Peter Coy dari Bloomberg Businessweek pada tgl 16 Agustus 2018 menulis artikel dengan judul Turkey Was Ripe for a Currency Crisis. Will It Spread?
Yang membuat tidak nyaman karena menempatkan ranking vulnerability Indonesia pada posisi ke 6 dalam tabel tersebut, terlebih di WA hanya memuat tabel tersebut menjadi viral. Pertama berupa pertanyaan bagaimana posisi vulnerability ditentukan dari kriteria2 seperti current account balance, external debt, government effectiveness dan inflation. Kedua tanpa memahami arti dari government effectiveness kesimpulannya menjadi sangat bias.
Penjelasan Ringkas
Current Account (CA) balance Indonesia – 1,9% sedang yang dikuatirkan jika akhir 2018 diatas – 3% untuk itu BI dan Pemerintah berusaha menekan dengan merilis sejumlah program seperti tertulis di artikel RAPBN 2019 dari blogweb ini. Sedangkan Turki -5,4%, Argentina -5,1%, Afrika Selatan -2,9%, Mexico -1,9%, Brasil -1,6%, India -2,3%, Malaysia + 2,6%, Thailand + 9,3%, Korsel + 5,5%.
External Debt (ED) Indonesia 34,8% sedang Turki 53,5%, Argentina 36,8%, Afrika Selatan 49,6%, Mexico 38,2%, Brasil 32,5%, India 19,6%, Malaysia 68,9%, Thailand 32,8%, Korsel 27,2%
Inflasi Indonesia 3,3% sedang Turki 12,8%, Argentina 27,8%, Afrika Selatan 4,5%, Mexico 4,6%, Brasil 3,3%, India 4,8%, Malaysia 1,3%, Thailand 1,3%, Korsel 1,5%
Index Government Effectiveness (GE), menurut definisi adalah persepsi kualitas layanan publik, kualitas layanan sipil dan tingkat independensinya dari tekanan politik, kualitas formulasi kebijakan dan implementasi, dan kredibilitas komitmen pemerintah terhadap kebijakan tersebut. .
Ranking GE Indonesia 6 sedang Turki 1, Argentina 2, Afrika Selatan 4, Mexico 5, Brasil 7, India 8, Philipine 8, Malaysia 14, Thailand 16, Korsel 18.
Kesimpulan
Data2 ekonomi Indonesia seperti yang sudah kita ketahui dan tetap optimis sedangkan Ranking Vulnerability Indonesia no 6 tiada lain seperti difinisi diatas.
Dikutip dan disimpulkan oleh gandatmadi46@yahoo.com