteraan masyarakat ketimbang infrastruktur.

Adapun, India sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi global. India hanya tumbuh 4,4% pada kuartal II/2013 atau terendah sejak 2009. Namun, negara tersebut akan terkurung dalam jebakan pendapatan kelas menengah jika tak memiliki keterampilan dan keunggulan manajemen.

INDONESIA  

“Indonesia akan berada pada masa-masa sulit karena saat ingin melakukan ‘breakout’, pertumbuhan ekonomi global melambat.” Namun menurutnya, ada beberapa langkah untuk lolos dari jebakan tersebut, yakni menciptakan stabilitas politik, tata kelola pemerintahan yang baik, demokrasi, dan pemberantasan korupsi.

INDONESIA 2014 – 2024

Pembangunan Infrastruktur 2014 – 2024

1.Bendungan hingga Irigasi

Di bidang sumber daya air, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah berhasil menyelesaikan pembangunan 53 bendungan dari 61 unit bendungan yang dibangun. Bendungan yang telah selesai di antaranya adalah Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Ameroro, bendungan Leuwikeris, Bendungan Way Sekampung dan Bendungan Kuningan.

“Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” ujar Basuki.

Selaras dengan itu, pada periode 2014-2024 Kementerian PUPR membangun 1.228.440 hektare (ha) jaringan irigasi dan merehabilitasi 4.647.547 ha jaringan irigasi. Di samping itu Kementerian PUPR juga menyelesaikan 1.371 embung, 493 buah pengendali sedimen dan lahar, 2.154 km pengendali banjir dan pengaman pantai.

2.Jalan Tol

Di bidang konektivitas, Kementerian PUPR bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) telah menyelesaikan 2.432 kilometer (km) pembangunan jalan tol. Salah satunya yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo adalah Jalan Tol Stabat-Tanjung Pura dan Tol Tebing Tinggi-Serbelawan-Sinaksak Sepanjang 72 km yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera.

“Kehadiran jalan tol yang terhubung dengan kawasan-kawasan produktif seperti kawasan industri, pariwisata, bandara, dan pelabuhan akan dapat mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri,” katanya.

3.Jalan dan Jembatan

Lebih lanjut, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Marga juga telah menyelesaikan 5.999 km pembangunan jalan baru, 125.904 meter (m) pembangunan jembatan, 583 buah jembatan gantung dan 27.673 m pembangunan flyover/underpass. Salah satu flyover yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo adalah Flyover Djuanda sepanjang 858 meter di Sidoarjo, Jawa Timur.

4.Air Minum dan Sanitasi

Di bidang permukiman Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyelesaikan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 36.380 ltr/dtk, sehingga akses air minum layak mencapai 93% dari total populasi. Kemudian, penanganan kawasan permukiman 94.321 ha, penanganan sampah dan sanitasi 13,7 juta KK, sehingga akses sanitasi layak mencapai 82% dari total populasi.

5.Pos Lintas Batas Negara (PLBN)

Selain itu, juga telah dilangsungkan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu di 15 kawasan, serta pembangunan, rehabilitasi atau renovasi sarana pendidikan, olahraga, dan pasar 5.939 unit.

Pada Rabu (2/10), Presiden Jokowi meresmikan 7 PLBN yakni PLBN Napan di NTT dengan biaya Rp 128 miliar, PLBN Serasan di Natuna Kepri dengan biaya Rp 145 miliar, PLBN Jagoi Babang Kalbar Rp 226 miliar, PLBN Sei Nyamuk Kaltara Rp 248 miliar, PLBN Labang Kaltara Rp210 miliar, PLBN Long Nawang Kaltara Rp 243 miliar, dan PLBN Yetetkun Papua Selatan Rp 146 miliar.

6.Hunian
Selanjutnya di bidang perumahan, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan membangun sebanyak 10,2 juta unit rumah dengan kontribusi APBN melalui Program Sejuta Rumah. Lalu ada 1,49 juta unit rumah melalui program Rumah Swadaya/Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), 40.347 unit rumah khusus dan 71.731 unit rumah susun.

Adapun salah satu infrastruktur rusun yang baru saja diresmikan adalah Rusun Universitas Muhammadiyah Sorong yang terdiri dari 1 tower setinggi 3 lantai dengan 43 unit. Rusun ini mampu menampung 168 orang mahasiswa.

7.Pembanguan Infrastruktur bidang Migas 2014 – 2024 – dlm proses pengumpulan data.


Diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com




Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *