Ngobrol bersama Khatib Basri di Total Politik (3/7/2023)
Asean itu adalah negara yang ekonominya sangat banyak tergantung pada China tetapi kalau dia nggak bisa dagang dengan renmimbi itu repot buat mereka. Benar keinginan Cina untuk menjadi globe leader itu ada termasuk pada waktu sikap Amerika di bawah Trump yang cenderung menarik diri dari multilateral itu seperti reverse accountability (menang sendiri).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekonom Barry Eichengreen dari Universitas California Berkeley, menunjukkan bahwa likuiditas renminbi saat ini masih sangat kecil. Sementara untuk isu Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), masih didominasi oleh dolar AS dan Euro yang masing-masing 40%. Di sisi lain, peran dari China dalam global aset baru sekitar 4%.
“Akibat based yang kecil ini, jika China kemudian negara-negara ingin berubah dari US Dollar ke renminbi, maka akan timbul transaction cost karena tidak semua partnernya menggunakan (Renminbi),” jelas Chatib. Kedua, jika Renminbi ingin dipergunakan di semua negara, maka China harus melakukan capital account liberalisation. “Tanpa itu, Renminbi tidak fully convertable,”
Yuan untuk membangun infrastruktur adalah oli pembangunan. Maksudnya cetak uang terus enggak apa-apa dilakukan karena itu enggak akan menimbulkan inflasi contoh yang terjadi di Amerika. Kenapa inflasi terjadi di Amerika tinggi juga di Eropa paska covid? Oleh karena sewaktu covid dibiayai dengan cetak uang.
Cetak uang disebut sebagai helicopter money. Kalau orang tuh dikasih uang dari helikopter terus dia terima uang kemudian dia mau beli barang barang. Sekarang kita mau beli kroket butuh waktu digoreng dulu jadi permintaannya ada barangnya belum ada akibatnya harganya pasti naik apalagi infrastruktur yang pembangunannya butuh waktu lama.
Amerika untuk membiayai covid kemarin itu dengan printing money. Bagaimana efek di Indonesia ? Inflasi kita nggak tinggi dan defisit kita itu jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lain Kenapa kita cuma 6% pada waktu covid dan Amerika 10% dan dari 6% cuma 3% efek inflasinya itu terjadi karena revenue pajaknya turun jadi yang spending itu cuman 3% maka efek dari inflasinya itu nggak nggak besar di kita jadi inflasi nggak gede karena nggak punya duit buat belanja aja.
Dalam pandemi dalam situasi krisis itu sendiri orang mulai bilang nggak bisa tergantung sama negara lain muncullah yang disebut sebagai pushback dari globalisasi, seperti ini misalnya kita lihat apa yang terjadi dengan Jerman dia tergantung gas dari Rusia ketika perang Rusia nggak suplai gas nanti mati. Dia sangat tergantung jaket yang lebih tebal jadi karena itu setiap negara bilang dari game yang baru adalah ekonomi security nggak boleh negara itu tergantung sama orang lain. Nah inilah yang muncul dengan yang namaTechno nasionalism.
Prediksi dolar itu pertama dolarnya dipakai untuk intervensi supaya mata uang rupiahnya nggak jatuh. Kemudian yang kedua itu banyak negara Euro asetnya dalam usury (riba) obligasi pemerintah Amerika kalau tingkat bunga Amerika naik itu harga obligasinya turun akibatnya nilai asetnya di dalam cadangan devisa turun jadi nggak bisa disimpulin bahwa itu dedolarisasi nah sekarang Cina akan pindah ke BRICKS.
BRICS adalah akronim untuk pengelompokan ekonomi pasar berkembang terkemuka di dunia, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Mekanisme BRICS bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, pembangunan dan kerja sama.
Dengan China itu ada kekuatiran Barat oleh karena ada resiko kalau Cina itu terlalu agresif makanya ada strategi yang dibuat dengan regional comprehensive, idenya adalah ASEAN sebagai single entitas karena percaya sangat sulit negara-negara di Asean itu kalau di link langsung dengan Cina makanya kita harus sebagai satu ide seperti yang dipromote Indonesia pada 2011.
Nah kalau ekonom itu harus ngerti bahwa politisi itu objektif functionnya seperti itu dia mesti berpikir jangan dirubah itu naturenya politisi jadi dengan bilang nggak penting, populer yang penting itu adalah realistik kalau kemudian ada seorang presiden bilang dia datang dengan analisa ekonomi yang realistik misalnya tumbuh maksimal 5% nggak bakal terpilih.
Zaman Pak Harto teknokrat Itu harus dari katakanlah bukan hanya ekonomi tapi dari profesi yang netral sebetulnya kalau menurut gue sebenarnya itu nggak bisa lagi membuat kebijakan hidup di dalam ruang hampa yang jadi isu itu adalah dia tetap memperjuangkan apa yang secara profesinya itu bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya ambil contoh naikin BBM, karena subsidinya jatuh ke kelompok menengah atas jadi itu bukan kebijakan yang apa namanya yang baik sebenarnya.
Tapi nanti ada implikasinya kepada masyarakat karena harganya naik jadi kemudian kita bikin dengan BLT ya jadi jadi idenya itu bukan berarti anti subsidi BBM Tetapi bagaimana membuat masyarakat yang tidak punya bisa terlindungi dikasih dengan BLT.
Diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com
Terima Kasih Atas Artikel Yang Menarik Ini. Saya Sangat Menikmati Membaca Pandangan Anda Tentang Topik Ini.Kunjungi Tel U
Terima kasih