Rekonsiliasi adalah perbuatan menyelesaikan konflik. Peristiwa G30S-PKI, Peristiwa Madiun, Peristiwa DI/TII, Peristiwa PRRI/Permesta adalah peristiwa yg sangat memilukan dan memakan korban yang luar biasa. Salah satu upaya yang ampuh untuk menyelesaikan konflik adalah apa yg kita kenal …. to forgive but not to forget.
Forgiving is critical to our emotional health, We can learn from past experiences, Forgiving can strengthen our relationships, We safeguard ourselves from being a victim of the same offense again
Meski ayahnya merupakan korban tragedi G30S, Agus Widjojo memiliki perhatian mengenai tragedi politik Indonesia pada 1965. Agus Widjojo salah satu penasihat Forum Silaturahmi Anak Bangsa ( FSAB ), forum yang didirikan pada 2003 yang mempertemukan anak-anak korban konflik politik 1965 dan kemudian berkembang mengadakan pertemuan dengan anak2 korban DI/TII, PRRI/Permesta.
Tanggal 25 Mei 2003, Yang hadir pada momen bersejarah ini, dikutip berdasarkan daftar hadir, adalah: Agus Widjojo dan Nani Nurrachman (putra-putri Mayjen TNI (anumerta) Sutojo Siswomihardjo), Amelia, Juwik, Yuni (putri Jenderal TNI (anumerta) Ahmad Yani), Masya Panjaitan (putri Mayjen (anumerta) DI Panjaitan), Riri Haryono (putra Mayjen (anumerta) MT Haryono), Sugiarto Supardjo (putra alm. Brigjen Supardjo), Tatto S.Pradjamanggala (putra alm. Kolonel Brata Manggala/putra Kobra/Puskav), Sarjono (putra alm. Kartosuwiryo Imam Besar DI/TII), Dadeng Adi Karna (putra alm. Wiranagapati Panglima DI/TII), Jaya Senjaya (putra alm. Senjaya Panglima DI/TII), Ahmad Zahedi (putra alm. Brigjen Moehammadiyah Haji bin Tengku Hajidigaroet/cucu alm. Daud Beureuh), Ghazi Hussien-Yoesoef (putra mantan Panglima TNI Divisi X Sumut Hoesein Yusuf), Ilya Arslaan (putra alm. Johan Sjahroezah Sekjen PSI/cucu alm. H. Agus Salim).
M. Basyir (cucu alm. HOS Tjokroaminoto), Gurmilang Kartasasmita (eksponen Malari 1974), Soedarso (dari PPM/mantan Kepala Dinas Kesehatan DKI), Tigor Siregar (pendiri PPM), Tjokro Soeprijanto (putra alm. Mayjen Tjokropranolo/pendiri FKPPI), Eko Tjokrodjoyo (tokoh PMKRI), Ridwan Soerijadi (aktivis Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia/Gerakan Indonesia Bersatu), Hardoyo (mantan Ketua CGMI/Presidium PPMI), Ruth Indiah Rahayu (aktivis Women Communication & Information Centre), Tina Harun Kabier (putra Pahlawan Nasional Harun Kabier), Yap Hong Gie (putra alm. Yap Thiam Hien), Arief Munandar (alumni Moscow), Batara R. Hutagalung (putra alm. Letkol Dr. Wiliater Hutagalung), Soerjadi Hadiwidjojo (mantan Ketua DM ITB 1963), Wageono (putra alm. Dayat, Radio Sandi Rancaekek-Bandung), FX Dedih (putra pejuang), Raymond Tambunan, Wiwien Poespa, Lukman Sriamin (para psikolog), Ashoka Siahaan (putra alm. Mayjen Ricardo Siahaan/aktivis Prometheus), Johny M. Hidayat (Ketua Presidium Barisan Kebangsaan), Suryo Susilo, Robert M. Siahaan, Badriel Johan Sjaaf, Julius KF, Eddy Wibowo (dari PPM).
Pada masa pemerintahan Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri, surat mengenai pembentukan FSAB dilayangkan kepada Kepala BIN, Jenderal TNI (Pur) AM Hendropriyono yang kemudian menerima pengurus FSAB. Terjadi dialog yang akrab dan terbuka antara Hendropriyono dan jajarannya dengan para pengurus FSAB. Pada pokoknya Hendropriyono memberikan dukungan penuh, “Saya kagum bahwa anak-anak yang dahulu orangtuanya terlibat konflik, sekarang dapat duduk bersama dan membentuk organisasi dengan motto “berhenti mewariskan konflik dan tidak membuat konflik baru”.
Selanjutnya AM Hendropriyono mengatakan , mengharapkan FSAB dapat menjadi isnpirasi bagi masyarakat yang saat ini rawan konflik dengan menyebarkan semangat bersilaturahmi dan berdialog menghadapi perbedaan dalam bingkai Pancasila dan UUD 1945.” Para tokoh nasional lainnya juga memberikan respons positif seperti, Adnan Buyung Nasution, Harry Tjan Silalahi, Ahmad Syafii Maarif, KH Salahuddin Wahid, Sidarto Danusubroto, Sulastomo, Asvi Warman Adam, dan lain-lain.
Pelantikan Letjen Purn Agus Widjojo sebagai Gubernur Lemhanas oleh Presiden Joko Widodo.
Letjen TNI Purn Agus Widjojo
Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo (lahir di Solo, Jawa Tengah, 8 Juni 1947; umur 70 tahun) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat. Agus saat ini menjabat sebagai Gubernur Lemhannas sejak 15 April 2016. Jabatan militer terakhirnya adalah Kepala Staf Teritorial TNI, Agus juga adalah mantan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat mewakili Fraksi TNI/Polri periode 2001−2003.
Agus merupakan lulusan dari Akademi Militer tahun 1970, ia seangkatan dengan dua mantan KSAD, Subagyo Hadi Siswoyo dan Tyasno Sudarto. Agus adalah putra dari salah satu Pahlawan Revolusi yakni, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo yang gugur pada peristiwa G30S/PK
Selama pengangkatannya sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI (SESKO TNI), sebuah wadah pemikir TNI, dia bertanggung jawab untuk restrukturisasi doktrin politik dan keamanan TNI. Agus Widjojo telah memainkan peran yang penting dalam pembaruan militer. Pada tahun 1998, ia bahkan pernah berpendapat bahwa militer seharusnya keluar dari politik dengan mengatakan, “Mereka yang melihat kebutuhan untuk menjadikan militer sebagai bagian dari sistem yang lebih demokratis adalah mereka yang telah terkena sistem demokrasi.
Pada 1998, Letjen Agus Widjojo dan Letjen Susilo Bambang Yudhoyono adalah jenderal bintang tiga semasa Wiranto waktu itu Panglima TNI, diminta menyiapkan konsep reformasi TNI. Konsep tersebut dinamakan “Paradigma Baru TNI“. Saat menjadi Wakil Ketua MPR pun, Beliau-lah yang memimpin Fraksi TNI/Polri untuk mundur dari parlemen dan fraksi tersebut dilikuidasi, yang di mana fakta sejarah yaitu MPR 1999-2004 ialah periode terakhir TNI/Polri berada di parlemen.
Dalam bidang HAM, Agus Widjojo juga sempat menjabat sebagai anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan RI-Timtim yang menangani dugaan pelanggaran HAM Indonesia di Timor Timur. Meski ayahnya merupakan korban tragedi G30S, Agus memiliki perhatian mengenai tragedi politik Indonesia pada 1965. Agus Widjojo salah satu penasihat Forum Silaturahmi Anak Bangsa, forum yang didirikan pada 2003 yang mempertemukan anak-anak korban konflik politik 1965. Terbaru, ia juga merupakan penggagas sekaligus Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional membedah Tragedi 1965 yang diadakan melalui Kemenkopolhukam pada 2016.
Catatan khusus:
Pada tgl 30 September 1965, Agus remaja bertandang ke bu De beliau di depan ps Santak. Mencoba mengajak sepupunya kerumahnya untuk menemani adiknya Agus, Nanik yg kini menjadi dosen Psikologi UI. Namun ditolak dan malam harinya terjadi peristiwa tersebut.
Mba Tuti Kadar yg bermukim di London ketika pa Sutojo menjadi atmil Agus dan Nanik masih SD disana. Pada tahun 1964, pa Sutojo menghadiri pernikahan putra dr Soedarsono, mas Budi Sudarsono.
Ilham Aidit dari pihak Ibunya yg seorang dokter, kakeknya Moedigdo adalah tokoh peritiwa Madiun 1948. Dieksekusi kemudian dimakamkan di desa Bulu Mantingan, makam keluarga Djojo Adiningrat atau suami Ibu Kartini. pa Mudigdo adalah putra bupati Tuban Kusumodigdo.
Siaran ILC tgl 19.9.2017 terbagi dalam beberapa video. Satu video yg penting adalah ketika Letjen Prun Agus Widjojo memberikan sambutan yg kemudia disusul Prof Salim Said sebagai penutup. Video ini palin sulit didapat sedang yg lain lebih mudah.
diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com