Serangan Iran kepada Israel pada Sabtu 13 April 2024 – Info dari sejumlah media

Kompas.com

PERANG di belakang layar (shadow war) yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara Iran dan Israel menjadi terbuka ke publik pada Sabtu (13/4/2024) malam saat drone dan rudal-rudal Iran menerangi langit malam Israel dan Tepi Barat yang diduduki. Operasi militer Teheran itu terlihat sangat terkoordinasi tetapi tampaknya dirancang untuk meminimalkan korban jiwa sambil memaksimalkan tontonan. Begitu Tamara Qiblawi, wartawan investigasi CNN, memulai tulisannya pada hari Minggu.

Menurut dia, operasi Iran itu merupakan misi yang kompleks. Lebih dari 300 drone dan rudal terbang di atas negara tetangga Iran, termasuk Yordania dan Irak (di mana AS memiliki pangkalan militer), sebelum menembus wilayah udara musuh bebuyutan Iran, yaitu Israel.

Para sekutu Israel ikut menembak jatuh sebagian besar proyektik Iran tersebut tetapi tidak dapat mencegah apa yang telah lama diyakini sebagai skenario “hari kiamat di Timur Tengah”, yaitu serangan pertama Republik Islam Iran terhadap Israel.

Sistem pertahanan udara Iron Dome atau Kubah Besi Israel yang terkenal itu tidak mengecewakan warganya, walau banyak dari mereka terpaksa berlindung di bunker. Hanya secuil lokasi yang terkena serangan, termasuk pangkalan militer dan area di gurun Negev, di mana seorang anak Badui menderita luka terkena serangan itu.

Selebihnya, Iron Dome dan pertahanan udara berlapis Israel menangkis salah satu serangan pesawat tak berawak terbesar dalam sejarah tersebut. Militer Israel mengatakan, “99 persen” proyektil yang ditembakkan Iran dicegat Israel dan mitra-mitranya, dan hanya “sejumlah kecil” rudal balistik yang mencapai Israel. Secara total, sekitar 170 drone, lebih dari 30 rudal jelajah dan lebih dari 120 rudal balistik diluncurkan ke Israel oleh Iran pada Sabtu malam itu.

Dirancang untuk gagal

Menurut Qiblawi, operasi Iran itu tampaknya dirancang untuk gagal. Ketika Iran meluncurkan drone mematikan dari wilayahnya, yang sekitar 1600 km jauhnya dari Israel, sebelum drone itu tiba Israel punya cukup waktu untuk tahu bahwa serangan tersebut akan datang. Namun simbolisme serangan itu yang berperan penting. Alih-alih menyerang Israel dari salah satu negara tetangga di mana Iran dan sekutu non-negaranya berada, Iran memilih untuk menyerang langsung dari wilayahnya. Hal itu jelas mengurangi dampak kerusakan di pihak Israel karena unsur kejutan serangan menjadi berkurang.

Informasi inteligen AS yang relatif banyak tentang operasi itu juga menunjukkan bahwa Iran mungkin telah melakukan komunikasi rahasia dengan para pemimpin Barat. Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, mengatakan bahwa ia memberi tahu negara-negara tetangga, termasuk para sekutu utama AS, 72 jam sebelumnya tentang serangan itu. Menurut analisis Qiblawi, untuk mengendalikan dampak operasi mereka sendiri, Iran tampaknya berusaha untuk menggagalkannya.

CNN

Israel mesti menahan diri demi mendapatkan simpati internasional. Sementara di sisi lain, Zionis tentu tak bisa tinggal diam untuk merespons dengan tepat serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya

Menurut pengamat, serangan langsung terhadap Iran akan menjadi preseden lain. Meski Israel selama ini diyakini telah melakukan operasi rahasia di Iran dan menargetkan individu atau fasilitas yang dianggap mengancam keamanan, Israel tak pernah secara langsung melancarkan serangan ke Iran.

“Kami jelas berada dalam fase baru, dan fase yang sangat berbahaya dari konfrontasi Israel-Iran,” kata pengamat Iran di Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, Raz Zimmt. “Iran tentu saja mencoba mengubah aturan main dengan Israel. Kita mungkin akan melihat lebih banyak serangan langsung di masa depan,” lanjut dia.

Zimmt berujar meski Israel mungkin ‘tersiksa’ karena tak bisa membalas, Zionis kemungkinan besar tak akan melakukan “serangan militer skala penuh secara langsung” terhadap Iran karena Teheran telah bersumpah akan membalas dengan serbuan yang lebih besar dari sebelumnya.

“Preferensi di Israel saat ini adalah melanjutkan dan berkonsentrasi untuk mencapai tujuan utama di Gaza, dan bukan untuk membuka front baru,” ucap Zimmt. Tanggapan serupa juga disampaikan oleh mantan diplomat Israel, Alon Pinkas. Pinkas meyakini Israel tak mungkin membalas serangan Iran secara langsung. Namun, jika itu terjadi, kata dia, Israel mungkin akan memilih dengan hati-hati target serangannya. Target itu bisa jadi aset militer maupun program nuklir Republik Islam tersebut.

Tak lama setelah serbuan terjadi, Israel memohon kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Sikap RI

Arab Online

Masyarakat Arab terpecah belah atas serangan balasan Iran terhadap Israel, dan banyak yang menggunakan media sosial untuk menyuarakan pendapat mereka

Penulis Palestina Said al-Haj menulis di X bahwa serangan itu mewakili “pesan langsung yang kuat tanpa perang” dan sebuah langkah yang mengarah pada “pelanggaran aturan keterlibatan yang telah ada selama beberapa dekade”, dan menambahkan bahwa serangan itu menandai “fase baru di wilayah tersebut” .

Sementara itu, pengguna Saudi Majid al-Majid menulis: “Israel kehilangan banyak simpati Barat dan opini publik dunia setelah kejahatannya di Gaza. Dalam satu jam, Iran mampu mengembalikan simpati dunia kepada Israel dan [menunjukkannya] sebagai korban terorisme.”

Pembawa acara TV Al Jazeera Mesir, Ahmed Mansour, menulis: “Akankah Israel dan sekutunya berhasil menggunakan respons Iran untuk menjadikannya korban dan mencoba memulihkan simpati internasional terhadap Israel setelah enam bulan melakukan kejahatan perang di Gaza.”

Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan “keprihatinan yang mendalam” setelah serangan tersebut, dan menyerukan pengendalian diri secara maksimal. Pernyataan tersebut memperingatkan risiko perluasan konflik regional, dan menambahkan bahwa Mesir akan “melakukan kontak langsung dengan semua pihak yang berkonflik untuk mencoba dan mengendalikan situasi”.

Kelompok Hizbullah Lebanon memuji serangan Iran dan menyebutnya sebagai keputusan yang berani. Dalam pernyataan itu, mereka menambahkan bahwa Iran telah menggunakan hak-hak hukumnya meskipun ada “ancaman, intimidasi, dan tekanan”. Houthi Yaman mengatakan serangan itu adalah respons yang sah terhadap serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus pada 1 April.

Baik Arab Saudi maupun Qatar menyerukan untuk menahan diri, dan menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi tersebut. “Kementerian Luar Negeri mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera untuk meredakan ketegangan dan meredakan situasi di kawasan,” demikian bunyi pernyataan Qatar.

Harga Minyak

Brent future untuk pengiriman bulan Juni ditutup pada $90,10 per barel, turun 35 sen, atau 0,4%. U.S. crude futures untuk pengiriman Mei turun 25 sen, atau 0,3%, menjadi berakhir pada $85,41 per barel,

Minyak turun lebih dari $1 per barel di awal sesi sebelum mengurangi beberapa kerugian setelah Reuters melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memanggil kabinet perangnya untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam, mengutip sumber pemerintah.

“Keberhasilan pertahanan Israel menyiratkan bahwa risiko geopolitik telah berkurang secara signifikan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di bank Mizuho.

Data penjualan ritel AS yang kuat dari Departemen Perdagangan juga menghambat harga minyak, tambah Yawger, dengan meningkatkan kemungkinan bahwa suku bunga di negara dengan ekonomi terbesar di dunia akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan mengurangi permintaan minyak.

diposting oleh gandatmadi45@yahoo.com.

Post navigation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *