Latarbelakang
Menteri BUMN, Rini Soemarno menargetkan total nilai aset seluruh perusahaan milik negara pada tahun 2019 mencapai Rp 7.000 triliun. Angka ini tumbuh sekitar 40 persen dibanding aset 2016 yang diproyeksikan sebesar Rp 5.000 triliun. Laba BUMN pada tahun 2019 ditargetkan mencapai Rp 300 triliun, naik dari tahun 2016 yang diperkirakan mencapai Rp 170 triliun.
Rini menargetkan sebanyak 19 BUMN masuk dalam daftar peringkat 2.000 perusahaan terbaik versi Forbes pada 2019, meningkat dibanding tahun 2014 yang hanya empat BUMN. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN adalah membentuk perusahaan induk (holding company) enam sektor usaha yaitu holding pertambangan, energi, jasa keuangan, perumahan, jalan tol, serta pangan yang diproyeksikan terealisasi pada akhir 2016.
MIND ID (Holding Pertambangan)
MIND ID BUMN yang menaungi lima perusahaan industri tambang di Indonesia, PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), dan PT Timah Tbk, secara resmi meluncurkan identitas baru pada 17 Agustus 2019. Dan, PT Vale Indonesia Tbk (dalam proses).
Direktur Utama Mind Id, Budi Gunadi Sadikin
Hingga Desember 2018, MIND ID (HIP) membukukan Pendapatan Konsolidasi sebesar Rp 65,2 triliun, atau tumbuh 38 persen dari tahun sebelumnya. Saat ini aset Inalum sekitar Rp 162 Triliun, jauh meningkat dari tahun 2016 sekitar Rp 23 triliun dan tahun 2017 Rp 93 Triliun
Coal Tar Pitch (CTP)
Mining and Minerals Industry Institute (MMII) didirikan pada tgl 1 Februari 2019 dengan Executive Director MMII Ratih Amri. Salah satu upaya yang saat ini dilakukan adalah kolaborasi MMII dengan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaannya, seperti PT Krakatau Steel, PT Nasional Hijau Lesatri, dan BLU Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira).
Tujuan dari kolaborasi atau sinergi ini adalah memperoleh satu produk untuk menggantikan coal tar pitch (CTP) yang selama ini diimpor.
CTP merupakan salah satu bahan baku yang diperlukan sebagai material perekat untuk membuat anoda (elektroda penghantar listrik). Jadi, anoda ini akan digunakan dalam proses peleburan alumunium. Secretary General MMII Adhietya Saputra menjelaskan, CTP adalah salah satu produk samping yang dihasilkan dari produksi kokas (metallurgical coke). “Saat ini kokas sudah diproduksi oleh PT Krakatau Steel, tetapi hasil buangan dari produksi kokas itu belum termanfaatkan dengan baik,” ujar Adhietya
High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace ( RKEF).
PT Inalum (Persero) melakukan penjajakan untuk bisa bekerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd, produsen material baterai mobil listrik terbesar di dunia. Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno bersama sejumlah direktur utama BUMN ke Quzhou, China pada 17 Mei 2019.
Lewat kerjasama dengan Huayou, Holding Industri Pertambangan melalui Inalum dan ANTAM berencana membangun pabrik berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace ( RKEF). Kedua pabrik ini bisa mendorong hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai litium. Adapun sejak pertengahan tahun lalu, Huayou berencana untuk membangun smelter nikel di Indonesia untuk memenuhi permintaan akan komoditas tersebut di industri baterai. Perusahaan tersebut akan menginvestasikan 1,83 miliar dollar AS di Indonesia dan saat ini sedang mencari rekan lokal.
Dengan begitu Rini menargetkan sebanyak 19 BUMN masuk dalam daftar peringkat 2.000 perusahaan terbaik versi Forbes pada 2019, meningkat dibanding tahun 2014 yang hanya empat BUMN..
PT Vale Indonesia
Pemerintah menugaskan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) atau Mining Industry Indonesia (Mind Id), untuk membeli 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk. Divestasi mengacu pada peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2014 sebagai perubahan ketiga PP No. 23 Tahun 2010. Payung hukum tersebut menyebutkan, divestasi harus dilakukan paling lambat pada 14 Oktober 2019 atau 5 tahun setelah terbitnya PP 77 Tahun 2014. Adapun besaran divestasi dalam PP 77 Tahun 2014 terbagi dalam tiga kategori berdasarkan pada kegiatan pertambangan. Vale termasuk dalam kategori kedua, yaitu kegiatan pertambangan dan pengolahan pemurnian, sehingga perusahaan tambang asal Brazil tersebut hanya kewajiban melepas saham 40 persen.
Berdasarkan kesepakatan Kontrak Karya yang ditandatangani pada 2014, Vale harus melakukan pelepasan saham (divestasi) sebanyak 40 persen. Namun dalam amandemen Kontrak Karya, Vale berkewajiban melepas sahamnya sebesar 20 persen, sebab 20 persen sebelumnya sudah dilepas di Bursa Efek dan tercatat sebagai divestasi.
PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) – IDX: INCO, merupakan perusahan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi yang beroperasi di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. PT Vale merupakan bagian dari Vale, perusahaan multitambang asal Brasil yang beroperasi di 30 negara dengan total pekerja dan kontraktor di seluruh unit bisnisnya mencapai 110.000 orang.
PT Vale menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Volume produksi nikel PT Vale rata-rata mencapai 75.000 metrik ton per tahunnya. Dalam memproduksi nikelnya di Blok Sorowako, PT Vale menggunakan teknologi pyrometalurgi atau teknik smelting (meleburkan bijih nikel laterit).
PT Vale memproduksi nikel berbasis energi terbarukan. PT Vale memiliki tiga PLTA yakni PLTA Larona 165 MW (beroperasi 1979), PLTA Balambano 110 MW (1999) dan PLTA Karebbe 90 MW (2011). Dengan demikian 38% konsumsi energi operasional PT Vale bersumber dari energi terbarukan. Keberadaan PLTA tersebut juga mampu mereduksi rata-rata emisi karbon sebesar 500.000 ton CO2eq per tahunnya.
. Pendapatan (2018) USD 776.9 million, laba bersih USD 60.512 million, Total Aset USD 2,202 billion, Total ekuitas USD 1,883 billion. Produk yg dihasilkan Bijih Besi, Pellet, Nikel, Batu Bara, Pupuk, Tembaga, Mangan, Baja.
PT Vale juga mengintegrasikan antara pembukaan lahan tambang dengan reklamasi (pemulihan lahan) dan rehabilitasi (penanaman kembali). Untuk kebutuhan tersebut dibangun kebun bibit modern (nursery) seluas 2,5 hektar dengan kapasitas produksi sebanyak 700.000 bibit (termasuk tanaman asli setempat dan tanaman endemik) setiap tahun. Nursery telah beroperasi sejak April 2006. Pada tahun 2018, PT Vale berkolaborasi dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development untuk menyusun dan menerbitkan Dokumen Panduan Pengelolaan Biodiversiti Berkelanjutan.
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com
Website yang menarik