USINDO, Oct 1 2020.
bersama
Casimir A. Yost has written extensively on U.S. foreign and security policies. He is a graduate of Hamilton College and has a Master of Science in Foreign Service degree from Georgetown University. He is a member of the Council on Foreign Relations and on the Advisory Council of the American Ditchley Foundation and the Advisory Council of the Eurasia Foundation.
Jonah Blank began his career in Japan, as finance editor of Tokyo’s Asahi Evening News. He has been a reporter for Fortune magazine, and written for publications ranging from Foreign Affairs to The New Yorker to The Washington Post. Dr. Blank received his MA and PhD from Harvard University.
Moderated by: Ambassador David Merrill – President, USINDO
Pemilihan presiden Amerika Serikat 2020,
Dijadwalkan pada Selasa, 3 November 2020, akan menjadi pemilihan umum Presiden AS empat tahunan yang ke-59. Para pemilih akan memilih elektoral kepresidenan yang pada gilirannya pada 14 Desember 2020, akan memilih presiden dan wakil presiden baru atau memilih kembali petahana.
Dengan demikian yang memilih President dan Wapres USA adalah electoral college. Mereka bekerja setiap empat tahun sekali, yakni beberapa pekan setelah pemungutan suara oleh masyarakat di negara bagian. Pada saat itulah mereka menjalankan tugas. Anggota electoral college dicalonkan oleh partai politik di tingkat negara bagian. Mereka biasanya petinggi partai atau sosok yang berafiliasi dengan kandidat presiden dari partainya.
Di beberapa negara bagian, mereka dapat memilih calon presiden yang mereka sukai, terlepas siapa yang mendapatkan dukungan terbanyak dari masyarakat.Namun dalam praktiknya, anggota electoral college hampir selalu memilih calon presiden yang memenangkan suara terbanyak di negara bagian mereka.
Jika seorang anggota electoral college menjatuhkan pilihan yang bertentangan dengan hasil pemilihan di negara bagian mereka, mereka akan dianggap ‘tidak setia’. Pada pilpres 2016, tujuh anggota electoral college mendapat julukan itu. Akan tetapi mereka tetap tidak mengubah hasil pilihan.
Pada 3 November 2020, rakyat akan memilih Presiden dan Wapres tetapi suara yang terkumpul disebut Populer Vote. Pemenangnya di tentukan hasil pilihan para electoral college yang jumlahnya 270 orang.
Dua dari lima pilpres AS terakhir dimenangkan oleh kandidat yang tidak mendapat suara terbanyak dari masyarakat. Pada pilpres 2016, Donald Trump berselisih tiga juta suara di bawah pesaingnya, Hillary Clinton. Namun Trump mendapatkan suara terbanyak di electoral college.
Sementara pada tahun 2000, George W Bush mendapatkan 271 suara electoral college. Padahal calon presiden dari Partai Demokrat, Al Gore, mendapat setengah juta suara lebih besar dari masyarakat ketimbang Bush. Tiga lainnya pada abad ke-19, yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes dan Benjamin Harrison
Menurut kedua Panelis, Casimir A. Yost dan Jonah Blank, Wapres Joe Biden butuh 4% minimum dari populer vote supaya bisa terpilih dan hal itu tidak mudah.
Joe Biden maupun Trump fokus kepada isu domistik. Biden akan medepankan soal penanganan pandemi Corona. Isu ketidak setaraan seperti biasanya menjadi fokus kalangan Democrat karena itu rencana Biden untuk menaikkan Tax bisa menjadi resiko dalam situasi ekonomi akibat Corona.
Trump, fokus kepada kalangan bawah, tidak terpelajar kalangan kulit putih sebaliknya Biden fokus kepada kalangan terpelajar masyarakat kulit berwarna. Trump konsisten dengan pembatasan emigran.
Politik Luar Negeri
Politik Luar Negeri Biden tidak jauh berbeda dengan Presiden Obama sedang Trump tetap American first yang memenangkan dalam pilpres 2016. Rusia memilih Trump. Dengan China keduanya sama.
Note:
Kedua panelis sama2 sering ke Indonesia.
Casimir A. Yost ikut tim President J Carter yang memantau Pemilu di Indonesia sedang Jonah Blank memantau Pilpres 2019. Mr Blank kagum dengan pilpres 2019.
CNN Fact Check
posting by gandatmadi46@yahoo.com