Minggu, 25 Agustus 2019
Pabrik smelter atau pengolahan konsentrat milik PT Freeport Indonesia (PTFI) akan beroperasi Desember 2023. Dengan mengucurkan dana US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun, pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, sudah mencapai 3,8%, tetapi pematangan lahan sudah mencapai 46% dan engineering design sudah 76%. Total investasi pengolahan konsentrat menjadi katoda dan anoda ini mencapai US$ 3 miliar.
Seperti diketahui tercantum dalam perjanjian diwajibkan PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter selesai dalam 5 tahun sesudah ditanda tangani devestasi PT Inalum, tepatnya bulan Desember 2023.
Kapasitas mengolah 2 juta konsentrat yang dipasok dari Kabupaten Mimika, Papua, kapasitas produksi pabrik smelter PT FI mencapai 550.000 ton katoda. Saat ini, kata Tony Wenas – dirut PTFI, produksi konsentrat sedang turun, karena produksi bijih di penambangan terbuka sudah menipis dan akan habis tahun ini. Tahun 2020 hingga 2022 adalah masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Produksi konsentrat akan kembali normal tahun 2023 saat pabrik smelter beroperasi. Waktu itu, produksi 3 juta ton konsentrat akan sepenuhnya dihasilkan dari underground mining. Sebesar 1 juta diproses PT Smelting dan 2 juta ton diolah PT FI sendiri.
Mengapa Smelter dibangun di Gresik ?
Dari ore atau bijih yang ditambang, PT FI menghasilkan konsentrat. “Sesungguhnya, nilai tambah konsentrat tembaga sudah mencapai 95%. Kalau diolah lewat smelter, nilai tambahnya hanya bertambah 5%,” ungkap Tony. Nilai tambah konsentrat tembaga jauh beda dengan nilai tambah konsentrat nikel yang di bawah 50%. “Namun, pembangunan smelter sudah menjadi komitmen kami,” kata Tony.
Konsentrat dari PT FI sudah mendapat harga cukup tinggi di London Methal Exchange (LME) sudah cukup tinggi. Ini adalah bukti tingginya nilai tambah konsentrat. Nilai emas di konsentrat lebih dari 30%. Terbesar adalah tembaga. Pabrik smelter PT FI akan menghasilkan 550.000 ton tembaga, emas 30-60 ton, perak sekitar 120 ton per tahun.
Lahan smelter itu nantinya akan berada di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Kabupaten Gresik, Jawa Timur. JIIPE merupakan kawasan industri seluas 1.800 hektar yang terintegrasi dengan pelabuhan, yang dikembangkan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, anak usaha PT Pelindo III (Persero), PT Usaha Era Pratama Nusantara, dan anak usaha PT Aneka Kimia Raya Corporindo Tbk (AKRA).
Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan, salah satu hasil akhir dari penambangan Freeport ini sudah 99,9 persen berbentuk konsentrat tembaga. Setelah itu masuk ke industrilisasi. Paling gampang itu bikin kabel listrik. Ini tantangan besar industrilisasi supaya kabel listrik gak impor terus, tuturnya.
Demikian pertimbangan PT FI memilih membangun smelter di Gresik, Jatim.
PT Smelting Gresik
PT Smelting, perusahaan patungan Mitsubishi dan mitra Jepang lainnya sedang PTFI memiliki saham 25%. Produksi konsentrat PT FI masa normal mencapai 3 juta ton per tahun, sedangkan konsentrat yang diproduksi di PT Smelting hanya 1 juta ton oleh karena itu PTFI wajib membangun smelter sendiri dalam jangka 5 tahun.
PT Smelting juga memproses 100.000 ton konsentrat dari PT Amman Mineral, dahulu PT Newmont. Pada 2019, kata Presdir PT Smelting Hiroshi Kondo, perusahaan mengolah 1,1 juta ton konsentrat tembaga dan menghasilkan 291.000 ton katoda, 1,04 juta asam sulfat, 805.000 ton terak tembaga, 31.000 ton gipsum, dan 2.000 ton lumpur anoda.
Meski baru menikmati dividen dalam tiga tahun terakhir setelah 23 tahun beroperasi, demikian Kondo, pihaknya sudah berkontribusi kepada Indonesia. Operasi PT Petrokimia Gresik, yang letaknya bersebelahan, mendapat pasokan 1,04 juta asam sulfat dari PT Smelting.
Sedang sekitar 800.000 ton terak tembaga untuk bahan baku industri semen, membantu operasi perusahaan semen di wilayah Gresik. Dengan investasi awal US$ 624 juta, PT Smelting kini sudah menghasilkan katoda senilai US$ 20 miliar.
“Salah satu pertimbangan kami investasi smelter di Indonesia adalah pasar Indonesia yang besar. Ternyata, sebagian besar katoda harus diekspor karena kecilnya daya serap industri dalam negeri,” ungkap Tondo kepada para pemimpin media massa Ibu Kota di kantornya di Gresik. Katoda PT Smelting diekspor ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Andaikan industri manufaktur di Indonesia sudah cukup kuat, pemasaran tembaga akan sepenuhnya terserap di dalam negeri. Tembaga, antara lain dibutuhkan oleh industri otomotif, pabrik air conditioner dan berbagai jenis elektronik, dan konstruksi untuk instalasi listrik. Pengembangan mobil listrik akan banyak membutuhkan tembaga.
PT Free Port Indonesia
Preskom : Richard Carl Adkerson (President of Freeport-Mcmoran Oil & Gas LLC).Wakil Komisaris Utama Amin Sunaryadi (ex SKK Migas),Komisaris Budi Gunadi Sadikin (Dirut Inalum, alumni ITB), Komisaris Letjen Purn Hinsa Siburian (ex Wakasad, lulusan terbaik Akmil 1986), Komisaris Kathleen Lynne Quirk (vice-president, CFO, and Treasurer of Freeport-McMoRan (FCX)), Komisaris Adrianto Machribie. (Member of the Board of Indonesia Mining Association, alumni The Hague Netherlands)
Dirut Tony Wenas (ex Vice Presiden Freeport, 2001 – 2010 alumni FH UI), Wakil Dirut Orias Moedak (ex Dirut PI III, Dir Keu PT Bukit Asam alumni FE Unpad). Direktur Jenpino Ngabdi (ex Dana Riksa Sekuritas),Direktur Achmad Ardianto (Ketum Ahli Pertambangan Indonesia, ex Dir SDM Antam), Direktur Robert Schroeder (Ex Dirut adinterim Freeport Indonesia). Direktur Mark Johnson (exVice President Operating Officer FPI, alumni Montana Tech Of The University Of Montana).
Jumlah Karyawan
Pada tahun 2012 PT Freeport Indonesia mempekerjakan lebih dari 11.700 karyawan langsung dan lebih dari 12.400 karyawan kontraktor. Jumlah karyawan langsung PTFI: 64,04% Non Papua, 34,63% Papua, dan 1,33% Asing. Jumlah karyawan PTFI + Perusahaan mitra dan kontraktor, termasuk Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN): 97,8% Indonesia, 2,20% Asing.
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com