Sains, Teknologi dan Masyarakat

Oleh  Prof. Harijono Djojodihardjo

Guru Besar Ilmu Mesin, pada Departeme Mesin, ITB,

Ketiga-tiganya Sains, teknologi dan mayarakat harus bersatu, menyatu, dalam budaya untuk mengembangakan Indonesia dalam menghadapi kemajuan.  Bangsa didunia yang beradab memerlukan sumbangan anak bangsa untuk mencitrakan kebangsaan  itu. Sumbangan kebudayaan (yang mengikat sains dan teknologi kedalamnya) adalah citra dan sumbangan bangsa itu kepada dunia untuk memajukaan dunia dan jamannya.

Prof. Harijono Djojodihardjo, mantan Guru Besar Ilmu Mesin, pada Departeme Mesin, ITB, mentorehkan pengalamannya, dan keahliannya, dalam akal-budi untuk budaya bangsa (2020). Karya “AKAL BUDI UNTUK BUDAYA BANGSA” memuat ajakan untuk kita semua mengembangkan sains dan teknologi untuk bangsanya—untuk menunjukkan kebangunan dan ketinggian ahlak dinatara bangsa-bangsa yang membangun duniaanya  di abad ke 21 ini.

Sekaligus ahlak itu adalah citra kebangsaan yang harus kita perlihatkan  dan kita sumbangkan kepada dunia, kepada jaman, taatkala kita mengarunginya. Yang sudah kita miliki, betapa tingginya, adalah keagungan dimasa lalu tatkala disiplin dan praktek sains dan teknologi belum mencapai ujudnya . Kadangkala kita terbius atau terhibur, oleh mitos dan kepercayaan, tentang ketinggian dan luhurnya adab yang yang menjanjikan masa depan yang lebih gemilang.

Teknologi, dengan sainsnya, maju atas dasar bukti pokok yang dimulai dengan ajar kejujuran, kedispilinan dan kemauan untuk mengemukakan penemuan atas dasar bukti yang bisa diperlihatkan. Ini berlaku untuk semua cabang kegiatan yang diminati manusia pada jamannya.   

Telah dikenal tata surya kita sendiri, dimana matahari sebagai pusat, dengan sembilan buah planet-planetnya yang teratur letaknya disekitar matahari. Dalam salah satu dari planet-planet tersebut, bumi kita, terdapat manusia dan lain makhluk hidup. Pertanyaan yang telah lama, yang rupanya tak terjawab, ialah adakah tata surya lain dalam galaksi kita, atau lebih luasnya lagi, dalam kosmos, dan jika ada, apakah tata surya-tata surya itu  juga menyimpan hidup seperti di Bumi?

Dalam dua abad yang terakhir ini telah banyak dicoba, dengan jalan yang tidak langsung, untuk mengerti apakah ada kehidupan di langit yang lain. Jalan yang telah ditempuh ialah mencari jawab dari pertanyaan bagaimanakah sebenarnya planet-planet dalam tata surya kita sendiri telah dibentuk. Kant dan Laplace telah memelopori membuka halaman baru dari Kosmogoni, yang menerangkan terjadinya planet-planet tata surya kita karena satu proses saja: pengerutan nebula gas. Teori yang masih harus diperbaiki karena tidak sesuainya dengan pengamatan.   

Disekitar tahun 1900 timbul teori terjadinya planet-planet dalam tata surya kita ini karena tabrakan. Dalam teori tabrakan ini satu-satunya kekurangan yang fatal ialah  kenyataan bahwa sangat sedikitnya tabrakan antara bintang-bintang dalam galaksi kita – termasuk sedikitnya kemungkinan tertabraknya matahari oleh bintang yang lain. Dalam pada itu, para astronom telah membuat satu pegangan yang kuat untuk mulai menerjuni daerah yang paling menarik ini, ialah, terbentuknya planet-planet tidak akan lepas dari persoalan bagaimanakah bentuknya bintang dan terbentuknya bintang.

Pengetahuan tentang evolusi daripada bintang-bintang itu telah dimulai kurang lebih 20 tahun yang lalu, tetapi, sangkaan bahwa bintang-bintang itu dilahirkan tidak bersamaan telah lebih dahulu dikemukakan. Walaupun begitu, apakah selama proses evolusioner dari bintang-bintang itu berlaku, sama sekali tak ada tabrakan antara bintang lain dengan matahari kita? Mungkin kenyataan dibawah ini akan memberi penjelasan bahwa jika orang berpangkal pada teori tabrakan maka dalam tata kartika kita, Bima Sakti, orang hanya memengharapkan matahari kita satu-satunya bintang yang berplanet, jadi mungkin hanya bumi kitalah yang bermakhluk hidup.

Dilansir Live Science, Sabtu (20/6/2021)

Adakah ini suatu pernyataan kesombongan manusia bahwa dialah satu-satunya yang menempati benda langit dalam Bima Sakti yang maha besar itu? Menurut kami, justru sebaliknya, karena mengingat bahwa hal itu tidak mungkin, maka dicarinya apakah benar hanya satu peristiwa yang menyebabkan terbentuknya planet-planet. Sekarang dengan giatnya orang mencarinya, mencarinya bintang mana yang berplanet berdasarkan petunjuk yang masih samar, berpangkal pada anggapan yang tertentu. Tadi dikatakan bahwa tabrakan tak mungkin terpakai untuk menerangkan terjadinya planet-planet.

Dalam hal matahari kita sendiri, dapat dikemukakan kenyataan sebagai berikut. Bintang yang terdekat dengan matahari kita, Alpha Centauri, jaraknya 4,5 tahun cahaya (1 tahun cahaya = 10, dengan dua belas nol dibelakangnya dalam kilometer). Kecepatan relatif antara matahari-matahari tersebut 20 kilometer tiap sekon, dan kalau keduanya bergerak lurus menuju satu ke yang lain, barulah keduanya bertemu sesudah 100.000 tahun. Tetapi, kalau pergerakan itu tidak lurus menuju satu ke yang lain, dan mengingat volume yang ditempati oleh kedua bintang itu dalam ruang, maka kemungkinannya yang satu menabrak ke yang lain, sangat kecil, dalam 100.000 tahun hanya 2 per seratus milyar-milyar kali. Suatu kemungkinan yang sangat kecil.

Karena dalam Bima Sakti kita (= milky way = melkweg) ada kira-kira 2,10 (dengan 11 nol) bintang, maka mungkin selama 5 bilyun tahun ini barulah terjadi 2 tabrakan antara bintang-bintang.   

Katakan, satu diantara tabrakan itu, tabrakan antara matahari kita dengan bintang yang lain, maka pasangan bintang yang lain dapat menyelenggarakan kehidupan seperti bumi kita ini. Jadi mungkin, seperti tadi dikatakan, bahwa hanya dibumi ini terdapat makhluk hidup. Hal ini bertentangan dengan fakta lain. Penyelidikan bintang berdua dan penyelidikan spektroskopi memberi petunjuk yang samar akan adanya tata  surya yang semacam tata surya kita. Dari penyelidikan bintang berdua, dapat dikatakan adanya massa yang gelap, yang selalu ikut dalam pergerakan sistem bintang berdua tersebut. Massa yang tidak terlihat langsung itu dapat ditentukan tempatnya karena gangguannya kepada bintang-bintang yang terlihat. Pada bintang-bintang semacam inilah yang sekarang sedang dengan giatnya diselidiki dengan alat terbaru yang ditemukan dalam perbaikan penyelidikan radio astronomi. Untuk tujuan ini di Amerika (National Radio Astronomy) dan di Soviet Uni, telah didirikan suatu proyek yang bernama Ozma – berasal dari kata Oz yang berarti negeri antah berantah yang didiami oleh makhluk yang sangat jaya.

Proyek ini meliputi beberapa Radio Astronomy Observatory yang mempunyai perlengkapan paling modern, dapat menerima siaran atau sinyal-sinyala semacamnya yang terpancar sejauh 100 tahun cahaya dari Bumi. Radio astronomi sekarang merupakan alat yang berharga sekali, mengingat teropong-teropong optis sudah tidak mungkin lagi memberi kepuasan dalam usaha ini. Jalan itu telah ditempuh berdasar kenyataan bahwa manusia sendiri telah dapat mengirim gelombang-gelombang radar ke Bulan, ke Venus dan ke Mars dengan berhasil. Dari kenyataan itu dianggapnya bahwa dibagian lain dari jagat ini, jika proses evolusi itu sama cepat dan sejalan dengan proses-proses di Bumi atau lebih cepat, diharapkan jika ada planet-planet yang telah berhasil mempunyai makhluk yang berintelegensi tinggi, juga mempergunakan teknik radio sebagai alat perhubungannya, alat-alat radar dari Proyek Ozna tadi akan dapat menerimanya.

Dengan sepintas lalu usaha besar ini seperti khayalan Jules Verne 50 tahun yang lampau. TetapTetapi kenyataannya memang demikian. Antena-antena raksasa dari Universiteit Cornell yang panjangnya kurang lebih 333 meter itu sekarang sedang dipakai untuk mencari hubungan antar bintang. Antena raksasa itu dapat mencapai daerah ruang 1.000.000 tahun cahaya kubik, dimana 10.000 bintang termasuk didalamnya. Beberapa antena raksasa lain sedang juga bekerja untuk mencari kontak dengan “manusia” yang berintelegensi tinggi didunia lain.

Para sarjana Radio Astronomi yang menyelenggarakan obyek-obyek tersebut akan membuat rencana kerjanya seteliti mungkin, agar waktunya tidak terbuang percuma. Mereka tidak akan menyelidiki semua bintang didaerahnya, tetapi, akan memilih bintang-bintang yang paling mungkin, berdasarkan pengamatannya, tentang tata surya kita sendiri, mempunyai tata planet. Dan tidak akan semua bintang mempunyai tata planet itu diselidiki, Mereka juga akan membatasi dirinya dengan penyelidikan pada planet-planet, jika seandainya ada, yang paling mungkin mempunyai bentuk-bentuk kehidupan.

Lepas dari proses terjadinya planet, semuanya setuju, bahwa hanya pada bintang yang tertentulah yang mungkin mempunyai planet yang dapat menyebabkan proses evolusioner dari makhluk yang berintelegensi tinggi dari penyatuan molekul-molekul organik (pendapat-pendapat ini terutama disokong oleh para materialis kosmogonist). Dan syarat itu hanya mungkin terjadi pada bintang-bintang yang telah hidup lama dan menyinarkan cahaya dengan tetap dan teratur seperti matahari kita. Dan juga bukan bintang berdua yang terlalu dekat.

Jadi pada pokoknya penyelidikan itu dilakukan atas dasar bahwa jika hidup itu ada, hidup itu akan serupa dan mempunyai tempat hidup serta keadaan yang serupa pula dengan yang kita kenal di Bumi. Karena itu peradaban mereka, juga akan sampai pada teknik menguasai dan mengirimkan gelombang-gelombang radio seperti peradaban yang telah dicapai dibumi selama 50 tahun yang terakhir ini. Kalau seandainya semuanya ini benar, udara yang melingkungi mereka, yang tentu akan sejenis dengan udara yang melingkungi kita hanya mungkin diterobos oleh gelombang-gelombang radio dengan frekuensi yang tertentu saja. Seleksi ini sangat penting artinya untuk membedakan gelombang-gelombang radio lain yang berasal dari bagian kosmos yang tidak diingini.

Adakah rencana ini akan berhasil? Belum ada yang berani memastikan. Juga tidak seperti banyak orang telah menduga bahwa manusia perlu mendirikan jawaban PTT untuk hubungan antar planet tersebut. Pekerjaan itu masih dalam tingkat permulaan. Umur pekerjaan raksasa itu baru setahun. Hanya pengamatan tentang tata surya kita sendiri dan teori-teori evolusi tentang bintang-bintang merupakan sinar pelita dalam kegelapan kabut yang menyelubungi peristiwa tadi. Salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah bintang yang mempunyai planet hendaknya cukup tua. Adakah selain bintang tua, bintang yang muda? Bintang-bintang yang muda, artinya baru beberapa juta tahun banyak sekali ditemukan dalam kabut-kabut gas. Dan kemudian kabut gas itu makin memekat hingga pada suatu ketika panas dari kontraksi kabut tadi demikian besarnya cukup untuk menyelenggarakan reaksi inti pada bintang-bintang untuk membuat tenaga.

Teori, yang kemudian ternyata juga oleh pengamatan, mengatakan bahwa bintang-bintang yang muda mempunyai rotasi yang cepat, yang tentu saja tak akan mungkin terbentuk planet disekitarnya. Pada matahari kita sendiri dapat dikatakan bahwa perputarannya cukup lambat. Kenyataan bahwa bintang-bintang yang muda selalu masih terdapat dalam pelukan kabut gas tempat lahirnya, yang terbukti dari anomaliteit dari penyerapan bintang panas di beberapa arah dalam Bima Sakti, membangkitkan kembali teori Kant-Laplace untuk ditinjau dan diperbaiki.   

Beberapa waktu yang lalu dalam astronomi mengalami seperti apa yang dialami oleh para biolog yang mencari salah satu mata rantainya. Mata rantai dalam teori evolusi astronomi yang hilang ialah mengapa bintang-bintang yang relatif dingin dan panas mempunyai beda kecepatan rotasi yang demikian besarnya. Statistik telah menunjukkan bahwa kecepatan rotasi bintang-bintang yang sejenis dengan matahari berbeda dengan bintang-bintang yang sejenis dengan matahari berbeda dengan matahari berbeda dengan bintang-bintang panas yang muda.

Dugaan bahwa perbedaan tadi disebabkan adanya benda lain disekitar bintang yang sejenis dengan matahari rupanya dapat menjatuhkan rantai-rantai evolusi bintang. Matahari kita sendiri, seandainya planet-planetnya tidak ada, akan berputar cepat sekali 50 kilometer tiap sekonnya sebagai ganti 2 km tiap sekon seperti saat ini. Kenyataan lain bahwa matahari, dan bintang-bintang yang sejenis umumnya terdapat pada daerah yang jernih – karena gas-gas antar bintangnya telah terpakai semua – dan juga stabil, memberikan dugaan bahwa mungkin hanya bintang semacam itulah yang ada planet-planetnya, baik dia bintang berdua atau bintang-bintang yang telah berdiri sendiri.

Dan lepas dari pada proses terbentuknya planet-planet dalam tiap bintang itu, masih ada syarat lain yang harus dipenuhi untuk adanya hidup. Bintang-bintang semacam matahari tadi berjumlah 25 persen diseluruh daerah yang sudah dijelajahi teropong. Dan apakah dari 25 persen itu semuanya berplanet, dan apakah juga dari 25 persen itu mempunyai kemungkinan yang sama seperti bumi kita untuk menyelenggarakan kehidupan, masih merupakan tanda tanya yang besar. Hanya yang terang adanya pola evolusi dari bintang-bintang, walaupun pola itu belum sempurna, telah sedikit menerangi persoalan tentang pembentukan tata surya dan menyederhanakan pekerjaan para sarjana radio astronomi dalam usahanya mencari “kawan-kawannya di dunia lain”.    

diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published.