Ekonomi Nasional – PDB, Inflasi, Gini Index, Kinerja BUMN – Plus KonPers Menkeu.

Dasar

Ekonom J.M.Keynes JM berpendapat bahwa permintaan keseluruhan (demand) yang tidak memadai dapat menyebabkan periode pengangguran tinggi yang berkepanjangan. Output barang dan jasa suatu perekonomian merupakan jumlah dari empat komponen: konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor neto (selisih ekspor minus impor)

Peningkatan permintaan harus berasal dari salah satu dari keempat komponen ini. Namun selama resesi, kekuatan yang kuat sering kali meredam permintaan karena pengeluaran (spending) menurun. Misalnya, selama kemerosotan ekonomi, ketidakpastian sering kali mengikis kepercayaan konsumen, yang menyebabkan mereka mengurangi pengeluaran, terutama untuk pembelian yang tidak penting seperti rumah atau mobil. Pengurangan pengeluaran konsumen ini dapat mengakibatkan berkurangnya pengeluaran investasi oleh bisnis, karena perusahaan menanggapi melemahnya permintaan untuk produk mereka.

Inflasi Terkendali

Inflasi terkendali adalah inflasi dengan kadar yang rendah, biasanya berada di kisaran 2% sampai 3% per tahun. Inflasi pada tingkat ini dianggap ideal karena memberikan beberapa manfaat penting bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali akan mendorong konsumsi dan investasi. Ketika harga barang dan jasa diperkirakan akan meningkat, konsumen cenderung membelanjakan uang mereka sekarang daripada menunda pembelian dan kemungkinan akan berinvestasi dan memperluas bisnis mereka.

Selain itu, inflasi yang terkendali membantu menghindari risiko deflasi, yaitu penurunan harga secara umum yang dapat menyebabkan perlambatan ekonomi. Deflasi mendorong konsumen dan bisnis untuk menunda pengeluaran dan investasi karena mereka mengharapkan harga akan lebih rendah di masa depan, yang dapat memperburuk resesi ekonomi. Inflasi yang terkendali juga memungkinkan penyesuaian harga dan upah secara alami dalam perekonomian, sehingga membantu mengurangi ketegangan dalam pasar tenaga kerja.

Resesi

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, meluas, dan berkepanjangan. Aturan umum yang berlaku adalah bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif selama dua kuartal berturut-turut.

BPS – Ekonomi Indonesia Awal 2025

PDB

Perekonomian Indonesia 2024 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp22.139,0 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp78,6 juta atau USD4.960,3. Ekonomi Indonesia tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen, melambat  dibanding capaian tahun 2023 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen (c-to-c).

Komponen dengan distribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga yang memberikan kontribusi sebesar 54,04 persen pada tahun 2024 dan tumbuh sebesar 4,94 persen.

Komponen kedua adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi dalam arti luas dengan kontribusi 29,15 persen dan pertumbuhan 4,61 persen c-to-c.

Komponen selanjutnya adalah ekspor dengan kontribusi 22,18 persen dan pertumbuhan sebesar 6,51 persen c-to-c. Sementara komponen pengeluaran impor berkontribusi negatif sebesar -20,39 persen terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2024 dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 7,95 persen c-to-c.

Konsumsi pemerintah atau pengeluaran Pemerintah tercantum dalam APBN berkontribusi sebesar 7,73 persen terhadap pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun lalu dengan tingkat pertumbuhan kumulatif sebesar 6,61 persen c-to-c. Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 1,36% tetapi  memiliki pertumbuhan kumulatif tertinggi, yakni 12,48 persen.

Inflasi

Tingkat  deflasi year to date (y-to-d) Januari 2025 sebesar 0,76 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 8,75 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,30 persen.

Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya  sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,69 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,24 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,14 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,84 persen; kelompok transportasi sebesar 0,76 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,11 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,05 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran  sebesar 2,47 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,27 persen.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.101/PMK.010/2021 tentang Sasaran Inflasi tahun 2022, tahun 2023, dan tahun 2024.

Untuk lebih jelas dan rinci kita bisa melihat implikasi atau dampak dari inflasi yang terkendali:

1.Ter-reduksinya Tingkat Pengangguran. Ketika inflasi terjadi, uang yang beredar di masyarakat biasanya lebih banyak, yang dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Peningkatan permintaan ini seringkali diikuti oleh peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih besar. Akibatnya, perusahaan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka, yang pada gilirannya dapat menurunkan tingkat pengangguran.

2.Terjaganya stabilitas ekonomi. Inflasi yang terkendali membantu menjaga stabilitas ekonomi karena memberikan prediktabilitas harga. Kita sebagai individu pun jadi tahu apa rencana keuangan yang harus dilakukan, sehingga terciptalah keputusan finansial yang lebih cerdas dan terukur.

3.Meningkatnya Produktifivitas. Inflasi yang terkendali akan meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan roda perekonomian pada suatu negara.

“Karena pemerintah telah membatasi diskon tarif listrik untuk periode dua bulan, kami terus memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 – 3,5 persen pada akhir 2025, kecuali jika kebijakan tersebut diperpanjang untuk seluruh tahun,” kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Senin

Sejumlah komoditas pangan dan tembakau juga masih mengalami inflasi secara tahunan, seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung, bawang merah, ikan segar, minyak goreng, kopi bubuk, sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret kretek mesin (SKM), sehingga menyebabkan inflasi pada komponen harga bergejolak.

Gini Index

Tingkat ketimpangan yang diukur menggunakan rasio gini mengalami penurunan. Pada Maret 2024 sebesar 0,379, menurun dibandingkan Maret 2023. Terjadi penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Indonesia pada Maret 2024 yang tecermin pada rasio gini sebesar 0,379, dari sebelumnya 0,388 pada Maret tahun lalu.

Kinerja BUMN 2024

Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN, mengungkapkan bahwa laba bersih konsolidasi BUMN hingga akhir Desember 2024 mengalami koreksi sebesar 7,03% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Berdasarkan data Kementerian BUMN, laba konsolidasi perusahaan pelat merah tahun ini tercatat sebesar Rp304 triliun, lebih rendah dari capaian 2023 yang mencapai Rp327 triliun. Perlu dicatat bahwa angka tersebut masih bersifat sementara, karena belum diaudit secara resmi.

diposting oleh gandatmadi46@yahoo.com

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *