“We are optimistic,” Widodo told the Nikkei Asian Review in a recent interview at the Merdeka Palace in Jakarta on July 03, 2019 . “Our target is to be [in] the world’s top 10 [economies] by 2030, and top four by 2045.”
Lima negara yang menghasilkan ikan (darat, tambak & laut) terbesar di dunia yang dirangkum India Stuffs pada Juni 2019:
- China (58,8 juta ton)
China merupakan penguasa penghasil ikan terbesar di dunia. Negeri Panda ini meninggalkan jauh para pesaingnya, termasuk India dengan selisih enam kali lipat lebih banyak. Dengan total produksi ikan global 178,8 juta ton, maka sepertiga produksi ikan dunia berasal dari China. Faktor utama yang membuat produksi ikan melimpah disebabkan kebijakan pemerintah yang mendorong budidaya ikan secara masif yang ditopang teknologi yang efisien.
- India (9,46 juta ton)
India memproduksi 6 persen dari total ikan secara global. Di India, praktik budidaya ikan sudah terjadi sejak abad ke-19 dan tradisi tersebut terus dijalankan. Produksi ikan yang tinggi itu juga ditopang oleh hilirisasi produk perikanan yang banyak diekspor. Potensi produksi ikan di India masih terbuka lebar karena peran pemerintah masih minim di sektor tersebut.
- Indonesia (6,10 juta ton)
Produksi ikan di Indonesia sempat mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sekarang produksinya mulai meningkat sehingga industri perikanan di Tanah Air menyumbang 3 persen terhadap PDB nasional.
Indonesia selama ini dikenal kaya akan ikan karena adanya Segitiga Terumbu Karang atau Coral Triangle. Hal ini membuat Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 1.650 spesias hewan akuatik. Indonesia bahkan melompat ke posisi kedua jika hanya memperhitungkan perikanan tangkap.
- Peru (5,85 juta ton)
Peru selalu menempati posisi teratas di sektor perikanan dunia sejak 1960. Namun, level produksi ikan di negara tersebut mulai turun belakangan ini karena aktivitas penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) sehingga menyebabkan sebagian spesies ikan punah. Secara umum, Peru diberkahi dengan sumber daya ikan yang banyak karena memiliki garis pantai hingga 3.000 kilometer di samping 12 ribu danau dan laguna dengan lebih dari 50 spesies.
- AS (5,36 juta ton)
Amerika Serikat adalah negara maju yang unggul dalam berbagai komoditas, termasuk perikanan. Negeri Paman Sam ini mempunyai zona akuatik terbesar di dunia hingga 11,4 juta meter persegi. Kondisi tersebut belum termasuk garis pantai di sisi timur dan barat yang mencapai 200 mil. Di tengah penurunan produksi ikan tangkap, AS terus mendorong perikanan budidaya untuk memenuhi kebutuhkan domestik dan ekspor.
Turunnya nilai ekspor perikanan di 2015 disebabkan karena aturan moratorium eks kapal asing yang ditetapkan pada 2014. Salah satu aturan menyebutkan bahwa kapal eks asing yang melanggar akan ditenggelamkan. Dampak dari kebijakan tersebut adalah penurunan ekspor ke negara-negara yang kapalnya ditenggelamkan, seperti Cina, Filipina, dan Thailand.
Meskipun Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen perikanan laut terbesar di dunia, namun kenyataannya sektor perikanan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Hal ini terlihat dari kontribusinya yang hanya menyumbang sekitar 2 persen terhadap PDB Nasional.
Menggandeng Jepang
Menteri Susi dilaksanakan pada hari pertama kunjungan kerjanya ke Jepang, Senin (10/4/2017). Sekitar 40 menit, Menteri Susi melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden JICA Sinichi Kitaoka di Kantor JICA di Tokyo.
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada 15 Januari 2017. Dalam pertemuan kedua pemimpin negara ini disepakati adanya peningkatan kerja sama Indonesia dengan Jepang, terkait sejumlah sektor termasuk kelautan dan perikanan.
“Kami datang ke sini untuk tagih janji PM Abe untuk kerja sama di bidang perikanan. Kita juga datang dengan menawarkan beberapa bidang kerja sama yang akan saling menguntungkan,” papar Menteri Susi.
Menteri Susi beranggapan, modernisasi di sektor industri perikanan Indonesia, membuka peluang peningkatan kerja sama antara KKP dengan JICA. Diharapkan, JICA tergerak untuk membangun infrastruktur kelautan dan perikanan untuk pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia, antara lain Sabang (Aceh), Natuna dan Morotai (Maluku Utara).
Investasi di sektor perikanan tidak memerlukan biaya yang besar sehingga bisa dilakukan dengan waktu yang cukup singkat. “Investasi perikanan itu kecil, tidak perlu besar. Bikin pabrik kapasitas 30 ton per hari itu paling Rp10-30 miliar saja,” kata Bu Susi.
dari sejumlah sumber informasi, gandatmadi46@yahoo.com