July 3, 2019
Oleh Natasha Frost & Gwynn Guilford
John Maynard Keynes, ekonom besar Inggris, menyebut standar emas sebagai barbarous relic.Tidak mengherankan, sistem moneter pasca-Perang Dunia II — di mana Keynes adalah arsitek utamanya — menjadikan dolar AS sebagai basis cadangan dunia. Dolar sendiri masih bisa dikonversi menjadi emas. Namun mata uang global lainnya menetapkan nilai tukar mereka bukan ke emas, tetapi ke dolar.
Ketika Richard Nixon menjabat President AS pada akhir 1960-an, pemerintah AS menghabiskan banyak uang, karena Perang Vietnam dan program kesejahteraan sosial yang diluncurkan oleh pendahulunya, Lyndon Johnson. Hal itu secara efektif menekan nilai dolar. Pada tahun 1971, untuk mencegah pelarian cadangan emas AS, Nixon menghentikan konvertibilitas (artinya negara-negara lain tidak bisa lagi menebus dolar untuk emas). Di bawah tekanan yang semakin kuat, pada tahun 1973 presiden membatalkan standar emas sama sekali.
Nixon berjanji, bahwa AS pada akhirnya akan kembali ke standar emas. Kemenangan Reagan dari partai Republic seperti Nixon memungkinkan hal itu terjadi. Tetapi banyak dari yang diangkat President untuk komisi itu adalah penentang lama sistem tersebut (di antara perkecualiannya adalah seorang anggota kongres muda Texas bernama Ron Paul). Kemudian muncul “kejutan Volcker,” ketika ketua Fed Paul Volcker menaikkan suku ke level tertinggi dalam sejarah untuk mengendalikan inflasi yang tak terkendali, mendorong ekonomi ke masuk ke resesi yang dalam.
Dengan inflasi akhirnya dijinakkan, momen emas berakhir. Mata uang Fiat yang dikelola oleh para bankir resmi menang. Note: fiat adalah uang yang nilainya berasal dari regulasi atau hukum pemerintah. Uang ini berbeda dengan uang komoditas yang didasarkan pada barang, yang biasanya merupakan logam mulia seperti emas atau perak. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin fiat.
This abandonment represents a betrayal to a few distinct, but often overlapping, groups: people who believe in limited government; people who interpret the American constitution literally; and people who fear the power of central banks, Wall Street, and other financial institutions. Some argue returning to the gold standard is a legal imperative
Masyarakat, yang pandangannya selaras dengan Trump, mendukung mengurangi kewenangan (disestablishment) the Fed dan kembali ke standar emas, dengan alasan bahwa konstitusi tidak memberikan Kongres hak untuk mendelegasikan kekuatan terkait uangnya di tempat lain, atau menggunakan mata uang apa pun yang tidak didukung emas atau perak.
Tetapi jika ada berbagai argumen untuk kembali ke standar emas, ada banyak alasan untuk menolaknya. Hampir 50 tahun menggunakan mata uang kertas dengan nilai tukar mengambang, melakukan perombakan total policy moneter Amerika jauh lebih tidak layak. Alan Greenspan kepada Kongres, “bank sentral yang berfungsi dengan baik akan berusaha keras, dalam banyak kasus, meniru apa yang akan dihasilkan oleh standar emas itu sendiri.”
Plus, membatasi bank sentral membatasi betapa mudahnya ia dapat menyesuaikan kebijakan moneter untuk merespons kondisi ekonomi. Antara 1879 dan 1914, ketika AS berpegang pada standar emas tetapi tidak memiliki bank sentral, asosiasi clearinghouse swasta memainkan peran lender of last resort untuk bank-bank anggota, kata White, ekonom George Mason.
Sistem keuangan dunia sekarang jauh lebih besar, lebih kompleks, lebih terintegrasi, dan lebih global daripada masa kejayaan standar emas. Sulit membayangkan bagaimana sesuatu yang lemah dari otoritas pusat dapat mencegah, misalnya, skala keruntuhan pasar yang mengancam dunia seperti pada tahun 2008 (krisis keuangan global).
dikutip dari QUARTZ
gandatmadi46@yahoo.com