Inequality

 

Robert McNamara, mantan presiden Bank Dunia, menggambarkan kemiskinan absolut, suatu kondisi yang sangat kekurangan atau terbatas disebabkan oleh malnutrisi, buta huruf, penyakit, lingkungan kumuh, kematian bayi yang tinggi, dan harapan hidup layak yang rendah menurut ukuran rasional dan kepantasan.

Malnutrition

WHO mengukur bagian dari populasi yang memiliki asupan kalori (energi makanan) yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi minimum yang diperlukan.

undernourish

World Population

Undernourish IndonesiaIndonesia Population

Illiteracy

literateFunctional illiteracy adalah keterampilan membaca dan menulis yang tidak memadai “untuk mengelola kehidupan sehari-hari dan tugas-tugas pekerjaan yang membutuhkan keterampilan membaca di luar tingkat dasar”. Buta huruf fungsional kontras dengan buta huruf dalam arti yang ketat, yang berarti ketidakmampuan membaca atau menulis kalimat sederhana dalam berbagai bahasa. Orang asing yang tidak bisa membaca dan menulis dalam bahasa asli tempat mereka tinggal juga dapat dianggap buta huruf secara fungsional.

Warga negara Indonesia yang melek huruf yang berusia 15-59 tahun saat ini merupakan 97,93 persen dari total populasi negara sekitar 260 juta. Sementara itu, 2,07 persen sisanya, atau 3,4 juta orang dari kelompok usia yang sama, buta huruf. Mereka berasal dari 11 provinsi, menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

11 provinsi termasuk Papua, yang menyumbang buta huruf untuk 28,75 persen dari total populasi; Nusa Tenggara Barat (7,91 persen); Nusa Tenggara Timur (5,15 persen); Sulawesi Barat (4,58 persen); Kalimantan Barat (4,50 persen); Sulawesi Selatan (4,49 persen); Bali (3,57 persen); Jawa Timur (3,47); Kalimantan Utara (2.9); Sulawesi Tenggara (2.74); dan Jawa Tengah (2,20 persen).

Disease (penyakit)

Penyakit 1

Istilah penyakit secara luas mengacu pada segala kondisi yang mengganggu fungsi normal tubuh. Untuk alasan ini, penyakit berhubungan dengan disfungsi proses homeostatis normal tubuh. Umumnya, istilah ini digunakan untuk merujuk secara khusus pada penyakit menular, yang merupakan penyakit yang terbukti secara klinis yang dihasilkan dari keberadaan agen mikroba patogen, termasuk virus, bakteri, jamur, protozoa, organisme multiseluler, dan protein menyimpang yang dikenal sebagai prion. Infeksi atau kolonisasi yang tidak dan tidak akan menghasilkan kerusakan klinis yang jelas dari fungsi normal, seperti keberadaan bakteri dan ragi normal dalam usus, atau virus penumpang (passenger virus), tidak dianggap sebagai penyakit. Sebaliknya, infeksi yang tidak menunjukkan gejala selama masa inkubasinya, tetapi diperkirakan akan menimbulkan gejala di kemudian hari, biasanya dianggap sebagai penyakit. Penyakit non-infeksi adalah semua penyakit lain, termasuk sebagian besar bentuk kanker, penyakit jantung, dan penyakit genetik.

 Lingkungan Kumuh

kumuh

Permukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota-kota besar di Indonesia, bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi:

Pertama, kondisi fisiknya. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kedua, kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di permukiman tersebut. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di kawasan permukiman kumuh antara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis.

Ketiga, dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilaku menyimpang, yang berdampak pada kehidupan keseluruhannya.

Persentasi pendudukpenduduk kota dan desaTarget penanganan kumuh

Data Kementerian PUPR tahun 2017 terkait program pengentasan ini telah berhasil menurunkan luasan permukiman kumuh dari 38.431 hektare di tahun 2014 menjadi 32.435 hektare di tahun 2017.

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *