Sejumlah pemimpin dan ekonom dari berbagai negara memprediksi dunia akan mengalami resesi ekonomi hingga 2023, akibat dampak perang Rusia-Ukraina. Dampak terburuk resesi ekonomi diprediksi akan dialami tgiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman.
Peringatan terbaru disampaikan Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, yang menyatakan dunia sangat mungkin menghadapi resesi ekonomi dalam dua tahun ke depan. Penyataan PM Singapura tersebut membuatnya bergabung dalam daftar pemimpin negara, pembuat kebijakan global, pelaku pasar, ekonom, dan perusahaan yang telah memperingatkan risiko resesi akibat dampak invasi Rusia ke Ukraina dan juga gelombang lanjut pandemi Covid0-19 di China.
Deutsche Bank memproyeksi Amerika Serikat (AS) akan mengalami resesi ringan pada akhir 2023. Resesi ekonomi dipicu oleh lonjakan inflasi yang membuat harga-harga bahan pokok menjadi lebih mahal ke level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Bank investasi yang bermarkas di Jerman tersebut ini juga melaporkan pengangguran AS akan melewati 5 persen pada 2024. Namun, angka ini belum sebesar tingkat pengangguran pada 2020 yang jauh lebih tinggi, yakni 14,7 persen.
Kami tak lagi yakin bahwa bank sentral AS (The Fed) dapat mendarat dengan empuk. Sebaliknya, kami mengantisipasi bahwa pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif akan mendorong ekonomi ke dalam resesi,” tulis ekonom Deutsche Bank Matthew Luzzetti dalam laporannya.
Dipicu oleh konflik Rusia dengan Ukraina yang membuat harga energi dan harga komoditas pangan melonjak, tekanan inflasi AS semakin meluas. Oleh karena itu, the Fed memutuskan menaikkan suku bunga agar harga dapat terkendal
Di sisi lain, resesi ini diharapkan dapat menekan inflasi agar kembali ke target the Fed di akhir 2024. “Dengan tingkat pengangguran mulai surut perlahan setelah mencapai puncaknya, inflasi akan terus moderat hingga jatuh ke target dua persen pada 2025,” kata Deutsche Bank.
17 Mei 2022-Mohamed El-Erian, Allianz and Gramercy advisor and president of Queens’ College, Cambridge, joins CNBC’s ‘Squawk Box’ to discuss markets ahead of the open on Tuesday.
Pada awal April 2022, The Fed juga telah memperkirakan resesi AS yang akan terjadi hingga tahun depan meskipun disebut “ringan”
“Kami menganggapnya sangat mungkin bahwa The Fed harus menginjak rem lebih kuat, dan resesi yang dalam akan diperlukan untuk membawa inflasi ke bawah,” tulis ekonom Deutsche Bank.
Harga konsumen melonjak 8,5 persen di bulan Maret, laju tercepat dalam 40 tahun. Pasar pekerjaan tetap menyala, dengan Moody’s Analytics memproyeksikan bahwa tingkat pengangguran akan segera turun ke level terendah sejak awal 1950-an. Mengingat bahwa pasar tenaga kerja telah mencapai dua poin persentase angka pengangguran, The Fed mengatakan, “Sesuatu yang lebih kuat dari resesi ringan akan diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu.”
Dari sejumlah nara sumber oleh gandatmadi46@yahoo.com